B.D.B 05

1114 Words
Kai menarik Alexy menjauh karena teman si pria yang dihabisi oleh Alexy datang berhamburan untuk menyelamatkan temannya yang sudah tidak berbentuk akibat bogem mentah dari wanita barbar. "Oh.. s**t!! Bibir kamu berdarah, Lex." Panik Kai yang baru menyadari jika bibir Alexy berdarah akibat tamparan pria itu. "Mati aku Lex." Kai bertambah panik karena mengingat sesuatu. "Apa si Kai. Jangan lebay." Alexy memutar bola matanya malas melihat tingkah berlebihan Kai. "Bukan gitu Lex, kalau kamu luka mati aku ditembak mati sama Daddy kamu." Kai mengingat sosok Dominic yang menyeramkan saat keluarganya sedikit saja tergores. Kai juga melihat beberapa koleksi senjata api milik Dominic yang terpasang sebagai pajangan dinding. "Ah.. Aku baru ingat, Daddy membeli senapan besar untuk membunuh lalat." Alexy malah menakut-nakuti Kai. "Diam kamu Lex. Ini karna kamu yang malah berkelahi dengan fans fanatik itu." Kai membela diri. Alexy mengangkat bahu nya. "Gemes, pengen nyubit paru-paru nya." Mendengar jawaban Alexy, Kai menepuk dahinya. "Sekarang cepat naik. Kami lihat mereka sudah berlari ingin memutilasi kita." Kai menunjukkan segerombol pria yang berlari kearah Kai dan Alexy. Bukan naik, Alexy malah berdiam diri seolah menanti mangsa menyerahkan diri. "Anak ini." Akhirnya Kai menarik Alexy dan segera menyalakan motor. "Kenapa kamu panik gitu si, Kai. Kamu tidak lihat mereka sedang menyerahkan nyawanya sendiri padaku." Alexy kesal karena Kai malah menghindar. "C'mon Lex!! Aku bisa mati berdiri kalau Daddy kamu lihat anaknya terluka saat bersamaku. Sudah diam, jangan banyak bicara. Sekarang kita ke apotik dulu untuk membersihkan luka di sudut bibir kamu." Kai mengendari motor sport milik Alexy dengan kecepatan tinggi. Sebenarnya Kai panik melihat darah kering yang ada di sudut bibir Alexy. Dan yang ucapannya tentang takut Dominic marah itu bohong. Memang sedikit takut, tapi Kai mengutamakan Alexy lebih dulu. Dan memang saat fans pria tadi menampar Alexy cukup keras, jadi tidak heran Alexy terluka. "Kamu duduk disini. Aku beli obat luka dulu." Kai menyuruh Alexy duduk, sedangkan Kai membeli obat untuk luka Alexy. ***** "Aw.. Pelan-pelan Kai." Alexy mengaduh perih saat Kai mengoleskan obat luka ke sudut bibirnya. "Ah.. Kai." Alexy mengaduh sakit. Tapi di kuping Kai terdengar lain. Kai malah mendengar Alexy seperti sedang mendesah. "Jangan lebay, dipukul tidak mengaduh, dioles obat mengaduh. Nih olesin sendiri, aku mau ke toilet." Kai memilih meninggalkan Alexy dan pergi ke toilet. Di dalam toilet, Kai membasuh mukanya berkali-kali. Otaknya hari ini sedang tidak waras karena selalu berpikir yang iya-iya bersama Alexy. "Kai bodoh.. Bodoh!! Kenapa otak kau kotor sekali. Sadarlah, dude!!" Kai menampar pipinya sendiri dengan keras agar menyadarkan dirinya sendiri. Di ruang tunggu apotik, Alexy sedang menunggu Kai yang berada di dalam toilet. Alexy kembali teringat tentang mimpinya yang terus berulang, bahkan ada orang yang membuatnya penasaran. Apa dari mimpi arti itu? Kenapa mimpi itu selalu datang? Apa ada sesuatu di balik mimpi itu? Dan siapa pria di mimpinya? Pertanyaan seperti itu yang kini menunpuk dikepalanya. "Jangan bengong, kasian nanti mereka sakitnya makin parah." Gurau Kai terdengar garing di telinga Alexy. "Pulang? Atau mau makan dulu?" Tanya Kai. "Pulang saja, saja ya." Kai membawa Alexy keluar. Saat Alexy menurut saja lengannya ditarik oleh Kai, Alexy melihat seseorang dari kejauhan, tidak terlalu jauh, tapi Alexy melihat orang itu. Jantung Alexy berdetak cepat. Meskipun orang itu sedang menyamping, tapi Alexy melihat dari samping mirip pria yang ada di dalam mimpinya. "Lex!! Kamu baik-baik saja?" Tanya Kai saat langkah Alexy melambat dan wajahnya mentap objek yang Kai tidak ketahui. "Tidak