Selamat membaca!
Keesokan harinya suasana di rumah kediaman Decker sudah mulai terlihat sibuk. Hari ini adalah hari pernikahan Alex dan Sandra, hari di mana mereka akan saling mengikrarkan janji untuk setia, sehidup dan semati.
"Alex ayo kita berangkat, apa kamu sudah siap, sayang?" Grace sudah berada di kamar Alex untuk melihat kondisi putranya yang sejak semalam hanya berada di kamarnya saja.
"Sudah Mom, apa Sandra sudah siap?" Alex bertanya balik kepada ibunya.
"Sandra sudah menunggumu di mobil." Grace berdiri di hadapan Alex, merapikan dasi kupu-kupu yang terlihat miring dikenakan oleh Alex.
"Akhirnya sekarang kamu akan menikah, Mommy bahagia Alex. Semoga kamu sama seperti ayahmu, setia selamanya dengan istrimu." Grace tiba-tiba saja menitikkan air mata hingga kedua pipinya kini tampak basah oleh bulir kesedihan.
"Mom, sudahlah Mom jangan menangis, aku janji akan setia kepada Sandra. Walaupun aku terlalu gengsi mengakui perasaanku terhadapnya, tapi aku tidak akan pernah mengkhianati Sandra." Alex mengusap air mata di kedua pipi Grace dengan jemarinya.
Suasana terasa begitu mengharukan saat itu. Namun, tiba-tiba suara dehaman terdengar keras dari arah depan pintu. Keduanya pun dengan cepat menoleh ke arah sumber suara, ternyata sang ayah sudah berdiri di sana sejak tadi, menatap ke arah keduanya sambil bersedekap dengan jas hitam yang dikenakannya membuat Chris terlihat sangat gagah.
"Sudahlah, ayo kita berangkat. Ini hari bahagia untuk Alex, jangan kamu menangis Grace!"
"Ini bukan kesedihan, melainkan air mata kebahagiaan, sayang." Grace mulai mengulas senyum di wajahnya sambil melangkah mendekat ke arah Chris. Lalu, ia mulai bergelayut manja pada lengan suaminya itu.
Keduanya pun mulai melangkah terlebih dahulu meninggalkan kamar Alex.
"Cepat Alex, ayo!" titah Chris dengan suara yang agak keras sambil terus melangkah.
"Dasar Mommy, kalau sudah ada Daddy pasti aku di nomor duakan, padahal dia ke sini kan untuk memanggilku, sekarang aku malah ditinggal begitu saja," gerutu Alex di dalam hatinya sambil melangkah untuk menyusul langkah Chris dan Grace di depannya.
()()()()()
Sementara itu, di Bandara Schiphol Amsterdam Belanda, Sierra masih menunggu waktu keberangkatannya dengan hati yang resah.
"Sepertinya aku akan terlambat untuk mencegah pernikahan Alex dan Sandra." Sierra melempar tubuhnya dengan kasar ke sebuah kursi kosong setelah mendengar announcement dari pihak bandara bahwa jadwal penerbangannya harus mengalami penundaan karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan bagi pesawat untuk lepas landas.
()()()()()
Satu jam kemudian, di sebuah kapal pesiar mewah, tempat di mana pernikahan Alex dan Sandra dilangsungkan. Acara yang tidak terekspos media dan hanya dihadiri oleh kerabat juga sanak keluarga saja. Namun, walau begitu tampak seluruh anak buah Alex tetap berjaga di setiap sisi kapal tersebut atas perintah dari Chris.
Semua para tamu undangan sudah terlihat hadir memenuhi ruang utama di sana. Akan tetapi, acara pernikahan masih belum di mulai, menunggu sang mempelai wanita yang belum selesai dirias.
Alex yang masih menunggu kedatangan Sandra pun tampak sedang bersama sepupunya yang bernama Arnold Jefferson.
"Selamat ya dude, akhirnya kau akan menikah, tetapi aku terkejut ternyata kau yang lebih dulu daripada aku," ucap pria itu menjabat tangan kekar Alex dengan erat.
"Semoga kau cepat menyusul ya, Dude! Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan Clara? Apa semua berjalan baik?" Alex memberi hentakkan pelan dengan siku tangannya ke arah perut Arnold yang seketika mendengus kasar.
Arnold tersentak dengan pertanyaan Alex, ia lalu mendekatkan wajahnya ke arah daun telinga Alex untuk membisikkan sesuatu. "Apa kau mengundangnya ke sini?" Alex menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Arnold.
Raut wajah Arnold seketika memucat dengan kening yang sudah tampak basah oleh peluhnya.
"Ya ampun ternyata Clara juga di sini, aku memang pria bodoh! Sudah satu tahun dekat dengannya, tapi aku tak punya keberanian untuk mengatakan perasaanku yang sebenarnya. Sampai akhirnya, Clara menjauh dan tak pernah mau menemuiku lagi," batin Arnold merutuki dirinya sendiri yang tak memiliki nyali besar, saat berhadapan dengan Clara.
"Hi Dude, itu wanita yang kau bicarakan. Aku pergi dulu ya, semangat dude." Alex melangkah untuk menjauh dari Arnold yang kelihatan gugup saat ini. Pria itu pun hanya tertunduk sambil memilin jemarinya, ia bahkan sampai tak berani menatap wajah Clara yang kini sudah ada di hadapannya.
"Kau juga datang ke sini ternyata. Wanita itu sangat beruntung ya karena Alex berani mengajaknya menikah, tidak seperti aku." Clara melihat ke arah Sandra yang sudah berdampingan di hadapan seorang pendeta, dengan melirik ke arah Arnold.
Acara pernikahan mulai berlangsung dengan khidmat. Rasa gugup terpancar jelas di wajah Sandra, yang begitu terbata menjawab pertanyaan dari pendeta.
"Ini adalah momen yang istimewa untukku, semoga saja aku bisa membuat Tuan Alex mencintaiku dan dapat memperlakukan aku dengan baik, selayaknya seorang istri dan bukan pelayannya," batin Sandra sesekali melirik ke arah Alex yang sedang mengucapkan ikrar pernikahan.
Setelah saling berikrar, kini tiba saatnya keduanya melakukan sesi pertukaran cincin, sebuah cincin yang bermahkota kan berlian yang indah, Alex sematkan di jemari Sandra dengan perlahan.
"Sierra aku tahu dari tempatmu kau selalu mengawasiku. Aku memang masih mencintaimu, namun kehidupan ini harus terus berjalan ke depan, masa lalu denganmu adalah yang masa lalu yang paling indah untukku dan saat ini, aku akan memulai jalan hidup yang baru bersama Sandra. Sekarang kau bisa lebih tenang di sana, karena kini aku sudah memiliki Sandra sebagai penggantimu," batin Alex menatap jauh ke dasar hati Sandra lewat kedua manik matanya yang berwarna kecokelatan.
Pandangan mereka saling bertaut sampai Sandra selesai memasangkan cincin pernikahannya di jari Alex.
"Sebenarnya aku ingin selamanya menjadi istrinya, tapi aku tidak yakin bahwa Tuan Alex bisa mencintaiku. Lagipula dia menikahiku hanya untuk menjadikanku pelayannya saja agar aku dapat membayar hutang-hutang ayahku." Sandra mulai menitikkan air mata, begitu mudahnya bulir kesedihan itu lolos dari pelupuk matanya yang indah. Membuat rasa penasaran mulai muncul dalam pikiran Alex tentang apa yang dipikirkan oleh Sandra hingga membuatnya menangis.
Sandra langsung mengusap air matanya, di saat ia mengetahui bahwa Alex sedang menatap wajahnya dengan lekat. Kini acara mulai beralih, kedua mempelai akan saling berciuman sebagai tanda cinta mereka. Rasa canggung mulai hinggap di dalam diri Sandra, ketika bibir Alex semakin mendekat ke arah bibirnya yang tampak merah merekah dengan warna lipstik yang menambah kesan eksotik.
Keduanya pun kini saling menepikan ragu, mereka berciuman, Alex melahap rakus seluruh bibir Sandra hingga membuat wanita itu hanya mematung pasrah menerima semua yang dilakukan oleh pria itu.
"Entah kenapa mencium bibirmu saat ini begitu berbeda dengan waktu pertama kali itu," bisik Alex di samping daun telinga Sandra yang membuat wanita itu terhenyak dan langsung mencerna maksud dari perkataan Alex.
"Apa maksudnya? Apa mungkin Tuan Alex kini sudah mencintaiku?" batin Sandra terus menatap Alex yang masih begitu dekat dengannya hingga membuat embusan napas pria itu begitu terasa menyapu wajahnya.
Kebahagiaan kedua mempelai juga dirasakan oleh para tamu yang hadir di acara tersebut. Termasuk Grace yang begitu bahagia karena melihat putra semata wayangnya telah menjadi seorang suami.
"Aku bahagia sekali melihat Alex. Aku harap dia bisa seperti dirimu ya sayang, setia selamanya sampai maut memisahkan dengan Sandra," ungkap Grace menatap penuh haru.
Chris menggenggam erat tangan istrinya seolah meyakinkan keraguannya terhadap putranya itu.
"Alex bisa lebih baik sayang. Percayalah padaku." Chris menatap dalam wajah Grace, manik matanya tampak menyiratkan sesuatu yang sebenarnya ingin ia ceritakan. Namun, hingga detik ini Chris masih merahasiakan semuanya dari Grace dan juga Alex.
"Aku rasa mereka berdua tidak perlu tahu, akan sulit menjelaskannya," batin Chris menyimpan rahasia ini selama puluhan tahun.
Bagi seorang mafia bersembunyi atau menyembunyikan sesuatu adalah hal yang sangat mudah dilakukan. Bahkan menciptakan suatu rekayasa itu bukan merupakan hal yang sulit untuk dilakukan.
Setelah menyelesaikan prosesi pernikahannya, kini Alex mengajak Sandra keluar dari keramaian. Pria itu ingin membicarakan sesuatu kepada wanita yang baru saja dinikahinya.
"Ikuti aku! Ada yang ingin aku katakan."
Sandra pun tersenyum kecil mengiyakan perintah Alex. Pikirannya kini sudah dipenuhi rasa penasaran, tentang apa yang ingin dikatakan oleh pria yang saat ini sedang menggenggam tangannya dengan erat, sambil terus melangkah keluar.
"Kenapa aku merasa Tuan Alex berbeda ya?" batin Sandra menatap punggung Alex dan terus mengikuti langkah kakinya.
Kini langkah keduanya terhenti di tepi kapal, Alex langsung memerintahkan kepada anak buahnya yang berjaga di sana untuk pergi dan meninggalkan mereka berdua.
Sandra menatap wajah Alex dengan kedua alis yang saling bertaut, menunggunya mengatakan sesuatu yang sejak tadi membuat rasa penasarannya mulai meronta dalam pikirannya.
"Apa yang ingin kamu katakan Tuan Alex?" Kalimat tanya itu pun akhirnya terlontar, mewakili rasa penasarannya.
Alex masih menatap wajah Sandra dengan lekat. Ada raut wajah yang berbeda ditampilkan oleh pria itu. Tak ada lagi kesan galak atau menyeramkan, tetapi lebih ke arah menyayangi.
"Hal pertama berhentilah memanggil aku Tuan Alex, cukup namaku saja!" titah Alex dengan senyum yang terulas.
Perkataan Alex, sungguh membuat Sandra begitu terkejut. Ia benar-benar tak menyangka bila pria yang sempat dikenalnya tak memiliki perasaan itu, kini bisa bersikap manis di hadapannya.
"Kedua, aku ingin minta maaf atas kekasaran yang aku lakukan terhadapmu. Aku tidak pernah berpikir bahwa aku bisa menemukan cinta di dalam dirimu. Cinta yang sudah lama aku lupakan, cinta yang sudah lama tak pernah mengisi kekosongan hatiku. Sekali lagi maafkan aku atas semua hal tak pantas aku lakukan padamu."
Apa yang Alex katakan bak tetesan embun yang menyejukkan luka yang sempat pria itu goreskan?
Sulit baginya percaya. Namun, telinganya tak salah mendengar. Ini sebuah kenyataan yang membuat hatinya bergetar hebat. Tanpa ragu, Sandra pun mendekap tubuh Alex dengan erat.
"Sudah tak perlu banyak bicara lagi Alex! Sekarang kita sudah menjadi suami istri dan sudah menjadi tugasku untuk memaafkan semua kesalahanmu dulu."
Setelah hanyut bersama kenyamanan yang tercipta dari sebuah dekapan. Kini Sandra mulai mulai mengurai pelukannya dari tubuh Alex. Keduanya saling menatap dalam. Sampai akhirnya, Alex mencium bibir Sandra dengan lembut, sebuah ciuman yang penuh rasa cinta karena Alex berhasil membuang egonya dan berani untuk mengutarakan perasaannya kepada Sandra.
Suasana romantis dengan deburan ombak yang menerpa badan perahu, tiba-tiba dibuyarkan oleh suara dehaman dari seorang pria yang kebetulan baru saja tiba di sana.
Arnold melangkah untuk menghampiri Alex dan Sandra, kedatangannya sungguh tiba-tiba, hingga membuat Alex sedikit geram, karena sebenarnya masih ada hal yang ingin disampaikannya kepada Sandra.
"Hai pengantin baru. Selamat ya dude, semoga kalian cepat mendapatkan momongan," ungkap Arnold mengulas sebuah senyuman tanpa ada rasa bersalah, karena telah mengganggu momen romantis kedua pengantin baru itu.
