Menikah Tanpa Cinta
Firman adalah seorang laki – laki tampan dan juga pengusaha muda, dengan status duda beranak satu. Istri Firman meninggal lima tahun yang lalu. Aisyah waktu itu mengalami kecelakaan, dan sempat sempat dirawat dirumah sakit, namun akhirnya nyawanya tidak tertolong, dan meninggal dunia. Dan sejak saat itu. Hidup Firman seperti orang kehilangan arah.
Firman sempat menjalin kasih asmara dengan seorang gadis berusia dua puluh dua tahun Bernama Cindy dua tahun lalu. Namun, kisah cintanya harus kandas. Karena Cindy kedapatan sedang berselingku dengan seorang laki – laki di Apartemen milik Firman. Padahal waktu itu Firman sudah memiliki keseriusan untuk menjadikan Cindy Istrinya. Dan seketika itu juga, Firman memutuskan hubungannya dengan Cindy.
Setahun yang lalu, Firman pun menjalin kisah asmara dengan Wanita yang dijumpainya ditempat Karaoke. Dia adakah Ilena yang berprofesi sebagai pemandu lagu. Kecantikan Ilena mampu memperdaya Furman, hingga akhirnya Firman pun jatuh cinta. Namun hubungannya ditentang oleh kedua orang tuanya yang mengetahui siapa Ilena sebenarnya. Terutama Fatimah, yang mengetahui kalua Ilena adalah Wanita yang sama, yang telah menghancurkan rumah tangga sahabatnya Desi. Bahkan Firman dijodohkan dengan seorang gadis berusia dua puluh tiga tahun Bernama Anisa, yang merupakan putri tunggal sahabat Habibi ayah Firman yang Bernama Gunawan.
Karena takut dengan Habibi yang mengancamnya akan mencoret Firman dari keluarga, Firman pun akhirnya setuju untuk menkahi Anisa walau pun tidak suka karena Anisa selalu memakai cadar. Firman takut wajah Anisa jelek. Firman bisa malu memiliki istri buruk rupa. Makanya Firman tidak menyukai Anisa. Namun karena takut Habibi marah, Firman pun akhirnya mau menikah dengan Anisa.
Setelah menikah, Anisa pun langsung dibawa kerumah Habibi. Untuk sementara waktu, Anisa dan Firman akan tinggal dirumah kedua orang tua Firman, sampai rumahnya selesai direnovasi.
“ Untuk sementara kita akan tinggal disini. Kita akan tidur satu kamar dan satu tempat tidur. Tapi, jangan bermimpi aku akan mau berhubungan denganmu. Jadi jangan pernah menggodaku, karena aku tidak akan tertarik. Dan satu hal lagi, berpura – puralah baik dihadapan kedua orang tuaku, karena aku tidak mau mereka kecewa, paham,” ucap Firman sesaat setelah turn dari mobil.
“ iya, mas aku paham kok,” jawab Anisa sambil berjalan menggandeng tangan Firman masuk kedalam rumah.
Anisa yang dibantu bi Inah masuk kedalam kamar untuk membereskan pakaiannya. Sementara Firman duduk diruang keluarga Bersama Habibi dan Fatimah. Firman mendapat wejangan dari abahnya agar bisa menjadi suami yang baik, seperti yang pernah ditunjukannya pada Almarhumah Aisyah.
“ Neng, gak usah sungkan disini, anggap saja rumah sendiri,” ucap Fatimah setelah Anisa duduk sehabis memindahkan baju - baju gamisnya kedalam lemari.
“ Terima kasih umi, Anisa seneng punya mertua kaya umi dan abah, yang sangat sayang pada Anisa,” jawab Anisa.
Fstimah memeluk Anisa dengan penuh kasih sayang. Kebaikan mertuanya membuat Anisa merasa nyaman. Walau pun sikap jutek yang diperlihatkan Firman padanya, itu tidak akan mempengaruhi keinginannya untuk tetap mempertahankan pernikahaan sebisa mungkin, sampai akhirnya Anisa benar - benar menyerah.
” Ya sudah, kalian pasti capek, sebaiknya kalian bersua istirahat. Abah dan umi juga mau istirahat,” ucap Habibi.
Mendengar Habibi memintanya untuk istirahat, Firman pun langsung menarik tangan Anisa dan mengajaknya masuk kamar. Karena ingin segera membalaaoesan pada Ilena yang sejak tadi terus - terusan mengirim pesan ke handphonenya.
Mereka berdua pun melangkah dengan saling menggandeng tangan, memperluhatkan kemesraan pada kedua orang tua Firman, walau pun pada kenyataanya ada perasaan yang bertolak belakang dengan apa yang dilihat.
Kamar yang cukup besar itu terlihat rapi sejak awal Anisa memasukinya tadi Bersama bi Inah. Namun, Anisa agak sedikit takut. Ini peratama kalinya Anisa akan tidur satu kamar sengan lawan jenis. Walau pun statusnya sebagai suami, namun Anisa masih belum bisa mencintai Firman.
Anisa sudah siap jika memang Firman menginginkan kesuciaannya malam ini. walau pun belum bisa mencintai, namun sebagai istri tidak boleh menolak keinginan suami ditempat tidur, karena hukumnya tetap saja dosa.
' Ya Allah, kenapa aku jadi grogi seperti ini. Apa yang akan dilakukan mas Firman nanti ditempat tidur? tapi walau bagaimana pun juga, mas Firman tetap saja suamiku yang sah. tidak boleh aku mengabaikan kewajibanku sebagai seorang istri,' Anisa membatin.
“ Ingat, jangan coba – coba merayuku. Karena aku tidak akan pernah mencintaiku. Karena cintaku hanya untuk Ilena setelah istriku meninggal,” ucap Firman ketus, mambil meletakan guling ditengah - tengah sebagai batas. badannya disandarkan ke headboard tempat tidur, jarinya terus memainkan layar handphone miliknya membalas semua pesan yang dikirim oleh Ilena, sambil sesekali tersenyum
“ Tenang saja mas Firman, aku juga tidak mau mengganggumu. Aku terima pernikahan ini hanya semata – mata untuk membuktikan baktiku sama Ayah, yang telah menjdohkanku laki - laki aneh sepertimu,” jawab Anisa tidak kalah ketus.
" Justru kamu perempuan Aneh, wajah ditutupi kaya mummy. Aku ini pria tertampan yang seharusnya meniliki istri tercantik sepetti Ilena, bukan memiliki istri seperti mummy macam kamu, memang sial nasib aku," ejek Firman.
Anisa hanya terdiam. Awalnya ingin menunjukan wajahnya sama Firman. Tapi saat mendengar hinaan dari suaminya itu, Anisa mengurungkan niatnya.
‘ Dasar mas Firman, dari tadi menyebut nama Ilena, dikira aku akan cemburu apa,’ Anisa menggerutu dalam hatinya sambil berjalan menuju meja rias sambil membawa buku tentang kewajiban seorang istri. Buku yang kerupakan hadiah dari sepupunya Reina sehari sebelum Anisa menikah dengan Firman.
Dengan membaca buku, akan menghilangkan kejenuhan dihati Anisa saat bersama seorang suami macam Firman. Anisa tidak mau bertanya denga apa yang dilakukan suaminya, karena itu dianggap tidak penting.
Anisa mengeluarkan kalung dengan liontin berbentuk hati. Awalnya Anisa mengira kalau liontin itu pemberian Almarhumah ibunya sebagai hadia ulang tahun. Namun ketika Almarhum Ayahnya menceritakan hal yang sebenarnya, Anisa pun akhirnya mengetahui jati dirinya.
" ma, pa, kalian ada dimana? Anisa kangen sama mama, sama papa," ucapnya lirih.
Anisa sudah tahu kalau ternyata dirinya bukanlah anak kandung Almarhum Gunawan. Melaiankan anak bayi yang ditemukan didepan rumah Gunawan dua puluh tiga tahun yang lalu. Dan liontin hati itu adalah sebagai bukti jika suatu saat nanti Anisa bisa bertemu dengan orang tua kandungnya.
" Dasar perempuan gak punya akhlak, sudah punya suami masih sajaengingat hadiah dari mantan pacar," tukas Firman sambil melempar handphonenya kesamping.
Anisa kesal dengan sikap suaminya yang sama sekali tidak menghargai Anisa sebagai seorang Istri. Anisa pun tidak memperdulikan lagi suamninya, dia memasukan kembali kalungnya ketempat semula, dan melanjutkan membaca buku yang tadi sempat terjeda.
Merasa tidak ditanggapi, Firman merasa kesal. Namun tidak berani melakukan apa - apa, mengingat saat ini masih dirumah orang tuanya.
Firman pun akhirnya memilih untuk tidur, mengingat besok ada janji dengan Ilena yang meminta dibeliin mobil sport BMW. Tentu saja Firman tidak akan menolak, karena masih mencintainya, dan takut kehilangan Ilena.
Setelah lelah membaca buku, Anisa pun segera merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Sementara cadarnya sengaja tidak dilepas. Anisa tidak mau Firman melihat wajahnya malam ini.
“ Ketahuan kalau wajahnya jelek, tidur saja masih pakai cadar,” ejek Firman.
Anisa tidak menggubris, dia pura – pura tidur. Malas untuk meladeni suami macam Firman, yang tidak pernah mengerti perasaan seorang Wanita.
‘ Aku tahu kamu tidak mencintaiku karena belum pernah melihat wajahku. Aku bisa saja malam ini aku tunjukan wajahku, karena kamu sudah sah jadi suamiku. Tapi aku tidak mau kalau kamu mencintaiku setelah tahu kalau aku ini cantik. Aku ingin kamu mencintaiku apa adanya yang aku punya,’ucap Anisa dalam hatinya.
Anisa memutar badannya sembilan puluh derajat, namun Anisa dikejutkan dengan wajah Firman yang ternyata menghadap kearahnya.wajah tampannya membuat jantung Anisa seakan mau copot.
" Masyaallah, kamu ternyata tampan sekali, mas. Andaikan kita bisa saling mencintai, sudah tentu kamu adalah laki - laki sempurna yang menjadi imamku. Sayangnya sifat kamu tidak sesusai dengan wajahmu," puji Anisa dalam hatinya.
Anisa pun memejamkan matanya mencoba membuang penampakan yang baru saja terlihat dihadapanya, hingga akhirnya mimpi pun marangkulnya.
Malam pun semakin larut. Suasana Kota Bandung sudah semakin sepi. Tidak banyak kendaraan yang melintas dan memasuki komplek perumahan Muara yang berada dijalan PETA atau lebih dikenal dengan jalan lingkar selatan. Jalan yang setiap harinya selalu dipadati kendaraan yang melintas.