ada." Bohongnya. Kai tidak bertanya lebih lagi, dan mereka pun pulang. Di sepanjang jalan, Alexy hanya diam saja. Kai menyadari jika sikap Alexy berbeda tapi Kai membiarkannya. Selang tiga puluh menit, Kai dan Alexy sudah sampai di kediaman Archer. Jean menyambut kedatangan anaknya dan memekik kaget saat melihat ada bekas luka di sudut bibit Alexy. "Kamu kenapa, Lexy." Jean merasa khawatir. "Aku tidak apa-apa, Mom. Tadi saat pergi menonton Lexy terpeleset dan jatuh. Jadilah luka ini." Bohongnya. Jean menyipitkan matanya mencari kebohongan anaknya. Jean tahu jika Alexy sedang berbohong, tapi Jean membiarkannya. "Kalian sudah pulang?" Dominic datang bersama Darren dan Dimitri. "Berkelahi lagi?" Tebak Dominic saat melihat sudut bibir Alexy. Alexy tidak menjawab, percuma saja memang, karena Dominic tahu betul jenis-jenis luka. "Kau juga masih disini? Masuklah, ada yang perlu aku bicarakan pada kalian." Dominic masuk dengan wajah yang sulit diartikan. Kai meneguk salivanya melihat Dominic yang terlihat dimata Kai seperti seseorang yang siang untuk dieksekusi. Dengan langkah pelan, Kai pun masuk. "Mati lah kau Kai.." Goda Darren. "Diam bocah tengik." Kesal Kai kepada Darren yang selalu meledaknya. "Makanlah dulu, kalian belum makan bukan." Jean menyiapkan beberapa masakan khas rumah untuk makan malam mereka. Meskipun masih jam lima, tapi melihat hidangan yang di masak Jean membuat mereka meneteskan air liur. "Baik, Tan." Kai menurut dan sekaramg duduk disamping Dimitri. Dimitri itu sosok anak yang pendiam, sangat pendiam sampai seisi rumah pun tidak ada yang mengetahui jalan pikiran anak itu. Berbanding balik dengan Darren yang lebih hiperaktif dari adik nya, Dimitri. Mereka pun makan bersama dengan canda tawa seperti biasanya. Kai sebenarnya iri melihat keluarga lengkap Alexy. Meskipun terlihat keras dari luar, tapi sangat hangat didalamnya. "Jadi gini Kai. Mungkin kalian akan terkejut dengan usul yang om katakan. Dan memang usul ini datang begitu saja dan belum lama." Kata Dominic setelah selesai makan. Kai memperhatikan Dominic dengan serius. Kai tidak tahu apa yang akan dikatakan oleh Dominic. Jujur saja Kai tegang saat berhadapan langsung dengan Dominic. Tapi sebisa mungkin Kai tidak memperdulikan nya. Dan meskipun Kai dan Alexy sudah bersahabat lama, tapi untuk mengobrol biasa dengan Dominic tidak pernah lakukan. "Jadi begini, om mengusulkan menjodohkan kalian." Kata Dominic. Darren tersedak mendengar ucapan Daddy nya yang akan menjodohkan anaknya dengan Kai. Dimitri memberikan air kepada Darren. Tapi bukan air minum yang diberikan Dimitri, melainkan air kobokan. Darren menyadari jika itu bukan air minum saat air itu sudah tandas dia minum. "Kau gila, Dimitri. Ini air kobokan kau berikan kepadaku. Dasar adik durhaka." Kesal Darren kepada Dimitri. "Jangan berlebihan, kita cuma beda lima menit saja." Ucap Dimitri cuek dan melanjutkan makannya. "Anak ini." Darren ingin menggetok kepada Dimitri dengan centong tapi tatapan tajam Dominic membuatnya mengurungkan niatnya. "C'mon Dad!! Ini jaman modern. Sudah tidak jaman jodoh menjodoh." Kata Darren ikut berbicara perihal perjodohan itu. "Kalian boleh menolak. Daddy mengatakan ini karena Daddy ingin Kai menjaga Alexy. Tapi semua keputusan ada di kalian. Kalian boleh setuju atau tid-" Ucapan Dominic terhenti karena Alexy yang memotong nya. "Aku setuju." Kai menatap sahabatnya dengan bingung. "Kamu serius, Lex?" Tanya Kai masih tidak percaya. "Kamu tidak mau?" Alexy membalikan pertanyaan. "Saya setuju om." Tentu saja Kai setuju dengan usul Dominic. Karena menurut Kai dia menjadi jackpot besar dengan ini. Dan Alexy pun menyetujuinya. Masalah hati, itu urusan belakang. Yang terpenting nanti Kai akan membuat Jean jatuh cinta padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD