Rasa khawatir dengan jiwa yang terus) bergetar seketika di saat bersamaan Mia juga menahan semua rasa sesak di dalam dadanya. Bagaikan dihantam dengan ribuan palu d**a mana yang tak akan merasa sesak sedalam itu.
Kini keduanya sudah sampai rumah sakit dimana orang tua Mia dibawa. Fero berjalan lebih dulu di depan Mia, lambat lalu jalan Mia mulai sedikit melambat, kakinya mulai goyah dan sedikit bergetar rasanya ia kelu untuk melangkah kembali.
Fero yang sadar akan posisi istrinya yang sedikit tertinggal jauh di belakangnya terpaksa harus memutar kembali langkahnya.
“Kenapa?” tanya Fero tegas.
“Tidak, aku tidak apa-apa,” balas Mia dengan senyuman yang ia paksa kan.
“Kalau masih tidak kuat, biar ku gendong saja.”
“Tidak, tidak perlu aku masih bisa jalan sendiri,” tolak Mia secara halus takut melukai hatinya.
Sedingin apapun Feroka Mahardika kepada orang, tapi ia juga tau cara menghargai sosok wanita itu bagaimana. Hal yang ia berikan tadi pun bukan untuk modus semata, hanya saja ia tidak ingin direpotkan jika nanti sang Istri membuat dirinya tambah kesusahan dan semuanya akan semakin runyam.
Akhirnya Fero hanya mengulurkan tangannya untuk dapat digenggam oleh sang Istri, dengan keraguan Mia pun menerima uluran tangan tersebut. Mata Mia sedikit menyipit di kala genggaman tangan itu sudah menyatu.
Fero menganggukan kepalanya dan mereka pun mulai melanjutkan perjalanannya. Melangkah bersama dengan tautan tangan yang saling menggenggam satu sama lain. Tanpa sadar sambil terus berjalan Fero mengelus lembut tangan Mia hingga membuat Mia sendiri merasakan ketenangan dan hal itu cukup rasa takutnya sedikit berkurang.
Kadang ada kalanya seseorang yang selalu terlihat dingin dan galak akan terkesan romantis di saat sudah mulai ada rasa cinta. Dan untuk memberikan perhatian maka ia akan banyak bicara dan over protektif kepada pasangannya tersebut.