Jatuh cinta kepada pria yang telah menjaga dan membesarkannya sedari kecil, bukanlah perkara mudah untuk menepis rasa yang telah terlanjur tumbuh. Velia Fransisca, telah mencoba untuk menekan dan meredam rasa cintanya terhadap Evan Moreno Adinata, sekuat dan semampunya. Setiap waktu dan helaan nafas yang ia lepaskan.
Namun, rasa cinta yang terlanjur mengakar di dalam hatinya telah tumbuh dengan kokoh tanpa mampu dimusnahkan. Cinta yang tertuju kepada seorang pria yang kerap disapa, Uncle. Pria dingin tak tersentuh, akan tetapi rela berkorban demi dirinya, meskipun harus mengorbankan nyawanya sendiri.
"Uncle, tidak bisakah kau melihat aku sebagai seorang gadis?" Velia menggigit bibir bawahnya. "Eemm … maksudku, melihat aku seperti kau melihat gadis lainnya. Bukan memandangku sebagai keponakan apalagi anak sendiri," tuturnya. Meralat ucapannya yang pertama.
Evan menoleh. Pria dengan air wajah datar itu tersenyum tipis.
"Jangan menaruh harapan padaku, Ve. Sebelum kau tahu siapa yang telah membunuh ayahmu."
Velia tersenyum tipis. Menertawakan dirinya sendiri, yang telah mengajukan pertanyaan konyol terhadap Evan, pria yang telah membesarkannya semenjak sang ayah meninggal dunia. Pria yang tidak diketahui darimana datangnya. Tiba-tiba saja muncul di hadapannya dan memeluk Velia kecil, yang tertegun melihat sang ayah tewas tertembak di hadapannya sendiri. Kejadian itu terjadi sekitar lima belas tahun yang lalu, disaat usianya belum genap tujuh tahun.
Semenjak itu, Velia hidup dan dibesarkan oleh Evan, seorang Intel yang bertugas untuk menangkap para pelaku tindak kriminal kelas kakap.