Di gemerlap malam kota New York, kota teramai di Amerika, kota yang dijuluki dengan berbagai aktifitas malam nya. Jangan heran jika dimalam hari dikota ini disuguhkan dengan berbagai aktifitas yang tidak kalah dengan siang hari. Kota yang tidak pernah tidur meski matahari sudah berganti dengan sinar rembulan.
Seperti saat ini, disuatu jalan yang biasa digunakan para muda mudi yang ingin memanaskan aspal jalan dengan berbagai jenis motor. Taruhan demi taruhan di setiap orang yang datang menyaksikan beberapa pembalap yang sedang menguji seberapa cepat dan hebat dia mengendarai kuda bermesin itu.
Ya, tempat ini adalah tempat balap motor. Bukan tempat balap yang diperbolehkan pemerintah, tapi balapan liar. Padahal pemerintah sudah menyediakan tempat untuk mereka, tapi tetap saja mereka lebih menyukai tantangan.
Salah satu motor sedang melaju dengan kecepatan sangat tinggi. Mengungguli setiap pembalap yang berada didepannya. Sorak dari penononton yang menyaksikan pertandingan itu terdengar riuh.
Sampai saat si pembalap yang tadinya berada dibelakang dan sekarang menjadi runner-up, semakin membuat penonton berteriak heboh. Riuh penonton yang memang bertaruh uang mereka untuk si runner up memanggil nama pembalap dengan kencang. Mengagung-agungkan si pembalap dengan lantang.
'Lex si legend' 'Alex si iblis jalanan' 'Lex si pemenangan' seperti itulah riuh dari penonton yang menyaksikan balap itu. Si runner up hanya mengangkat tangannya untuk menanggapi para fans nya yang menggila.
Pukulan dari belakang mengenai helm si pengendara yang identitasnya masih belum diketahui itu membuatnya kesal. Siapa yang sudah berani memukul kepala si pemenang. Kalau saja dia sedang tidak menyembunyikan identitasnya, sudah dipastikan dia membuka helm dan memukul balik orang yang sudah memukulnya.
Tapi tangannya siap untuk mendarat kepada orang itu. Tapi belum juga mendarat ke orang itu, suara dari balik helm yang dikenakan pria itu membuat si setan jalanan menghentikan gerakannya.
"Mau Dad hukum disini, atau dirumah? Cepat ikut Dad ke mobil." Pria itu menyuruh si pembalap untuk ikut kedalam mobilnya. Dengan wajah menunduk, si setan jalanan itu pun mengikuti si pria berhelm tanpa motor.
"Sudah? Buka helm kamu, Alexy Dominika Archer." Kata si pria itu yang lain tak bukan, Dominic Archer, dan si setan jalanan adalah Alexy Dominika Archer, anak pertama dari Dominic dan Jean.
Alexy, si wanita barbar yang selalu mendapat hukuman dari Daddy nya, Dominic. Ini untuk yang kesekian kali Dominic memergoki anaknya ikut balap liar. Bukan hanya balap liar yang Dominic ketahui tentang kenakalan anaknya. Pernah sekali Dominic menggerebek Alexy yang sedang berjudi di salah satu apartemen milik temannya.
Alexy Dominika Archer, wanita berusia 23 tahun. Anak dari pasangan Jean Florence dan juga Dominic Archer. Sifat barbar yang dimiliki Alexy tentu saja menurun dari sang daddy yang juga mantan pria nakal yang menjajahi dunia gelap. Tentu saja dunia gelap mereka berbeda, hanya saja Dominic sedang gencar mengawasi Alexy agar benar-benar tidak mengikuti jejaknya. Tapi ada pepatah mengatakan jika buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Itu lah Alexy sekarang.
"Hukuman apa lagi untukmu." Dominic memijat pelipisnya yang berdenyut melihat tingkah anaknya.
"Kamu ini perempuan, seharusnya berperilaku sebagaimana perempuan." Dominic menceramahi anaknya.
"Maksud Daddy bermain boneka-bonekaan? Lexy bukan wanita gemulai Dad!! C'mon.. Ini hanya balap-" Alexy menghentikan ucapannya saat Dominic memukul stir dengan kencang. Ditambah wajah marah Dominic yang membuat Alexy menciut karena takut.
"Lexy!!" Dominic dengan suara meninggi.
"Sorry, Dad." Alexy menundukan wajahnya karena takut.
"Sudah berapa kali kamu bilang maaf, Alexy." Dominic benar-benar marah kepada anaknya. Sungguh, bukan maksud Dominic mengekang Alexy, tapi Dominic hanya tidak ingin anaknya mengikuti jejak liat Daddy nya.
Dominic membuang nafas kasar. Menetralkan amarahnya yang sudah hampir naik. Setelah itu mengambil ponselnya untuk menelpon seseorang.
"Datang ke XX, bakar motor anak nakal ini." Dominic memerintahkan anak buahnya untuk datang dan membakar motor yang dipakai Alexy untuk balapan.
"Dad!!" Alexy tidak marah karena Dominic ingin membakar motor kesayangannya.
"Apa? Kalau tidak dibakar, kau akan ikut balap liar lagi." Putus Dominic tidak mau dibantah.
"Lexy benci Daddy." Alexy membuang wajahnya, tidak mau melihat wajah daddy nya.
Dominic lagi-lagi membuang nafasnya. Bagaimana pun juga, Alexy benar-benar seratus persen menjiplak dirinya. Dominic hanya ingin Alexy menjadi wanita biasa seperti Mommy nya, Jean, bukan wanita liar yang menggila.
Jari Dominic mengetikan sesuatu diponselnya. 'Bawa pulang motor itu.' pesan yang ditulis oleh Dominic kepada anak buahnya.
Dominic menyalakan mobilnya dan membawa mereka pulang ke mansion. Disepanjang jalan tidak ada yang membuka suara antar Alexy dengan Dominic. Alexy marah karena Dominic ingin membakar motor kesayangannya. Sedangkan Dominic membiarkan Alexy marah.
***
Sesampainya dirumah, Jean menyambut Dominic dan Alexy. Dengan wajah bingung melihat putri dan Daddy nya pasang muka masam. Meskipun Jean tahu apa penyebab wajah mereka menjadi seperti itu.
"Kalian sudah makan?" Jean dengan suara lembut layaknya seorang ibu yang menyayangi keluarganya.
"Tidak." Jawab Dominic dan Alexy bersamaan.
Jean tersenyum melihat kekompakan mereka. "Wah.. Kalian kompak." Goda Jean.
"Mom.." Alexy berlari menghambur ke pelukan Mommy nya dengan manja.
Jean dengan lembut membelai rambut panjang anaknya. "Jadi, sekarang apa yang kamu lakukan?" Tanya Jean kepada Alexy melihat wajah suaminya yang menjadi asam.
"Cuma balapan, Mom." Alexy meminta pembelaan dari Jean.
"Lihat dia sayang, dia menjadi liar." Dominic melipat kedua tangannya di dadanya tanda tidak suka dengan ucapan Alexy yang mengatakan 'cuma'
"Lexy kan cuma main motor saja, Dad. Daddy berlebihan sampai ingin membakar motor kesayangan Lexy." Alexy membela diri.
"Sayang.." Jean menarik bahu Alexy dan menatapnya dengan tatapan sayang nan menenangkan.
"Itu bukan cuma, sayang. Daddy hanya takut kamu terjadi sesuatu. Memang.. Membakar motor itu berlebihan. Tapi Daddy hanya tidak ingin kau terluka. Kamu paham?" Jean membelai pipi Alexy lembut.
Jean itu bagaikan pawang untuk Alexy. Alexy akan patuh jika Jean sudah menatapnya dengan tatapan lembut. Dan akhirnya Alexy pun menurut dan meminta maaf.
"Maaf." Ucapnya sambil menunduk.
"Kali ini Mom maafkan. Tapi lain kali tidak ada kata maaf untuk kamu. Karena ini buka kali pertamanya kamu melakukan hal seperti ini." Jean merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik anaknya.
"Kamu tahu bukan, kami melakukan ini karna apa?" Jean benar-benar seorang ibu yang sangat lembut kepada anak-anak nya. Tidak heran jika Alexy menjadi tenang saat bersama dengan ibunya.
"Karna kalian sayang Lexy." Alexy kembali menundukan wajahnya.
"Anak pintar.. Sekarang naik keatas dan tidur." Jean menyuruh Alexy untuk tidur.
"Baiklah.. Good night Mom." Alexy mencium pipi Mommynya.
"Dad mana?" Dominic merajuk karena Alexy hanya mencium mommy nya.
"Tidak mau, wleee." Bukan menuruti, Alexy malah menjulurkan lidahnya kepada Dominic.
"Lihat sayang, dia semakin liar." Kata Dominic melihat tingkah Alexy.
Jean mengangkat bahunya. "Like father, like daughter." Jean meninggalkan Dominic.
"Sayang... Tunggu.. Hari ini mantap-mantapnya tiga ronde ya." Dominic berteriak kepada Jean yang sudah menaiki tangga.
"Hari ini puasa dulu, sayang. Tamu sudah datang." Jawab Jean dengan kekehan.