Jantung pria itu berdebar ketika melihat betapa bahagianya anak dan ibu itu setelah beberapa waktu tidak bertemu.
Tubuh yang sedikit mengeriput dengan selang infus melekat pada tangan ringkihnya berhasil membuat hati Aaron mencelos. Ternyata sungguh kejam dirinya yang dengan teganya memisahkan anak dari sang ibu.
Apalagi melihat air mata bahagia ketika melihat putrinya, telah membuat hati Aaron tercabik-cabik oleh rasa penyesalan yang begitu dalam.
"Tuan...."
Evelyn mengatupkan bibirnya rapat, ketika menyadari apa yang baru saja dia katakan. Gadis itu menarik diri dari pelukan sang Mommy, lalu mengusap air matanya yang mengalir ketika bertemu dengan Mommy Anastasia.
"Tuan? Siapa Tuan?" Tanya Mommy dengan suara lemahnya.
Evelyn jadi gugup, ketika mendapat pertanyaan itu, bibir mungilnya tanpa sadar memanggil suaminya dengan sebutan Tuan. Evelyn yakin Mommy pasti akan curiga.
"Itu Mom..."
"Hai Mom..." Terdengar suara berat Aaron dari belakangnya.
"Kau siapa?" Kening Mommy berkerut melihat pria yang saat ini berdiri di samping putrinya.
"Kenalkan, aku suami dari putrimu." Aaron tersenyum tipis.
Mommy terdiam sejenak ketika mendengar ucapan pria yang mengaku sebagai suami dari putrinya. Mommy melihat Evelyn, mencari pembenaran dari kalimat itu.
"Iya Bu, dia suamiku...." Jawab Evelyn ragu.
Mendengar itu, Mommy menyunggingkan senyumnya, tatapannya melembut melihat Aaron.
"Aaron?" Mommy menatap Aaron dengan wajah berbinar, seakan kedatangannya begitu ditunggu-tunggu.
"Suamimu sangat tampan Elin..." Puji wanita itu. Mommy Anastasia memang tidak bisa menyembunyikan kekagumannya pada anak muda yang kini menjadi menantunya itu. Siluet rahang yang tegas dipadukan dengan pahatan hidung yang mancung dan mata yang tajam terpatri dengan indah di wajah mulus tanpa noda itu.
Evelyn hanya tersenyum tipis menjawabnya, dia bingung harus bagaimana bersikap saat ini.
"Iya Mom, aku Aaron. Maaf kalau aku baru bisa mengunjungimu sekarang." Ujar Aaron penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa Nak. Mom mengerti, kau pasti sangat sibuk dengan pekerjaanmu."
"Sekali lagi maafkan aku, ke depannya aku akan sering menjengukmu..."
"Tidak perlu sering-sering kemari Nak. Jaga saja putriku dengan baik, maka Mom akan senang. Mom sudah tua, mungkin umurku tidak akan lama lagi. Mom harap kelak jika Mom sudah tidak ada, kau bisa menjaga putriku dengan baik."
"Ibu..." Sanggah Evelyn menggelengkan kepalanya. "Jangan berkata seperti itu."
Evelyn menjadi sedih mendengar ucapan sang Mommy. Kata-kata itu seperti ucapan perpisahan dengannya.
Mom tersenyum, "Mom menyayangimu sayang." Mengelus rambutnya.
"Baik Mom, aku janji akan menjaga putrimu dengan baik."
"Terima kasih banyak Nak. Hanya kaulah harapanku satu-satunya, Daddy sekarang sedang mendekam di penjara, tidak ada lagi yang bisa Mom harapkan selain dirimu." Kata Mommy penuh harap.
"Mom mohon, tolong jangan membuatnya menangis, karena kalau sudah menangis, anak ini sangat susah didiamkan, Elin sangat cengeng." Kata Mommy lagi.
"Mom..." Rengek Evelyn. Karena kalau tidak segera dihentikan Mommy bisa membongkar semua aibnya.
Mom terkekeh, "Tidak usah takut keburukanmu terbongkar di depan suamimu."
"Mom..." Evelyn mengerucutkan bibirnya kesal.
Tanpa mereka sadari, pria di tengah mereka dari tadi menahan agar tidak tersenyum. Pria itu berusaha mendatarkan wajahnya ketika melihat wajah lucu istrinya ketika merengek pada Mommy.
Leon tidak menyangkal bahwa dia terpesona melihat sisi lain dari istrinya yang tidak pernah dia lihat selama hampir setengah tahun menikahinya. Ternyata gadis itu aslinya sangat ceria, itulah satu hal yang didapat Aaron dalam pertemuan pertamanya dengan sang Ibu mertua.
Melihat keceriaan gadisnya saat itu, membuat Aaron teringat wajah Evelyn yang dulu selalu murung setiap melihatnya. Untuk yang kesekian kalinya, hati pria itu dirasuki penyesalan yang mendalam. Ternyata karena dirinya keceriaan dan dunia seorang gadis belia hancur hanya karena kerasnya hatinya.
Melihat kedua wanita beda generasi itu, yang terlihat bahagia tanpa adanya sifat terselubung dalam diri mereka membuat Aaron menjadi ragu. Ragu dalam artian bahwa suami dari Mommy Mommy Anastasia atau ibu mertuanya, bukanlah pembunuh Ayah dan Zen.
Sudah dua jam lebih mereka menemani Mommy Anastasia, sementara hari semakin sore. Akhirnya pasangan suami istri itu memutuskan untuk segera pulang.
Evelyn yang belum rela meninggalkan Mommy, menatap pada suaminya dengan tatapan penuh harap. Berharap agar Aaron membiarkannya sedikit lebih lama di sini. Mommy yang melihat itu menegur putrinya.
"Pulanglah Elin, kau bisa datang lain waktu lagi." pinta Mommy. Karena Mommy berpikir karena Evelyn sudah menikah, jadi harus mengikuti kemauan suaminya.
"Mom...." panggil Evelyn dengan wajah sedihnya.
"Besok kau bisa datang lagi kemari." Ujar Aaron yang seketika membuat Evelyn tertegun. Dia kira, dia salah dengar atau hanya halusinasinya.
"Kak Aaron?" Erin memastikan. Dia terpaksa memanggil nama Aaron karena tidak ingin membuat Mommy curiga.
"Kau bisa datang lagi besok, lusa sampai seterusnya." Aaron mempertegas ucapannya.
"Sungguh?" Evelyn masih tidak percaya, matanya berbinar seperti anak kecil yang mendapatkan mainan barunya.
"Tentu saja." Jawab Aaron tersenyum lalu mengusap rambut panjang milik istrinya.
Evelyn tertegun, begitu banyak kejutan yang dia dapat dari suaminya hari ini. Saking banyaknya, sampai-sampai membuat jantungnya tiada hentinya berdebar sedari tadi.
"Terima kasih." Jawabnya singkat dengan jantungnya yang masih berdegup kencang.
Mommy yang melihat anak dan menantunya itu, tersenyum bahagia. Sepertinya pria yang kini menjadi menantunya adalah pria yang baik dan bisa diandalkan untuk membahagiakan putrinya. Untuk sementara ini Mommy bisa lega, karena sudah ada yang menjaga putrinya.
"Mom kami pulang dulu." Pamit Evelyn lalu memeluk tubuh Mommy erat.
Lalu bergantian dengan Aaron, mencium punggung tangan Mommy. "Kami pulang Mom, aku harap kau bisa cepat sembuh." Ucap Aaron.
"Terima kasih Nak. Ingat pesan Mom, jangan buat Elin menangis, atau kalau tidak kau akan kewalahan dibuatnya." Jenaka Mommy melihat putrinya.
"Mommy..." Rengek Evelyn.
"Sudahlah, sampai kapan kau berubah dewasa, ingat kau sudah menikah Elin."
Tidakkah Mommy tau, selama ini Evelyn bahkan sudah sangat berubah. Evelyn sudah dewasa ketika bersama Leon dan akan kekanakan ketika bersama Mommy dan Daddy.
Aaron dan Evelyn keluar dari kamar Mommy. Mereka berjalan beriringan melewati koridor rumah sakit. Aaron memperhatikan Evelyn sedari tadi. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya yang ingin dia ketahui dari Evelyn.
"Hmm.." Aaron berdehem.
"Ya Tuan, ada apa?" Evelyn yang peka menanyakan Aaron.
"Ehm. itu. Aku ingin tau, kenapa Mommy memanggilmu 'Elin'?" Aaron memuaskan rasa penasarannya.
Saat Evelyn hendak menjawab, dokter Peter, dokter yang menangani Mommy Anastasia memanggil Evelyn.
"Dokter Peter. Ada apa?" Tanya Evelyn.
"Nona Evelyn, bisakah kita bicara sebentar?"
Evelyn tersenyum, "Tentu saja Dok, ada apa?"
"Boleh di ruangan saya saja? Kalau Nona tidak keberatan?"
Evellyn melihat Aaron, meminta persetujuan darinya. Aaron pun menganggukkan kepalanya, sebagai tanda persetujuan darinya.
"Mari Nona." Dokter Peter memimpin jalan menuju ruangannya.
Sampai di ruangannya setelah Evelyn dan Aaron duduk di depan meja. Dokter Peter menunjukkan selembar foto medis pada Evelyn. Evelyn yang tidak mengerti menatap Dokter bingung.
"Itu adalah hasil foto medis Nyonya Anastasia yang saya ambil seminggu yang lalu." Jelas Dokter.
Dokter Peter berdehem, "Sebelumnya saya mohon maaf kepada Nona Evelyn, karena perkiraan saya salah beberapa bulan lalu. Dan saya sangat menyesali itu."
"Maksud Dokter apa, saya tidak mengerti?"
"Foto itu menunjukkan adanya komplikasi pada paru-paru Nyonya Anastasia. Setelah hipertensi Nyonya Anastasia dinyatakan normal beberapa waktu lalu, Nyonya Anastasia mengalami drop. Setelah kami periksa, ternyata Nyonya Anastasia mengalami pneumonia atau yang kita kenal dengan peradangan paru-paru. Penyebab pneumonia ini adalah Infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru, yang dapat berisi cairan. Pada pneumonia, kantung udara bisa berisi cairan atau nanah." Jelas Dokter Peter.
Evelyn terhenyak mendengar tuturan Dokter. Kenapa lagi ini. Batinnya bertanya-tanya. Tadinya Evelyn mengira bahwa Mommy sudah sehat, namun nyatanya Mommy memiliki penyakit yang baru muncul.
TBC