Sandra yang tak mengenalnya, hanya meresponnya dengan senyum kecil di kedua sudut bibirnya, sampai akhirnya Alex memperkenalkan sosok pria yang kini ada di hadapan mereka.
"Ini sepupuku, namanya Arnold, dia adalah pria yang tak bernyali sekota Paris bila berhadapan dengan wanita, itulah sebabnya sampai saat ini dia masih single," sindir Alex sembari menepuk-nepuk pundak Arnold, yang kini sedang menahan rasa malunya di depan Sandra dengan wajah yang memerah.
Arnold seketika memukul d**a Alex dengan sikunya, sebagai kode agar Alex menutup mulutnya dan tak melanjutkan ucapannya yang sedang membongkar aibnya di depan Sandra dengan mendekatkan wajahnya ke daun telinga Alex, Arnold mulai mengultimatum Alex dengan gurat wajah mengancam.
"Dude, please jangan lanjutkan ceritamu, apa kau mau aku kehilangan harga diri di depan istrimu? Aku tidak akan mau menolongmu lagi jika kau tidak membungkam mulutmu!" bisik Arnold dengan penuh penekanan.
Alex terkekeh lucu mendengar apa yang dikatakan oleh Arnold, sambil menjauhkan wajahnya. Arnold mulai merasa Alex sedang mempermainkannya, tanpa sebuah aba-aba ia memiting kepala Alex dengan tangannya, hingga membenamkan kepala Alex ke dadanya. Sandra yang melihat keduanya sedang terlibat percekcokan kecil, tak ingin mengganggu keakraban yang sedang terjadi di antara mereka, ia kemudian melangkahkan kakinya begitu saja, untuk masuk kembali ke dalam.
Langkah Sandra terhenti ketika suara panggilan seorang wanita membuatnya menoleh ke belakang.
Sandra menatap seorang wanita cantik dengan topi hitam di kepalanya, menjadikan fashion wanita itu terlihat menawan di mata Sandra.
"Selamat ya Sandra, kau sangat beruntung dinikahi oleh Alex, percayalah dia akan memberikanmu kebahagiaan. Walaupun dia terlihat galak, tapi sebenarnya hatinya sangat baik."
Perkataan Clara seolah menambah harapan di dalam hati Sandra akan kehidupan yang dijalaninya setelah ini.
"Terima kasih, sepertinya kamu tahu banyak ya tentang Alex?"
Clara terkekeh kecil mendengar pertanyaan Alex. "Perkenalkan aku Clara Stewart, sahabat Alex dari semasa kuliah. Oh ya, mungkin kamu pernah mendengar tentang Sierra dari Alex, nah Sierra itu adalah sepupuku."
Sandra mengedikkan bahunya dengan kedua alis yang saling bertaut. "Sierra siapa? Aku tidak mengenalnya."
Clara terhenyak dengan pertanyaan yang terlontar dari mulut Sandra.
"Oh jadi selama ini Alex tidak pernah menceritakan masa lalunya kepada wanita ini," batin Clara menyimpulkan.
"Sudahlah tidak perlu dibahas, lagipula Sierra sudah tenang di sisi Tuhan." Wajah Clara seketika berubah menjadi sendu, mengingat segala hal tentang sepupunya itu.
Sandra merapatkan jaraknya, sambil mengusap lengan Clara, ia coba menenangkan kesedihan wanita itu, yang terlihat sangat terpukul.
"Kamu yang sabar ya, harus ikhlas agar Sierra tenang di sana." Sandra coba menguatkan Clara yang kini mulai mengusap air mata pada kedua pipinya yang tampak lolos begitu saja dari kedua sudut matanya.
"Maafkan aku ya, tidak seharusnya aku menangis di hari bahagiamu ini."
Sandra mengulas senyum di wajahnya, menandakan bahwa ia menerima permintaan maaf Clara.
"Oh ya kau lihat pria di sana itu!" tunjuk Clara ke arah Arnold yang masih bercengkrama dengan Alex.
"Iya dia sepupu Alex, namanya Arnold. Mereka kelihatan sangat akrab ya."
"Ya begitulah, tapi aku adalah korban perasaannya, kami berdua dekat. Bahkan sangat dekat selama satu tahun ini, tapi entah kenapa pria itu masih belum berani mengutarakan perasaannya padaku dan itu sangat menjengkelkan. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk menjauh darinya dan menjalin hubungan dengan pria lain, walau perasaanku masih sangat mengharapkannya."
Sandra membagi pandangannya ke arah Arnold dan Clara. Sampai akhirnya, terbesit sebuah ide untuk menyatukan keduanya.
"Sepertinya aku akan membantu mereka," batin Sandra tersenyum penuh rencana.
Bersambung✍️