Sebuah Ide

1288 Words
Selamat membaca! Mark terlihat pasrah dan masih memejamkan keduanya ketika Alex hendak menembaknya. Namun, gerakan tangan pria itu terhenti saat Sandra yang baru saja membuka pintu ruangan langsung berteriak histeris karena melihat situasi yang mengerikan terjadi di depan matanya. Situasi di mana Alex sedang menyodorkan pistol yang digenggamnya ke arah pelipis Mark. "Tuan Alex, tolong jangan lakukan itu!" Sandra terus memohon berulang kali dengan penuh harapan. Ia sebenarnya merasa tidak yakin apa permintaannya akan didengar oleh Alex yang sedang dipenuhi amarah. Namun, ia tak punya pilihan selain terus memohon dan mengharap belas kasihan Alex. Alex pun menoleh dan sejenak menatap tajam ke arah Sandra. Sampai akhirnya, ia kembali melanjutkan apa yang ingin dilakukannya. "Saya mohon sekali, Tuan." Walaupun ragu, tapi Sandra tetap memohon dan berharap agar Alex berubah pikiran untuk tak membunuh Mark. Namun, ternyata sikapnya malah mengundang kemarahan Alex yang berpikir bahwa Sandra juga menaruh perasaan terhadap Mark. "Kenapa wanita itu datang dan merusak kesenanganku?" geram Alex di dalam hatinya. Setelah beberapa detik memikirkan permintaan Sandra, Alex pun mulai mengurungkan niatnya untuk menghabisi Mark. Ada perasaan kesal yang tak bisa diungkapkannya. Sebuah perasaan yang membuatnya berdecak kesal karena mengetahui dirinya menjadi lemah di hadapan Sandra. "Kenapa aku merasa wanita ini sama seperti Sierra? Wanita yang selalu melarangku ketika ingin membunuh seseorang," gumam Alex dengan wajah masam sambil menyimpan pistolnya kembali di balik jasnya. Tanpa mengatakan hal apa pun, Alex memilih untuk pergi meninggalkan Mark yang masih terkapar di lantai. Langkahnya tertuju ke arah Sandra yang tampak berdiri mematung di ambang pintu. "Kasihan, Tuan Mark. Semua ini karena aku! Dia sampai disiksa seperti itu oleh pria yang tak punya hati nurani ini," gerutu Sandra dalam hatinya. Ia begitu merutuki apa yang telah dilakukan Alex kepada Mark. Sesuatu yang kejam hingga membuat pria itu jadi babak belur dibuatnya. Saat langkahnya terhenti tepat di hadapan Sandra, Alex tanpa berkata apa pun langsung menarik tangan wanita itu yang masih termangu menatap iba kondisi Mark. "Maafkan aku, Tuan Mark. Aku tidak bisa menolongmu," gumam Sandra yang terus melihat ke arah Mark. Sebenarnya Sandra ingin menghampiri Mark dan membawanya ke rumah sakit agar pria itu seger mendapatkan penanganan dari team medis. Namun, ia tak punya kuasa penuh saat ini terhadap dirinya sendiri, Sandra bagai boneka yang harus patuh dan mengikuti semua perintah Alex, walau itu bertentangan dengan keinginannya sekalipun. Alex dan Sandra sudah berada di luar kitchen, mereka kembali melangkah ke lobi dengan tergesa untuk menaiki mobil. "Tuan Alex, apa sebaiknya kita tidak membawa Tuan Mark ke rumah sakit terlebih dahulu?" ucap Sandra memberanikan dirinya untuk bertanya. Pertanyaan yang membuat langkah Alex terhenti. Pria itu pun kini semakin menatap Sandra dengan lebih tajam dari sebelumnya. Tanpa melepas pandangan matanya, ia perlahan mendekati wajah Sandra hingga membuat wanita itu tercekat semakin ketakutan. "Ya ampun Sandra, kau ini memang bodoh! Kenapa kau bisa berkata demikian? Bisa-bisa karena semua ini nanti Alex akan menyiksamu ketika kau sudah sampai di rumahnya," batin Sandra yang langsung membayangkan akibat dari perkataanya. "Jika bibirmu ini masih menyebut namanya satu kali saja, aku bersumpah akan meledakkan kepalamu dengan pistolku!" geram Alex tak suka dengan apa yang dikatakan oleh Sandra. Sandra pun menelan salivanya dengan kasar. Ia pun hanya dapat mengangguk ketika jari telunjuk Alex menekan bibirnya dengan erat. "Ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu dengan pria ini ya?" gumam Sandra merutuki takdir hidupnya saat ini. Setelah merasa puas dan berhasil membuat Sandra semakin ketakutan, kini Alex kembali menarik tangan wanita itu dan mulai melanjutkan langkahnya untuk meninggalkan restoran. ()()()()() Selama di dalam perjalanan Alex memilih diam dan fokus dengan kemudinya. Pria itu sama sekali mengabaikan keberadaan Sandra yang berada di sebelahnya. Alex masih terlihat sangat kesal atas apa yang telah terjadi di restoran tadi. "Aku akan memberikan hukuman pada wanita ini!" geram Alex melirik sinis ke arah Sandra, yang terlihat hanya termangu memandang ke arah jalan. Ketika ingatan kejadian di restoran semakin membuat amarahnya memuncak, Alex mulai memacu kecepatan mobilnya