Nyatanya

573 Words
Gemuruh hebat pada malam hari, waktu terasa begitu sangat lambat. Detikan jam layaknya hanya berada di tempat, sekujur bulu kuduk terangkat karena merasa hawa dingin menyentuh kulitnya. Belajar dari siti khadijah istri dari Rasulullah yang kuat dan sabar serta tenang dalam menghadapi segala permasalahan. Istri yang selalu menunggu suaminya sampai benar-benar pulang hingga ketiduran di depan pintu masuk rumah sedangkan Rasulullah sehabis pulang dari perang, karena takut membangunkan sang istri yang tengah beristirahat maka Beliau-pun memutuskan untuk tidur di teras depan pintu keluar. Jam kini sudah hampir menunjukkan pukul 2 dini hari, sedangkan belum ada tanda-tanda mobil suaminya itu pulang. Setiap hari Fero memang selalu pulang larut malam tapi tidak sampai dini hari. Apakah pekerjaannya terlalu banyak hingga suaminya itu harus pulang sampai sepagi itu. Sebagai seorang istri pun jelas akan merasa khawatir terhadap suaminya, Mia ketakutan jika hal hal yang tak diinginkan terjadi pada suaminya. Pikiran negatif terus bermunculan, sebisa mungkin ia atasi keresahan itu dengan melafadzkan sholawat kepada junjungan bagindanya Rosulullah. Matanya memang sudah tidak sanggup bertahan tapi hati dan pikirannya terus berkelana mengkhawatirkan keadaan seseorang yang sampai saat ini masih ditunggu kedatangannya. Sudah satu jam berlalu yang artinya sekarang sudah pukul 3 dini hari. Lalu beberapa menit setelahnya, seperti deruan suara mobil yang memasuki pekarangan rumah. Segera mungkin Mia berlari menuju pintu utama untuk membukakan pintunya. Tapi sebelum membukanya ada hal lain yang mengganggu penglihatannya, mobil yang berjalan mendekat bukan mobil milik suaminya, lalu punya siapa?! Mia masih sedikit ragu untuk membukanya, takut jika orang itu ternyata orang jahat. Tapi tidak mungkin jika orang jahat, soalnya mobil tersebut menandakan khas milik wanita. Hati semakin menjadi gelisah, Mia masih setia mengintip di belakang jendela, tiba-tiba matanya menjadi perih, buih mata berkumpul menjadi kesatuan mungkin jika satu kedipan mata maka mengalirlah sudah bulir itu. Dadanya kini menjadi sesak, iya masih tidak percaya jika apa yang dilihatnya benar adanya. Ia melihat dengan langsung dari kelopak matanya sendiri, benar saja mobil itu milik seorang wanita dengan pakaian seksinya yang kini sedang berjalan keluar dari kemudi lalu mengitari mobilnya, membantu membuka pintu mobil dan menopang seorang pria yang tak lain adalah Fero. Sebelum ia membukakan pintunya, ia harus mengusap bekas air matanya agar tidak terlihat lemah. Suara pintu bel itupun di tekan olehnya. Dengan menarik nafasnya begitu dalam yang diharapkan bisa memberikan ketenangan saat menghadapi wanita tersebut. Dengan mengucapkan basmalah, Mia pun membukakan pintu itu, terlihat Fero tidak sadarkan diri dan bau Alkohol begitu menyengat di indra penciumannya. Jelas hal tersebut bisa dipastikan habis darimana kalau bukan dari club. “Maaf boleh saya masuk, saya akan mengantarkannya sampai kamar,” ujar wanita itu. “Tidak perlu! Saya istrinya, dan saya yang lebih berhak. Lebih baik anda pulang tidak baik wanita malam malam keluyuran apalagi kalau berdua sama suami orang. nggak malu tuh!” balas Mia. “Oh maaf, baiklah kalau begitu.” Wanita itu menyerahkan Fero ke Mia. Tapi saat ingin diserahkan Fero sedikit sadar, dan pria itu menangkis tangan Mia yang akan membantunya. Dengan erangan yang menandakan bahwa ia tidak suka di sentuh oleh Mia. “Nggak usah sentuh gue, gue nggak suka disentuh oleh lo, dasar teroris!” ucap Fero. Dihantam kembali oleh kata yang sangat menyinggung dan melukai hati. Tergoreslah kembali luka yang sudah susah payah Mia sembuhkan. Ia masih terima jika tidak dianggap akan kehadirannya dengan alasan belum dapat mencintai. Tapi jika dijuluki seperti itu oleh suaminya sendiri maka otomatis hati itu akan terbuka lagi lukanya. Dan kemungkinan akan lebih dalam?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD