Cukup lama aku menangis di dapur. Saloai rasanya tenggorokanku sangat haus. Namun anehnya air mata ini tidak mau berhenti mengalir. Hingga ketika aku minum pun sedikit terasa asin, mungkin sudah bercampur dengan air mataku. Tidak lama, aku mendengar pintu di gedor paksa. Sudah pasti itu Dante. Berharap dia yang berada di balik pintu itu membuatku cukup kesal, hanya saja kalau aku biarkan terlalu lama akan membuatnya marah dan mungkin akan membuat kegilaan yang lebih lagi seterusnya. Dengan malas, aku membuka pintu dapur. Memasang raut muka sedih, bahkan aku sendiri lupa menghapus air mataku. Huft, sudah terlanjur ketahuan. "Kamu menangis?" Apa? Masih bertanya?. Astaga, lelaki macam apa di depan ku ini. Apakah dia lupa kalau dia baru saja menumpahkan amarahnya kepada seorang wanita hany