hingga membuat Sandra ketakutan. Namun, ia tak lagi memiliki keberanian untuk melontarkan sebuah protes karena bagi Sandra hidupnya saat ini bukan lagi menjadi miliknya. Ia sadar betul jika Alex tidak akan mungkin membiarkannya untuk melakukan hal apa pun yang diinginkannya. Sandra hanya menghela napasnya dengan kasar. Akan tetapi, embusan napasnya dapat dibaca oleh Alex yang langsung menoleh ke arahnya. Entah apa yang membuat pria itu kini semakin sering memerhatikan Sandra, mungkin karena Alex merasa bahwa Sandra adalah satu-satunya wanita yang memiliki banyak kesamaan dengan Sierra, salah satunya adalah tentang status wanita itu yang ternyata masih suci sebelum Alex merenggutnya. Mobil sport milik Alex kini sudah sampai di pelataran kediaman keluarga Decker. "Aku tunggu di kamarmu!" titah Alex yang dengan cepat langsung keluar meninggalkan Sandra sendirian di dalam mobil. "Ya ampun, apa yang akan dilakukannya. Jangan-jangan dia ingin menikmati tubuhku lagi. Aku harus memikirkan sebuah cara agar Tuan Alex mengurungkan niatnya," gumam Sandra memutar otaknya dengan keras sambil membuka pintu mobil. Alex pun melangkah masuk ke rumah dengan tergesa. Sementara itu, Sandra yang tak mau membuat Alex marah kini sudah mengekor tepat beberapa langkah di belakangnya. Setelah tiba di kamar tamu yang Sandra tempati. Alex langsung meraih tangan Sandra dan melempar tubuhnya ke atas ranjang. Sandra seketika terhenyak kaget dengan perlakuan Alex padanya. Ia memang sudah dapat menebak bahwa Alex akan menikmati tubuhnya lagi. Namun, ia tak menyangka jika Alex ternyata sampai mengikat kedua tangannya di sisi kiri dan kanan ranjang dengan menggunakan tali yang diambilnya dari dalam nakas. "Tuan apa yang kau lakukan padaku?" tanya Sandra mulai merasa takut dengan sikap Alex yang layaknya seorang physco. "Ini hukuman karena kamu sudah berani membiarkan kedua pipi dan tanganmu disentuh oleh pria lain selain aku!" Alex terus mengencangkan ikatan tali pada kedua tangan Sandra hingga membuat wanita itu mulai merasakan sakit pada pergelangan tangannya. "Tuan jangan lakukan ini, tolonglah! Aku minta maaf, tapi aku berani bersumpah kalau Tuan Mark itu hanyalah customer di bengkel. Kami sama sekali tidak memiliki hubungan apa pun." Sandra terus menjelaskan pada Alex dan berharap agar pria itu dapat luluh untuk melepaskan ikatan pada tangannya. Namun, ternyata Alex mengabaikan permohonannya. Setelah memastikan ikatan itu sudah cukup kuat, Alex kini mulai melucuti satu persatu pakaian Sandra hingga yang tersisa hanya sebuah kain penutup yang masih menutupi gunung kembar dan celana dalam berenda yang masih dipakainya. "Ya ampun! Aku harus terus berpikir, ayo Sandra, gunakan otakmu, sebelum pria menyebalkan ini menikmati tubuhmu kembali untuk ketiga kalinya," batin Sandra terus memutar otaknya. Tiba-tiba sebuah ide terbesit dalam benaknya di saat Alex mulai menjamah tubuhnya. "Tuan, Tuan, tunggu dulu ada sesuatu yang ingin aku katakan!" ungkap Sandra dengan sebuah ide yang terbesit dalam pikirannya. Alex pun mendengus kasar sambil menahan hasrat yang sudah mulai memburu di dalam dirinya. "Ada apa?" tanya singkat Alex menjawab perkataan Sandra yang terdengar tergesa-gesa. "Aku sedang datang bulan, Tuan. Apa kamu tidak takut dengan darah?" tanya Sandra dengan nada sindiran. Perkataan Sandra sungguh membuat Alex tercekat hingga dalam sekejap seluruh hasratnya yang sempat memuncak seketika redup bagai di telan bumi. Alex pun dengan cepat bangkit dari ranjang dan menatap wajah Sandra dengan penuh selidik. "Kalau begitu malam ini kamu bebas, tapi sebagai hukumannya, aku akan membiarkan ikatan itu sampai besok pagi jadi selamat terlelap dengan posisi seperti itu ya!" Alex terkekeh sambil kembali mengenakan kemeja dan menyambar jasnya yang tergeletak di dasar lantai. Ia kemudian pergi meninggalkan Sandra begitu saja. "Tuan, Tuan, tolong lepaskan dulu ikatan ini!" pinta Sandra dengan memohon. Bukannya menuruti permintaannya, Alex malah terus melangkah pergi meninggalkan kamar tersebut dan kembali menutup pintunya. Sandra terus berteriak memohon pada Alex. Namun, usahanya sia-sia karena apa yang dilakukannya hanya menambah rasa kesalnya terhadap pria menyebalkan itu. "Setidaknya pria menyebalkan itu tidak bisa menikmati tubuhku dalam beberapa hari ke depan karena dia telah berhasil aku tipu," gumam Sandra dengan senyum kecilnya merayakan kemenangannya saat ini. Bersambung ✍️
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD