D.B.D 10

1240 Words
Kai mengantar Alexy ke kamarnya. Setelah sampai, Kai menyuruh Alexy untuk beristirahat karena wajahnya nampak pucat. Kai sebenarnya bingung dengan rasa takut Alexy dengan suara nyaring. Kai bertanya-tanya, apakah Alexy memiliki trauma dengan bebunyian nyaring. Oke, untuk suara tembakan siapapun akan takut. Tapi Alexy pada taraf yang sangat para. Suara kembang api pun Alexy sangat takut. Jangankan itu, suara barang jatuh yang nyaring pun Alexy langsung bereaksi menutup matanya dan menutup kedua kupingnya dengan tangannya. Pernah pada saat acara sekolah saat mereka berada di bangku menengah atas, acara merayakan kemenangan Olimpiade olahraga, dan sekolah menyalakan kembang api. Saat itu Alexy langsung berjongkok sambil menutup kupingnya rapat-rapat. Kai lah orang pertama yang akan menenangkan Alexy pada saat seperti itu. Alexy memang terlihat kuat diluar, tapi Kai sangat yakin jika wanita memiliki sisi rapuhnya meskipun berusaha keras untuk menyembunyikannya. Wanita terlihat kuat hanya untuk menutupi luka di dalam hatinya. Terkadang meskipun wanita ingin terlihat kuat, tapi  wanita juga butuh untuk terlihat rapuh. Karena, sejatinya wanita itu spesies paling rapuh dibanding yang lain. Tapi meskipun begitu, wanita adalah spesies paling pintar menutupi rapuh, sakit, kecewa hanya dengan mengatakan 'i'm ok.' Saat ini Kai merasa bersalah karena pada saat adanya perampokan bersenjata, Kai malah kehilaseopngan Alexy. Kai mencari keberadaan kekasihnya seperti orang gila karena merasa khawatir. Meskipun Kai merasa lega karena ada Dimitri yang menjaga Alexy. Tapi tetap saja Kai merasa bersalah karena bukan dirinya lah yang ada disamping Alexy saat kekasihnya itu sedang merasa takut. "Kamu baik-baik saja kan, Lex? Mau aku ambilkan sesuatu? Seperti minum? Atau kamu merasa lapar? Kamu belum makan malam ini." Kai memberondong Alexy dengan beberapa pertanyaan. "Aku baik-baik saja, Kai. Sudah berapa kali kau bertanya apakah aku baik-baik saja atau tidak. Kau tahu bukan, aku ini wanita kuat." Ujarnya jengah mendengar rentetan pertanyaan Kai kepadanya. "Ok, fine!! Sekarang kamu istirahat." Kai menyerah dan mengiyakan ucapan Alexy. Percuma saja Kai berbicara panjang lebar karena Alexy tipe wanita yang hanya ingin mendengar apa yang ingin dia dengarkan saja. Kai menyelimuti Alexy yang sudah berbaring dan siap untuk beristirahat. Di kecup nya kening sahabat yang kini sudah berganti status menjadi kekasihnya. Setelah itu berdiri hendak pergi dari kamar Alexy. "Aku pergi dulu." Kai pamit. Tapi Alexy malah memegang tangan Kai. "Apa?" Tanya Kai bingung. "Temani aku sampai aku tertidur." Pintanya. Right? Alexy tetaplah wanita. Sekeras apapun dia terlihat dari luar, didalam dirinya tetap wanita yang juga butuh perlindungan dari seseorang. Ingin sekali Kai berteriak didepan wajah kekasihnya yang cantik itu jika bukan dari tadi saja minta ditemani. "Kamu marah?" Alexy memasang wajah imutnya. Kai hanya menahan diri untuk tidak menyerang Alexy yang terlihat sangat menggemaskan saat sedang meminta sesuatu atau merajuk. Sayangnya Kai terlalu takut untuk menghadap Dominic yang sangat menakutkan itu. "Tidurlah, aku akan menemani kamu sampai tidur." Kai duduk ujung kasur dan mengelus-elus lembut rambut Alexy agar cepat tertidur. Alexy menggegerkan tubuhnya dan menepuk-nepuk kasur kosong disebelahnya. "Kai, sini." Alexy meminta Kai untuk berbaring disampingnya. Lagi-lagi kali hanya bisa menggerutu dalam hati nya melihat betapa tidak pekanya Alexy yang tidak bisa melihat sikon yang ada. Di dalam kamar dan hanya mereka berdua saja disitu, seolah nyali Kai benar-benar sedang diuji. Tapi Kai yang selalu menurut dengan permintaan Alexy pun ikut berbaring disamping Alexy. "Cepat, tidurlah." Kai menatap langit-langit menunggu Alexy tidur. Dia tidak berani menatap kekasihnya itu karena takut hilang kendali. Kalau itu terjadi, bisa-bisa dia mati saat ini juga oleh Dominic. Tapi bodohnya, Alexy malah menjadikan Kai sebagai bantal guling untuknya. "Lex!! Kamu jangan macam-macam. Cepat menjauh." Kai menjauhkan kaki Alexy yang berada diatas kaki Kai. "Apa si Kai!!" Alexy bukan tidak tahu apa yang yang diucapkan oleh Kai. Dia sangat tahu. Sekali lagi Alexy katakan, dia sangat suka menggoda Kai. "Jangan pura-pura tidak tahu, cepat menjauh, nanti aku bisa mati jika Daddy kamu datang." Kesal