Chapter 4 : The Million Roses

1940 Words
•••• Playlist:  In The End - (feat. Fleurie) [Mellen Gi Remix] Produced by Tommee Profitt          "Aku harap tidak akan ada pengkhianatan di antara kita,"ucap Axel, menyentuh wajah Megan dengan kedua tangannya. Menatap tanpa lepas sedikitpun. "Yah! I know,"balas Megan, menelan ludahnya cukup kuat. "I love you,"bisik Axel, seraya mengecup kening Megan begitu lembut. Hingga Megan memeluknya erat. "Oh God, I'm sorry!"batin Megan, mengusap bibirnya pada sudut pakaian Axel. ____________________ "Mom, kau membuang roses yang ada di kamar ku?"tanya Megan seraya mengulum bibirnya ragu, saat melihat wanita paruh baya itu menjejakkan kakinya di pintu Penthouse, pagi-pagi sekali. "Roses?"ucap Milla melempar pertanyaan kembali. "Hm! Aku meletakkan nya di vas kemarin,"jelas Megan. "Kau sangat tahu, mommy dan daddy jarang pulang ke penthouse. Mommy bahkan tidak tahu bahwa kekasih mu mengirim Roses dan—" "Tidak mom, bukan kekasih!"ungkap Megan penuh kebohongan. Ia menelan ludah, kesal karena rangkaian bunga yang di kirim Axel hilang tanpa jejak. "Bukan kekasih? Jadi, siapa yang mengirimkan roses untuk putri cantik mommy? Hah?"tanya Milla membuat Megan merapatkan kedua tangan, dan mengutuk dirinya sendiri, terjebak dalam kebohongannya yang ia buat sekarang. "Aku membelinya—" "Excuse me!"potong seorang pria tinggi yang berada di sisi pintu sambil membawa kotak besar, Milla berputar dan mengikuti pandangan Megan yang lebih dulu menangkap sosok asing tersebut. "Megan Axtar Hodgue?"tanya pria tersebut kembali membuat Megan mengangguk pelan. Melirik takut pada Milla. "Satu buah flower bucket untukmu, Miss. Hodgue!" "Megan?"tanya Milla tegas, hingga gadis itu menelan ludahnya kuat. Ia segera melangkah dan merampas flower bucket tersebut. Ia harus kabur sebelum Milla benar-benar menginterogasi nya lebih banyak. "Meg— Megan!!!" "Aku akan memeriksa nya sendiri, mom!"balas Megan lantang, tanpa memperdulikan Milla yang memasang wajah penasaran. "Siapa pengirimnya?"tanya Milla penasaran. "Hm... Di sini tertulis .... Markus... Markus gringer Grint!" Tap!! Milla tercengang, membulatkan mata cukup lebar mendengar nama yang sangat akrab di telinga nya. "What? Markus? Pengusaha Italia itu?"tanya Milla penasaran. "Maybe! Aku permisi dulu, Mrs."pamit kurir tersebut sambil memutar tubuhnya segera. ______________          Megan menelan ludahnya, menatap jelas flower bucket bertanda "The Million Roses" jelas. Semua orang tahu bahwa toko bunga yang berpusat di 'Budapest' tersebut merupakan produsen terbaik. Seluruh bunga mereka dari kualitas high world. "Apa Axel yang mengirimkan ku ini?"pikir Megan, sembari menggeser beberapa tangkai roses begitu hati-hati. Hingga ia menemukan setangkai bunga yang di lapisi emas dan kartu ucapan berwarna merah. "Join me Apple, tonigh! Markus."ungkap Megan, membaca teks lengkap dengan sebuah alamat yang ditujukan dalam komplek 'mansion' kelas atas kawasan Florida. "Sial! Kera tua itu rupanya, bagaiman dia tahu penthouse ku?"pikir Megan kesal. "Akan ku kembalikan sampah ini!"Megan menarik flower bucket kasar. Tidak peduli bagaimana benda itu akan rusak setelahnya. Tanpa lupa kunci mobil, Megan kembali keluar dari kamarnya dan segera disambut tatapan penuh tanya dari Milla. "Kau mau kemana? Megan!" "Membuang sampah!"balas Megan tajam. "What? Sampah? Apa yang kau katakan?"tanya Milla tidak habis pikir. "Mommy aku sedang banyak urusan. Kita bisa bicara nanti!"jelas Megan tanpa menghentikan langkahnya menuju pintu keluar dan menuju mansion milik Markus seperti yang tertera di kartu ucapan tersebut. _________________ Markus memasukkan kedua tangannya di dalam saku celana bahan berwarna hitam yang ia kenakan. Menatap beberapa orang pria tengah mempack puluhan kilo obat terlarang,  dan hasil selundupan dari Meksiko itu akan diedarkan dalam keanggotaan Blindberg. Ada puluhan pengguna aktif didalam klan berbahaya itu dan Markus meraup keuntungan sangat besar dari bisnis ilegal tersebut. "Sir, Megan datang menemui mu!"ungkap Taylor melangkah cepat, membuat Markus langsung mengalihkan seluruh pandangannya. "Megan?"tanya Markus, mencoba memastikan. "Yes! Dia terlihat tidak senang dan—"ucapan dari Taylor terhenti bersama langkah Markus yang bergerak pasti. Ia keluar dari gudang rahasia, segera menemui Megan. _________________          Markus tersenyum tipis, meneliti punggung Megan yang memeluk erat flower bucket darinya. Gadis itu tampak tidak sabar, menunggu di pinggir kolam yang ada di ruang tamu mansion tersebut. "Tinggalkan kami!"perintah Markus tegas, membuat Taylor dan seluruh bodyguard yang berjaga di beberapa sudut ruangan segera bergerak menjauh. Mendengar hal tersebut, Megan memutar tubuhnya dan menangkap sosok Markus dengan kedua mata hijau terang yang ia miliki. "Sepertinya kau tidak sabar menunggu nanti malam." Brakk!! Megan melempar flower bucket tersebut dihadapan Markus. Membuat pria itu langsung mengepal kuat-kuat tangannya geram. Lancang sekali, Megan tampak ingin melawannya. "Apa motif mu, Markus?"tanya Megan, memerhatikan langkah pria tersebut mendekat ke arahnya. "Motif?" "Kenapa kau mengikuti ku dan memberikan sampah seperti ini?"ungkap Megan, menunjuk pada roses yang tampak berserakan di lantai. "Aku tertarik untuk mengenalmu!"jawab Markus jujur. Seketika Megan memicingkan mata, ia tersenyum simpul dan merasa begitu tidak percaya dengan semua ucapan Markus. Malahan, hal tersebut membuatnya ngeri. "Dengar! Aku sama sekali tidak tertarik denganmu, dan perlu kau ketahui bahwa aku memiliki kekasih. Jangan coba-coba mendekat dan merusak hubunganku. Atau aku akan_" "Kau mengancam ku?"tanya Markus sambil melepas suara tawa penuh ejekan, tanpa mengalihkan pandangannya Markus mencoba menyentuh sudut wajah Megan dengan punggung tangannya.  Tapp!! "Don't touch me....."pekik Megan seraya memukul d**a Markus saat pria tersebut malah menarik pinggulnya untuk mendekat. "Lepas berengsek!"erang Megan lantang. "Akan kudapatkan kau dengan cara licik jika—" "Lepass!!"potong Megan, kembali memukul Maskus dengan dua tangannya yang kuat hingga pautan pria itu lepas. Megan bergegas dan mencoba melarikan diri secepat mungkin. Tap!! "s**t!"umpat Megan saat lengannya kembali di tangkap Markus. Pria itu menariknya dan melipat kedua tangan Megan kebelakang. Lantas, menurunkannya sedikit ke dalam kolam sedalam empat meter. "Markus lepas!" "Melepaskan mu?"tanya Markus, tersenyum menang. "Berengsek! Akan ku bunuh kau jika tidak melepaskan ku, Markusss!!"pekik Megan lantang membuat seisi mansion bisa mendengar teriakan nya. "Markus please! Aku tidak bisa berenang, lepaskan aku sialan! Berengsek!"ucap Megan semakin panik saat tubuhnya semakin turun ke arah kolam. "Tidak bisa berenang? Kau serius?" "Aku bersumpah akan membunuhmu jika kau menjatuhkan ku ke dalam kolam sialan ini. Kau belum tahu siapa aku? Hahhh?"teriak Megan semakin menjadi-jadi hingga menjadi tontonan menarik untuk Markus tersendiri. "Akan ku buktikan ucapan mu, Apple!"ucap Markus seraya melepaskan pautannya. Byurrr!!! Seketika tubuh Megan langsung masuk ke dalam kolam, ia menutup mata merasakan air mulai masuk ke dalam mulutnya. Ia panik, mencoba menggerakkan tubuhnya sedemikian rupa. Oh God, ia mulai ketakutan saat tidak merasakan salah satu kakinya. "Markus!"batin Megan, berharap sebuah pertolongan yang mungkin ia dapatkan dari pria tersebut. Tap!!! Beberapa detik kemudian, Megan merasakan Markus menarik tubuhnya ke atas, mewajibkan kedua tangan gadis itu melingkar pada leher pria tersebut hingga ia mendapatkan kembali oksigen yang di butuhkan. Markus curang! Memanfaatkan kelemahan Megan sedemikian rupa. "Bagaimana?"bisik Markus, hingga Megan mulai berani membuka matanya kembali. Ia memeluk erat Markus dan mengerang sakit. "Kaki ku kram, berengsek!"ungkap Megan tanpa meninggalkan umpatannya. "Akan reda sebentar lagi, tidak perlu khawatir!" "Aku juga dingin, sialan!"pekik Megan tidak sabar, membuat Markus melemparkan senyuman yang khas dan membawanya ke pinggir kolam. Lantas, mendudukkan nya di tangga paling atas. "Sebelah mana?"tanya Markus seraya meluruskan kaki Megan. "Aku tidak butuh bantuan mu!"tolak Megan ketus. Ia memegang sudut kolam, mencoba bangkit dari tempatnya. Lagi! Pria itu menahannya, tidak memberi akses sedikitpun untuk gadis itu bisa bergerak lebih banyak. "Kau memang gadis keras kepala." "Bukan urusan mu, kau hanya pria asing!"jelas Megan membuat sudut mata Markus mendadak mengecamnya. "Apa yang kau lihat? Hah?"celetuk Megan sambil memeluk tubuhnya sendiri. Sialan! Karena basah, Markus bisa melihat isi dalam pakaian nya jelas. "Kau! pretty girl, Apple!"Megan menoleh, dan dengan gerakan cepat Markus mendekat, merapatkan bibir mereka. Markus menciumnya, hingga dua bundaran mata bulat Megan mengembang. Markus memegang pinggul Megan, menariknya kembali untuk masuk ke dalam air hingga gadis itu tidak mampu bergerak banyak. Megan diam dan merasakan ciuman yang semakin liar, meningkat untuk menerima balasan darinya. God, Megan menelan ludah saat tubuhnya seakan tergerak untuk menerima ciuman yang berhasil membuatnya sesak napas. Sentuhan Markus rupanya lebih kuat daripada Axel. Tepat sepuluh detik kemudian, Megan membalas ciuman Markus, membuat pria itu menarik resleting bawahan Megan untuk menyisipkan jarinya ke dalam. Gadis itu menggigit bibirnya kuat-kuat, merasakan sesuatu yang tidak biasa di titik lemahnya. Ia melepaskan ciuman dari Markus dan menaikkan kepalanya cukup tinggi. "So sexy, Apple!"bisik Markus di sela ciuman yang berada di leher Megan sekarang. Gadis itu terbuai suasana dan rasanya tidak bisa lepas. "Kau ingin aku di sini?"tanya Markus, menekan ujung jarinya ke dalam area intim Megan. Gadis itu menelan ludah dan meremas kuat bahu Markus. Ia tidak bisa berpikir. Masuk pada puncak gairahnya. "Are you virgin, Megan?"tanya Markus, lagi. Mendengar itu, seluruh pikiran Megan kembali. Ia mengerahkan tenaganya untuk mendorong Markus.  Plaakk!!! Markus di tampar, hingga wajah pria itu langsung beralih ke sisi kiri. "Stupid!"umpat Megan mengancing kembali bawahannya. "Pergilah ke neraka sialan!"perintah Megan, setelah sadar bahwa kakinya membaik ia beranjak. Segera berdiri dan pergi dari Mansion milik Markus dengan wajah merah. "Sial! Kenapa aku membiarkannya begitu saja?"pikir Megan seraya mengusap-usap bibirnya dengan ujung pakaian basahnya. Markus memiringkan bibir, menatap punggung Megan yang sudah hilang dari pandangannya. Beberapa detik kemudian, mata pria itu bergerak pada flower bucket yang dikembalikan Megan dengan berani ke mansion nya. Markus ikut beranjak, mengarahkan langkah kaki nya ke arah tumpukan roses tersebut. "Kau akan berbaring di bawah kuasaku, seperti bunga-bunga ini, Megan! Tunggu saja, setelah aku mengurus kedua orang tuamu siang nanti." ____________________ "Megan, kenapa kau basah kuyup?"tegur Milla sambil menyisipkan selai strawberry di dalam roti nya. "Terkenal badai lokal!"balas Megan asal, ia membuka kulkas dan menarik sebotol s**u kotak dan meminumnya sekaligus. "Megan! Ceritakan pada mommy—" "Mom aku harus ganti pakaian, dan aku akan langsung pergi bersama Caroline!"potong Megan membuat Milla tercengang. "Kenapa anak itu?"tanya Milla sambil menggigit rotinya. Memerhatikan tingkah aneh Megan hingga ia keluar dari dapur dengan wajah pucat. Milla meraih ponselnya, mencari dan melakukan panggilan cepat pada Billy— suami tercintanya. "Hallo sayang, kau dimana? Segera pulang ke Penthouse. Kau ingat kan? Kita ada janji temu dengan tamu?"tanya Milla dan hanya mendapatkan jawaban "Ya" dari Billy. "Okay, aku akan menunggu mu sayang, aku penasaran dengan tamu kita,"ucap Milla langsung mematikan panggilan telponnya. Yakin, bahwa Billy akan membalas ucapannya hanya dengan "iya" lagi. __________________ Tiga jam berlalu, mendadak kawasan elit penthouse kediaman Hodgue ramai. Akibat enam buah mobil jenis SUV tampak parkir asal, namun, parahnya tidak ada satu manusia pun yang mampu bertindak. Mobil-mobil tersebut dijaga ketat oleh beberapa pria gempal. Sementara pemilik utamanya sudah menaiki elevator, menuju puncak tertinggi bangunan Penthouse tersebut. Markus mengedarkan mata di balik sunglasses berwarna hitam mahalnya. Melirik ke arah Taylor yang membawa gif box bermerk. Tidak hanya Taylor, beberapa bodyguard pendamping nya pun sama. Mereka membawa hadiah yang banyak untuk seluruh keluarga Hodgue. Jika di iringi musik, Markus lebih mirip calon pengantin 'ala Indonesia' yang tengah membawa hantaran seserahan. Mungkin ia termotivasi dari hal tersebut. Sekarang, Markus dan seluruh pendamping nya berdiri di salah satu pintu rumah yang menjadi tujuannya.  "Wait! Aku sudah tampan 'kan?"tanya Markus membuat Taylor dan bodyguard lainnya mengangguk memberi penilaian. "Aku tekan bel nya?"tanya Taylor. Hingga Markus hanya membalas dengan satu anggukan. Segera, wanita tersebut menekan tombol kecil yang ada di sudut pintu, dan menunggu seseorang membukanya. Ceklek!! Pintu dibuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang cukup mirip dengan Megan. Milla Hodgue. Ia tercengang, mengedarkan matanya ke arah orang-orang yang kini di hadapannya. "Sore Mrs. Hodgue, aku Markus Gringer Grint, boleh aku masuk? Ada yang perlu aku bicarakan dengan keluarga mu,"ucap Markus dengan suara yang cool. Milla masih diam, hingga merasakan Billy menyentuh sudut bahunya kuat, memerhatikan mata hijau Markus yang kini sudah tanpa penghalang apapun. "Mr & Mrs. Hodgue. Aku Taylor. Aku yang menelpon kalian untuk melakukan janji temu hari ini,"ucap Taylor memperkuat penjelasan untuk di dengar. "Billy?"sesak Milla tidak berani mengambil keputusan. Ia tidak menyangka. "Silakan!"balas Billy datar. Ia menarik bahu Milla, membiarkan orang-orang itu masuk dan meletakkan hadiah-hadiah mahal di sudut ruangan. Lantas mereka kembali keluar membiarkan Markus berada di dalam ruangan tersebut sendiri. "Duduklah!"pinta Milla sambil tersenyum ramah. Ia gugup. "Kau mengirim bunga untuk putriku tadi pagi?"tanya Milla penasaran. Ia melirik ke arah Billy dan pria itu hanya diam, menunggu jawaban tegas Markus. "Yah! Aku yang mengirimnya, spesial untuk Megan,"ucap Markus. "Apa urusanmu datang kemari?"tanya Billy tidak sabar. Ia menatap wajah Markus tajam seakan siap untuk menerkam lawan. "Aku.... Ingin melamar putri mu, Megan Axtar Hodgue!"ucap Markus mantap, sekali lagi Milla membulatkan mata, seakan tidak percaya dengan kalimat yang baru saja dikatakan Markus. Benar, Markus merupakan pengusaha paling tertutup, namun, untuk circle Milla ia cukup kenal siapa dan apa usaha yang dimiliki pria itu. Milla yakin, hidup Megan akan terjamin. Billy ikut diam, memikirkan usia antara Megan dan Markus cukup terpaut jauh. Bagaimana bisa, putrinya memiliki hubungan dengan sosok seperti Markus. Ia ikut terkejut, berpikir sejenak dengan semua hal yang sedang ada di hadapannya saat ini. Sebagai orang tua, Billy sama seperti Milla, ia tidak ingin asal. Apalagi, Megan putri mereka satu-satunya. Tidak ada seorang ayah yang ingin melihat sayap putrinya patah. "Kau serius?"tanya Billy pasti. Markus mengangkat pandangannya, memicingkan tajam dan mempertontonkan keseriusan pada dua manusia yang ada di depannya saat ini. "Ya! Aku sangat yakin,"ucap Markus, seraya menelan ludahnya kuat-kuat. Lantas, melempar senyuman penuh keseriusan. ___________________ Bagaimana untuk part ini? Votmen nya jangan lupa yah. Follow IG shineamanda9 untuk info trailer, Playlist dan visual.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD