Accident 4

763 Words
Raymon mengambil posisi di depanku, bersandar pada sandaran ranjang, peniiis yang sudah tanpa konddom menantang tegak dihadapanku, siap mengisi mulutku. Dari belakang Edward sudah mulai mengocok dengan tempo tinggi, menyodokku dengan keras hingga sesekali peniiis Raymon yang hampir tidak muat dimulutku terlempar keluar. Raymon tak mau kalah, dipegangnya kepalaku dan ditekankan lebih dalam ke selangkaaangannya, aku benar benar dalam tekanan kuat dua laki laki itu, namun semakin nikmat rasanya.   Cukup lama kami berrcinta dengan posisi dogie seperti itu, rupanya dengan konddom Edward bisa melakukan lebih lama dari biasanya. Edward tak mau menuruti ketika Raymon minta bertukar posisi, "Tanggung" katanya tanpa menurunkan temponya. Dan benar saja, hanya berselang semenit kemudian kurasakan peniiisnya membesar disusul denyutan kuat melanda dinding dinding vaginnaaku, dia menjerit histeris, aku menghentikan kulumanku untuk menikmati denyutan demi denyutan darinya.   Raymon bergeser ke belakangku, memasang konddom baru ke peniiisnya, hanya sedetik setelah peniiis Edward dicabut keluar, liang vaginnaaku sudah kembali terisi peniiis Raymon yang besar itu, terasa perbedaan yang sangat menyolok dan serasa begitu penuh. Aku mendesah terkaget akan perbedaan yang begitu mendaddak.   Edward yang sudah kehabisan napas menyodorkan peniiis yang masih terbungkus konddom ke mukaku, sambil merasakan nikmat sodokan Raymon dari belakang, kulepas konddom Edward lalu kumasukkan peniiisnya ke mulut, aroma sperrma begitu kuat tercium. Peniiis Raymon sangat kuat dan keras menghunjam vaginnaaku, ditariknya rambutku ke belakang hingga peniiis temannya tercabut dari mulutku. Seperti menunggang kuda betina, dia mempermainkan gerakannya sambil meremas remas buah daddaku yang menggantung berayun bebas.   Beberapa menit berlalu, mungkin total sudah lebih 30 menit kami berrcinta bertiga, tapi tak tanda tanda puncak kenikmatan belum kelihatan, apalagi Raymon pintar mengatur irama permainan, seringkali dia menghentikan gerakannya menahan supaya tidak o*****e. Seddangkan aku sendiri, disetubuhi 2 orang bersamaan dan bergantian secara terus menerus, tak dapat disangkal lagi, berulang kali kuraih "o*****e kecil", meskipun puncak dari kenikmatan itu belum juga kuraih, karena sengaja.   Namun demikian, pertahananku tak bisa bertahan lebih lama lagi, akhirnya tanpa bisa dicegah meledaklah segala emosi dan gairah yang terpendam, aku menjerit histeris hampir menggigit peniiis Edward yang ada di mulutku kalau tidak segera kukeluarkan, kutelungkupkan wajahku di selangkaaangan Edward saat vaginnaaku berdenyut hebat merasakan o*****e yang tertahan sedari tadi. Mengetahui aku seddang o*****e, Raymon justru semakin mempercepat gerakannya, aku semakin teriak histeris tapi dia tidak peduli, dihentakkannya tubuhnya lebih keras ke arah tubuhku, tak tahu lagi rasanya antara nikmat, geli dan sakit, kucengkeram lengan Edward kuat kuat.   Tubuhku langsung melemas seiring hilangnya denyutan di vaginnaaku, tapi Raymon masih tetap mengocokku tanpa belas kasihan dan itu masih berlangsung beberapa menit kemudian sebelum dia menyusulku menggapai puncak kenikmatan, denyutan peniiisnya begitu kuat menghantam dinding dinding vaginnaaku membuat aku kembali menjerit, inilah salah satu kenikmatan berrcinta saat merasakan peniiis di vaginnaa membesar dan berdenyut, apalagi bila disusul dengan semburan hangatnya sperrma membasahi vaginnaa.   Raymon mencabut peniiisnya, menarik lepas konddomnya dan menuangkan sperrmanya ke punggung dan pantatku. Aku terkapar telentang diantara kedua laki laki yang telah menyetubuhiku berbarengan. Tak kusangka Edward yang sudah recovery kembali bersiap menindihku, vaginnaaku masih terasa tebal dan panas karena kocokan Raymon tapi aku ingin menunjukkan bahwa aku bisa menangani kedua laki laki itu, timbul ego-ku untuk merasa lebih hebat dari mereka.   Kubuka kakiku bersiap menerima peniiis Edward, dia mengganjal pantatku dengan bantal hingga menantang ke atas dan dengan sekali sodok masuklah peniiis itu ke vaginnaa. Dua peniiis bergantian mengisi vaginnaaku dalam hitungan detik, terasa sekali perbedaannya, baik rasa, ukuran dan irama kocokannya, mungkin kalau mataku ditutup aku bisa membedakan siapa yang seddang menyetubuhiku.   Raymon masih telentang dengan napas menderu sambil tangannya meremas erat tanganku ketika temannya mulai mengocokku dengan cepatnya. Seperti sebelumnya Edward tidak bisa terlalu lama bertahan, tak sampai 5 menit kemudian dia sudah menggapai puncak kenikmatannya. Kali ini konddom tidak banyak membantu, mungkin sensasinya terlalu berlebihan hingga dia begitu cepat menyudahi permainan, seperti halnya Raymon, diapun menumpahkan sisa sperrma di konddom yang nggak banyak di daddaku lalu diapun ikutan terkapar disebelahku.   Kami sama sama telentang dengan napas dan degup jantung yang berdetak kencang, tubuh telannjangku dijepit kedua tubuh telannjang mereka.   "Gila, kamu memang hebat bisa melayani kami berdua tanpa kewalahan" kata Raymon memecah keheningan. Aku diam saja, napasku belum normal dan vaginnaaku masih terasa berdenyut panas karena gesekan konddom.   "Pantesan kamu suka main bertiga seperti ini, ternyata mengasyikkan, tak kalah dengan main sama 2 wanita" Edward menimpali.   "Ternyata apa yang selama ini kudengar bukanlah isapan jempol belaka, bahkan melebihi apa yang kubayangkan" lanjut Raymon.   "Nggak salah kan pilihanku" timpal Edward.   "Sepertinya 2 orang nggak berat, mungkin perlu tambah orang lagi nih" ledek Raymon lagi.   "Kalian eddan, 2 aja udah ngos ngosan, nih vaginnaaku masih panas" potongku.   "Tapi mau kan?" desak Raymon. *** Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD