6. HAMIL

1422 Words
Sebulan pernikahan terlewati dengan damai. Abian menikmati peran menjadi seorang suami dan kekasih dari dua orang wanita. Full service dari keduanya kala dia membutuhkannya. Jahat? Sangat! Tapi namanya laki-laki, di suguhi layanan vvip masa di tolak. Malam ini, Melda mendapat shift kedua. Artinya masuk di sore hari dan pulang di malam hari. Yang seperti ini menjadi kesempatan emas bagi Abian untuk bertemu pujaan hati. "Yang, kok sekarang kamu jarang bangat main di malam minggu kemari, ajak aku keluar juga udah jarang sekarang," ujar Gina manja di pelukan kekasihnya. Abian terdiam sebentar untuk memikirkan jawaban yang tepat yang tidak akan menyakiti hati kekasihnya itu. "Ya gimana ya Yang. Kamu tahu kan, aku dan kawan-kawanku mulai bisnis baru. Karena kami semua pekerja, jadi waktu kami yang luang untuk membicarakan itu cuma di akhir pekan aja. Nggak enak dong pas lagi seru-serunya aku pamit biar bisa datang kesini dan ajak kamu kencan," jawab Abian sangat manis. Apa yang harus di bantah dari ucapannya itu? Walaupun Gina tahu pasti jenis bisnis yang di bicarakan tapi dasar wanita polos dan sangat pengertian, maka dia melewatkan kecurigaannya itu. Kini, mereka berdua semakin menikmati kenikmatan dosa di hubungan mereka. Gina sudah tidak ada rasa malu lagi bahkan sudah tidak ada keinginan untuk menolak apa yang akan di lakukan Abian padanya. Jika dulu dia sering menolak dan selalu berucap 'ini yang terakhir ya', tidak dengan sekarang. Tidak munafik, dia sangat menikmati keintiman mereka bahkan dia beberapa kali ini mengakui dalam chat bahwa dia merindukan Abian dan semua sentuhan jemari pria itu membuat Abian kadang tertawa sendirian di tempat kerjanya karena merasa sangat perkasa. "Ya udah, ntar kalau bisnisnya udah kelar dan udah berjalan lancar, ajak aku ngedate lagi yah. Udah rindu suasana kota di malam hari bareng Ayang," ujar Gina manja dan menyusupkan kepalanya di ketiak pria itu. "Hmmm," jawab pria itu seraya mencium kepala kekasihnya. Dalam hati dia sudah berpikir keras, sejauh mana dia bisa membohongi kekasihnya ini. Apakah dia bisa menceraikan Melda dalam waktu singkat hanya demi Gina? Seandainya Gina sudah mengetahui statusnya, apakah Gina bersedia menikah dengannya walau menjadi yang kedua? ***** Dua bulan terlewati dengan begitu cepatnya. Bisnis yang di geluti Abian dan teman-temannya pastinya sudah berjalan karena bisnis itu sebenarnya adalah toko yang menjual barang-barang elektronik yang di butuhkan oleh perkantoran. Namun, jawaban Abian pada Gina, tetap masih dalam proses dan uji pasar. Wanita itu juga nggeh-nggeh aja karena begitu sangat percaya pada Abian. Hingga suatu saat, saat Gina sedang ada di super market, dia melihat mobil Abian terparkir disana. Wanita itu mengerutkan keningnya dan tetap melangkah ke dalam super market dengan harapan bisa bertemu dengan Abian disana. Lelah berkeliling tanpa mengambil barang apapun, akhirnya Gina menyerah dan percaya pada pikiran sendiri bahwa pria itu mungkin disana bukan untuk berbelanja tetapi untuk urusan bisnis dari kantor atau bisnis bersama teman-teman. "Aku terlalu curiga untuk suatu hal yang tidak perlu," ujarnya pada diri sendiri dan mulai sibuk membeli kebutuhan diri sendiri. Sementara itu, di barisan rak lain, Abian sedang mendorong troli dan Melda yang mengisinya. "Kok beli sebanyak itu?" ujar Abian saat melihat isi troli. "Biar nggak bolak-balik belanja. Ini stok untuk sebulan," jawab Melda seraya terus mengisi troli dengan berbagai makanan instan siap saji. "Beb, habis dari sini, kita mampir bentar di apotik yah," ujar Melda sedikit malu-malu. Abian mengerutkan keningnya sebagai tanda tanya. "Perut aku rasanya aneh, aku mau beli testpect, siapa tahu udah jadi," jawab Melda seraya melangkah ke arah kasir. Perasaan Abian sudah tidak karuan, antara senang dan bimbang. Jika Melda sudah hamil, Gina bagaimana? ***** Melda tersenyum mekar begitu dia keluar dari kamar mandi. Seluruh tubuhnya di aliri darah panas karena kegembiraan tak terkira. Tangannya di sembunyikan di belakang tubuhnya dan dari raut wajahnya Abian sudah bisa menebak berita apa yang akan segera menyapa telinganya. "Beeeeb!" panggil Melda dengan manja lalu menghambur ke pelukan Abian. Usai berpelukan beberapa saat, Melda menjauhkan tubuhnya dan meraih tangan Abian dan meletakkannya di atas perutnya. "Disini, ada anak kita, Beb! Kita akan jadi mama papa," ujarnya dengan riang sambil mengusapkan tangan Abian yang kaku di atas perutnya. Hal yang selama ini dia impikan, mengandung benih dari Abian dan menjadi ibu dari anak-anak Abian. "Thanks God, akhirnya tercapai," ucap Melda pelan. Wajahnya masih memancarkan sinar cerah walau di luar sudah gelap karena sudah malam. Dia beranjak dari hadapan Abian dan segera meraih ponselnya. "Stop! Jangan!" ujar Abian saat sudah sadar dan mengetahui apa yang akan Melda lakukan dengan ponselnya. "Why? Ini berita bagus. Mereka pasti akan happy sekali," jawab Melda heran. "Not now. Tunggu sampai lewat tiga bulan. Kita pastikan dia baik-baik dan sehat dulu baru kasih kabar," jawab Abian. "Tiga bulan? Gila kamu. Masa selama itu?" Abian memejamkan mata sejenak untuk mengatur ritme emosinya. "Oke, jika tiga bulan terlalu lama. Maka tunggulah sampai kita cek ke dokter dan memastikan kesehatan kalian dulu." Sebenarnya, tidak ada salahnya memberitahukan sekarang. Hanya saja, Abian takut terjadi sesuatu hal seperti yang di alami teman satu kantornya. Sudah happy kasih kabar ke orang tua tapi tak di sangka malah keguguran dan itu membuat orang tua sedih. Abian tidak mau hal itu sampai terjadi pada orang tuanya dan juga istrinya yang sudah bereuforia. "Ya sudah deh, aku ikut kamu aja, Beb. So, kapan kita periksa?" tanya Melda lagi. "Dua hari lagi, besok aku ada janji dengan klien jam enam sore," jawab Abian jujur. "Minggu depan aja deh. Besok sampai empat hari ke depan aku shift dua," ujar Melda mengingat jadwalnya. "Kira-kira kalau kamu berhenti kerja aja gimana?" tanya Abian tiba-tiba. "No no no Bebe. Jaman sekarang dua orang kerja aja kadang kurang bahkan sangat cukup. selama aku sanggup, aku kerja aja. Toh di tempat kerjaan aku nggak berat kok. Yang berat cuma karena shift nya aja sih." Melda memang bekerja di sebuah perusahaan besar. Pabrik yang mengolah sawit menjadi berbagai produk. Jabatannya sudah supervisor, jadi dia bertugas hanya mengawasi buruh saja dan membuat laporan. "Buruh kami yang cewek juga ada yang pernah hamil. Masih bisa bekerja dan sehat terus, masa aku cuma pengawas aja nggak bisa. Positif thinking aja Beb," ujarnya seraya mengusap kepala Abian. ***** Kehamilan Melda membuat Abian kurang asupan dari istrinya yang masih takut bermesraan. Walaupun Abian mengatakan akan pelan-pelan tapi si korban sosmed tetap menolaknya. "No way, tahan sampai tiga bulan," ujar Melda menggoyangkan jemarinya di depan wajah Abian. "Ini ada dokter di toktok yang bilang. Stop HB selama masih trimester awal. Jadi tahan aja dulu," lanjutnya. Abian lesu tapi tiba-tiba teringat dengan seseorang yang bisa memberinya asupan energi pria. Maka setiap Melda shift dua, Abian akan menyempatkan diri mampir di kosan kekasihnya dan mengeluarkan peluh. "Yang, beberapa hari lalu, aku lihat kamu bareng cewe beli makan di pinggir jalan. Aku tadinya mau berhenti tapi nggak enak sama tukang ojeknya," ujar Gina seraya merapatkan tubuhnya pada Abian di bawah selimut. "Kapan?" tanya Abian mengerutkan keningnya. Dia sudah mulai ketar ketir karena tidak menyangka hal itu akan di lihat oleh Gina. "Lupa lupa ingat, tapi itu udah malam bangat. Aku pulang nonton bareng teman satu kantor, tapi aku naik gojek karena motor aku tinggal di kantor," jawab Gina. Abian sedikit berpikir sembari mengingat ingat dengan siapa dia pernah keluar selain Melda. "Ohh, itu. Itu Melda. Sepupu aku. Sementara dia tinggal di rumah. Lagi cari kerja," jawab Abian dengan cepat. "Waktu Ibu aku datang, Ibu bilang katanya sepupu aku mau adu nasib di kota ini dan untuk sementara tinggal sama aku. Ntar udah punya kerjaan, dia bisa ngekost. Aku oke in aja, kasihan juga kalau orang tuanya di paksa untuk bayar kos-kosan. Pas malam itu, aku pulang kerja, dia meringis karena belum makan. Nggak ada stok di rumah karena aku pulang malam terus. Dia belum berani keluar sendirian karena belum tahu arah. Jadinya aku ajak belik makan di luar," ucap Abian begitu cahaya lampu terang menyala di otaknya. Gina mengangguk. Abian menghembuskan nafas pelan karena berhasil mengelabui Gina. Benar sih malam itu, Melda merengek ingin makan nasi goreng si abang gerobak. Makanya Abian dan Melda naik motor kesana untuk membelinya. "Oh ya Yang, untuk sementara, dia tinggal di rumah aku yah. Dia baru dapat kerja tapi masih belum yakin dengan itu. Ntar kalau dia udah ada kerjaan menetap, dia akan pindah." Gina mengangguk dan memeluk Abian. "Hmmm, bagus juga dia tinggal sama kamu, biar ada yang beresin rumah kamu dan..." Gina berhenti dan menjauhkan wajahnya dari Abian. "Biar kamu nggak bawa cewek ke rumah kamu." Abian tertawa hambar dan pura-pura menyipitkan matanya seolah-olah itu tawa renyah penuh kasih sayang. Dia menarik Gina lebih dalam ke pelukannya. "Nggak lah. Mana pernah aku bawa perempuan ke rumah kecuali kamu, Bebe!" "Bebe?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD