Perlahan sayatan itu semakin dalam, ungkapan kebenaran sang istri begitu membuat dirinya terpukul, ia sendiri sudah enggan berbicara lagi dengan sang istri, pengakuan tersebut cukup menoreh luka baginya. Diam cara terbaik untuk memberi jeda agar ia lebih berpikir dewasa, meskipun itu akan lebih menyakitkan. Fero juga sadar dirinya juga bukanlah orang yang terbaik, mengingat bahkan disaat sudah menikah pun ia masih suka bermain wanita di luaran sana.
Tapi lagi dan lagi ego lebih kuat dari segala hal perasaan hatinya, kepercayaan yang ia bangun mengapa harus dibalas dengan sebuah kepedihan. Selama perjalanan kembali menuju jakarta tidak ada pembicaraannya sama sekali diantara keduanya. Layaknya seperti musuh yang enggan untuk komunikasi, meskipun rasa rindu acap kali menyapanya. Keadaan kal
