Kening Atsa mengernyit ketika motor yang dikendarai oleh Abian mulai menjauh dari jalan raya kota Jakarta dan berhenti di sebuah perkampungan padat penduduk. Motor sport milik Abian di parkirkan di sebuah toko kelontong yang berada di dekat jembatan. “Udah sampai, turun.” Ucap Abian sambal melepaskan helm-nya dan kemudian menyisir rambutnya menggunakan jari. “Nggak mau… ini tempat apa?” Tanya Atsa heran. “Bang Bian!” Tiba-tiba ada seorang pria keluar dari toko kelontong itu menyambut Abian dan langsung menjabat tangannya. “Akhirnya datang juga. Pesanan Bang Bian sudah saya taruh di rumah biasa, yak.” Ucapnya dengan nada Betawi yang kental. “Iya, bang. Makasih kalau gitu.” Abian tersenyum tenang. Kemudian ia membantu Atsa turun dari motor dan melepaskan helm-nya. Begitu menjejakkan he