Kai karena Alexy malah semakin mengeratkan pelukannya. "Aku ngantuk Kai." Alexy tidak memperdulikan Kai yang tidak ingin disentuh olehnya malah sekarang semakin mengeratkan pelukannya pada Kai. Akhirnya Kai menyerah dan membiarkan Alexy melakukan apapun yang dia mau, meskipun dirinya sedang berperanng dengan jiwa laki-lakinya yang memberontak. Kai tidak mau mengambil kesempatan dalam kesempitan. Meskipun dia tahu sekarang mereka sepasang kekasih. Kai tidak akan melakukan 'itu' kecuali Alexy sendiri yang memintanya. "Kai." Panggil Alexy yang dikira Kai sudah tidur. "Apa lagi?" Kesal Kai bertambah karena jika kalian tahu, pergerakan kaki Alexy menyentuh 'milik' Kai. "Kenapa kamu cepat sekali menyetujui permintaan Daddy?" Tanya Alexy.  "Jangan pura-pura bodoh!! Kau tahu kenapa aku menerima Daddy mu." Kai yakin Alexy tahu kenapa Kai dengan cepat mengiyakan permintaan Dominic. "Because you cinta aku?" Tanyannya. Sebenarnya Alexy menginginkan jawaban lebih dari Kai, bukan hanya sekedar cinta saja. "Sudahlah Lex.. Kamu menanyakan hal yang kanu sudah tahu apa jawabannya." Kai mengacuhkan Alexy. "Tapi aku belum mencintai kamu." Alexy memandang serius Kai. "Aku tahu. Tapi apakah kamu tidak mau berusaha untuk mencintai aku? Tidak bisakah kau mencoba untuk membuka hatimu untukku, Lex?" Posisi mereka saling berhadapan. Kai mengusap pipi Alexy dengan ibu jarinya, lalu turun meyusuri bibir ranum Alexy. Alexy membiarkan Tangan Kai menyusuri wajah dan bibirnya sambil memejamkan mata. "Aku akan mencobanya. Tapi tidak bisa cepat." Jawabnya jujur. Karena cinta tidak bisa untuk dipaksakan datang begitu saja. "Aku akan menunggu selama mungkin untuk kamu, Lex." Kata Kai sambil tangannya menyusuri leher jenjang Alexy. Alexy membiarkan tangan Kai bebas kemanapun dia mau. Bagaimanpun Alexy wanita dewasa yang juga menginginkan sentuhan lembut dari pria. terlebih saat ini Kai sudah resmi menjadi kekasihnya.  "Lex-" Suara Kai menjadi serak. "hmm!!" Jawab Alexy sekenanya. Matanya masih terpejam menikmati tangan Kai yang kini sudah hampir menyentuh gundukannya. "Boleh aku mencium mu?" Kai meminta izin terlebih dulu untuk mencium kekasihnya. "Lakukanlah." Alexy memberikan lampu hijau untuk Kai. Karena Alexy pikir Kai berhak akan dirinya. Untuk cinta, biarkan datang dengan berjalannya waktu. Kai pun menempelkan bibirnya di bibir ranum Alexy. Awalnya hanya sekedar menempel, tapi Kai tidak tahan untuk tidak melumat bibir Alexy yang selalu menghantui pikirannya. Kai melumat bibir Alexy dengan sangat lembut agar Alexy tidak merasa jika yang dilakukannya tidak terburu-buru. "Lex!! Boleh aku menyentuhnya?" Kai meminta izin untuk berbuat lebih bukan hanya sekedar kiss. "Lakukan semaumu." Alexy mengizinkan apapun yang Kai ingin lakukan padanya. Kai pun yang diberikan lampu hijau seperti itu oleh Alexy dengan cepat tangannya menyentuh gundukan padat milik Alexy dari balik bajunya. Tangannya bermain-main diarea itu tanpa mau melepaskannya. Alexy menggeram dalam ciuman panjang itu. Bahkan saat tangan Kai dengan nakalnya masuk kedalam baju Alexy, kekasihnya itu membusungkan tubuhnya seolah meminta lebih kepada Kai. Tapi belum Kai melakukan lebih, pintu kamar terketuk. Suara Jean dari balik pintu membuat panik Kai yang takut sudah menyentuh anak perempuan satu-satunya dikeluarga Archer. Pintu terbuka sebelum Kai ataupun Alexy menjawab panggilan Jean. Untungnya Kai sudah menjauh dari Alexy.  "Kamu sudah baik-baik saja?" Tanya Jean tentang keadaan Alexy. "Aku baik-baik saja Mom.. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kai yang hanya menjadi obat nyamuk diantara anak dan ibu itu memilih pamit pergi. "Tante, saya izin pamit." Kata Kai kepada Jean. Jean tersenyum menanggapi Kai. "Terimakasih sudah menjaga Lexy kami."  "Saya tidak melakukan apapun, Tan. Saya izin pulang. Lex, aku pulang dulu ya." Kai menatap Alexy yang hanya mengangguk mengiyakan ucapan Kai. 'Aku memang hanyut dalam ciuman dan sentuhanmu. Tapi kau belum bisa membuat jantungku berdetak lebih cepat seperti dalam mimpi itu.' kata batin Alexy. 'Siapa kau sebenarnya kau tuan mimpi.' ucap batinnya kembali mengingat pria yang ada didalam mimpinya. Hanya mimpi, tapi bagaikan nyata. Apa  ini yan disebut dengan delusi? Imajinasi? Atau mimpi yang akan datang dikemudian hari? 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD