Selamat membaca!
Mobil Alex sudah terparkir dengan pintu mobil yang otomatis terbuka sendiri, saat perseneling sudah berada pada posisi parkir. Alex dan Sandra pun keluar dari mobil. Keduanya mulai melangkah menuju sebuah rumah sederhana yang kini ada di hadapan mereka.
"Ini rumah Harry ya?" tanya Sandra pada suaminya sambil terus melihat ke sekeliling.
"Iya begitulah, aku juga baru pertama kali ke sini. Ayo kita masuk!" Alex melangkah terlebih dahulu diikuti oleh Sandra yang mengekor di belakangnya.
Saat sudah tiba di depan pintu rumah, Alex mulai mengetuk pintu rumah itu dengan perlahan. Tak butuh waktu lama, seorang gadis kecil membuka pintu itu dengan perlahan.
"Iya, ada yang bisa aku bantu?" tanya seorang gadis yang usianya sekitar 15 tahun, dengan suara lugunya.
Alex menundukkan kepalanya menatap gadis itu, ia teringat akan pesan dari Harry untuk menjaga ibu dan adik perempuannya.
"Aku mau mencari ibumu, apa dia ada di dalam rumah?" tanya Alex dengan tersenyum. Namun, belum sempat gadis itu menjawab seorang wanita tiba-tiba datang dan berdiri di belakang tubuhnya dengan wajah penuh selidik menatap Alex maupun Sandra.
"Iya kalian ingin mencari siapa?" Wanita itu pun langsung menuntun gadis itu agar berdiri di belakang kedua kakinya, seolah melindunginya.
Hal yang teramat wajar karena memang Alex dan Sandra adalah orang asing yang baru mereka lihat.
"Tenang! Saya bukan orang jahat, perkenalkan saya Alex Decker dan ini istri saya Sandra Kaylee." Alex memperkenalkan dirinya sekaligus istrinya kepada wanita paruh baya itu yang seketika menampilkan raut wajah penuh amarah dengan sorot mata tajam ke arah Alex.
"Kau yang telah menyebabkan suamiku meninggal dan sekarang anakku, pergi kau! Pergi!!" teriak wanita itu dengan lantang dan penuh kebencian.
Perkataan itu, menimbulkan tanda tanya di dalam pikiran Alex. Ia seketika memutar otaknya untuk mengingat segala sesuatu yang pernah dilakukannya. Namun, Alex tetap tak mengerti maksud perkataan wanita paruh baya itu yang sudah menutup pintu rumahnya dengan sangat keras.
"Apa maksud perkataannya, sayang? Aku sama sekali tidak mengenal suaminya, selama ini yang aku tahu Harry adalah anak yatim dan hidup bersama ibu juga adiknya. Lantas kenapa aku yang dipersalahkan?" Pikiran Alex dipenuhi berbagai pertanyaan di dalam kepalanya. Kini ia pun kembali mengetuk pintu itu dengan keras untuk memaksa sang pemilik rumah agar menjelaskan maksud dari perkataan yang telah diucapkannya.
Sandra yang melihat kemarahan suaminya berusaha meredakannya. "Sabar sayang, sebaiknya kita pergi dulu! Nanti kita kembali lagi di saat wanita itu sudah jauh lebih tenang sekarang." Sandra mengusap lembut rahang wajah Alex, kemudian menuntunnya untuk menjauh dari pintu rumah dan kembali ke dalam mobil.
Namun, baru tiga langkah mereka menjauh, tiba-tiba pintu tersebut terbuka dan wanita itu keluar dengan lantang sambil berkacak pinggang, menatap Alex dengan sorot mata yang penuh dendam.
"San Etienne 2005, tanyakan pada ayahmu, Chris Decker, dia pasti dapat menjawab semuanya! Suatu saat keluargamu akan hancur dan kalian benar-benar akan merasakan kehilangan!" Wanita itu langsung masuk kembali dengan membanting keras pintu rumahnya, lalu menguncinya.
Sementara itu, Alex dan Sandra yang mendengar kemarahan wanita itu semakin dibuat bingung dan bertanya-tanya.
"Apa benar Daddy tahu semua ini? Mungkin aku harus tanyakan langsung kepadanya," ucap Alex yang kembali memutar tubuhnya, untuk masuk ke dalam mobil.
"Sebenarnya ada rahasia apa ini? Sepertinya wanita itu dendam sekali terhadap keluarga Decker," batin Sandra mulai cemas
Alex dan Sandra kini sudah berada di dalam mobil. Mereka ingin kembali ke rumah untuk langsung menanyakan kepada Chris, tentang perkataan yang telah dikatakan oleh wanita itu.
"Kamu harus baik-baik menanyakan kepada Daddy. Jangan emosi, Alex! Ingat mau bagaimanapun beliau adalah orang tua yang harus kita hormati." Sandra mengusap lengan Alex dengan lembut. Sentuhan yang membuat Alex menjadi begitu tenang. Ia bahkan sudah kembali tersenyum menatap wajah istrinya yang bak seorang malaikat baginya.
"Iya sayang, kamu tenang saja. Terima kasih ya kamu itu selalu berhasil membuat hatiku tenang." Alex mengusap pucuk rambut istrinya, lalu meraih kepala istrinya dan memberikan sebuah kecupan di kening dengan penuh cinta.
Sandra ikut tersenyum dengan keromantisan yang Alex berikan padanya. Sosok laki-laki yang jauh berbeda dari waktu pertama kali mereka bertemu. Jika dulu Sandra mungkin tidak berani membayangkan bahwa dirinya akan hidup bahagia bersama Alex, kini setelah melihat perubahan dalam diri laki-laki itu, ia seperti memiliki secercah harapan untuk dapat merasakan kebahagiaan dalam pernikahannya.
Mobil Alex mulai terhenti lajunya di sebuah traffic light. Deretan mobil-mobil pun mulai berbaris rapi menunggu lampu berwarna hijau, memberi izin untuk kembali melaju. Tiba-tiba saat pandangan Alex tak sengaja menatap jauh ke arah seberang jalan, kedua matanya seketika membulat dengan sempurna, menangkap sebuah objek yang dikenalnya hingga membuatnya sangat tercengang. Kenangan masa lalu itu kembali menyeruak dalam ingatannya. Kenangan yang sudah terkubur sejak lama di dalam lubuk hati Alex.
"Sierra." Alex dengan cepat keluar dari dalam mobil, mengabaikan traffic light yang sudah berubah menjadi hijau. Suara sirene mobil mulai menggema seolah menuntut agar mobil Alex segera melaju karena keberadaannya menghalangi beberapa mobil di belakang.
Sandra hanya melihat Alex dengan rasa heran. Mengikuti suaminya, wanita itu pun ikut keluar dari mobil. Namun, ia hanya termangu menatap suaminya saat menunggunya selesai melakukan sesuatu yang sungguh tak bisa di tebaknya.
"Sierra, siapa dia? Apa yang sebenarnya Alex lihat?" batin Sandra penuh pertanyaan.
Pria itu terus melangkah menuju sebuah mobil yang berada di seberang jalan, lebih tepatnya mobil itu terparkir di depan sebuah klinik yang tidak terlalu besar, sebuah klinik yang masih berada dalam jangkauan mata Alex. Raut wajahnya sudah memerah dengan rahang yang mengeras, sorot matanya pun tampak begitu tajam. Terlebih saat ini kedua matanya dapat melihat jelas bahwa ada seorang pria yang dikenalnya bersama Sierra, wanita yang dulu sangat dicintainya.
"Evans," ucap Alex semakin heran dengan semua yang kini ada di dalam pandangannya.
Alex terus melangkah mendekat ke arah mobil Sierra, mengabaikan mobil-mobil yang melaju di depannya. Ia terus menatap tajam tanpa teralihkan oleh apa pun. Kedua matanya terus menatap Sierra yang kini juga sudah termangu dan hanya mematung di samping pintu mobilnya.
"Alex," lirih Sierra yang juga menatapnya. Lelaki yang dulu menjadi cinta di dalam hidupnya. Lelaki yang selalu dirindukannya setiap waktu, saat mereka harus terpisah karena sebuah ancaman yang malah datang dari calon mertuanya untuk menutupi rahasia besarnya.
Evans dan Mauren kini hanya terdiam haru. Keduanya seolah terpinggirkan karena kedatangan Alex yang kini sudah berada di hadapan Sierra. Wanita itu seakan melupakan siapapun yang berada didekatnya, saat ini yang ada hanyalah kerinduan yang sedang ia luapkan kepada sosok lelaki yang masih sangat dicintainya. Sierra mulai menampilkan senyum bahagia di wajahnya dengan kilau mata yang berbinar dan terus menatap Alex dengan begitu dalam.
"Alex, aku sangat merindukanmu." Sierra mendekap tubuh Alex dengan erat. Ia tak dapat lagi menahan bulir kesedihan yang sudah menganak di kelopak matanya. Linangan air mata itu tumpah ruah membasahi wajahnya. Isak tangis penuh haru, membuatnya tenggelam dalam dekapan Alex yang juga membalas pelukannya.
Alex masih tak percaya atas apa yang dilihatnya. Pikirannya saat ini masih terus mencerna dan memahami segala hal yang sedang terjadi. Bagi Alex sungguh tak masuk akal menemukan Sierra dalam kondisi masih hidup. Bahkan saat ini tubuh Sierra tengah berada dalam dekapannya.
Alex benar-benar tak dapat melupakan semua kenangan kelam dalam hidupnya dua tahun silam, saat ia menghadiri pemakaman Sierra, melihat peti mati yang berisikan jenazah Sierra masuk ke liang kubur. Jenazah yang Alex sendiri tidak bisa mengenalinya karena ledakan dahsyat itu membuat mobil yang dikendarai Sierra hancur lebur.
"Apa yang terjadi Sierra?" tanya Alex dengan penuh tanda tanya.
Dari tempatnya berada, Sandra memandang semua itu dengan hati yang tercabik. Sakit begitu perih ketika melihat suaminya berpelukan dengan wanita lain. Kebahagiaan yang baru beberapa saat dirasakannya, seketika melebur menjadi debu.
"Aku harus kuat melihat semua ini," batin Sandra menahan rasa sakit di dalam hatinya.
Bersambung✍️