Brak! “Hah … hah …” Raga menoleh pada seseorang yang saat ini masih berdiri di ambang pintu dengan nafasnya yang tersengal bahkan kilauan keringat pun terlihat meluncur melewati pelipis. Tap … tap … tap … Bian melangkah menuju Raga yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan menunjukkan raut wajah yang garang. Sebelumnya ayah Raga menghubunginya dan mengatakan apa yang terjadi pada Raga dengan harapan mungkin Bian bisa melakukan sesuatu. Tanpa mengatakan apapun, Bian menarik kerah baju Raga hingga membuatnya yang sebelumnya terbaring, bangun dan terduduk. “Kau!” geramnya dimana giginya terdengar bergemeletuk. Sementara Raga sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun. “Jika kau ingin mati kenapa tidak sekalian mengakhiri hidupmu dengan gantung diri atau