Suatu keajaiban aku diterima kerja di pabrik yang berada di kota ini, berkali-kali melamar dan selalu gagal dan pagi ini aku harus bekerja di perusahaan manufaktur alias pabrik. Semua keluarga menyambut dengan gembira tidak tertinggal sang pacar yang selalu mendukungku dari awal aku mencari pekerjaan ketika lulus kuliah.
"Wuih kerja si bebek" goda Miftah.
Aku hanya diam mendengar godaan Miftah karena aku yakin Heru yang merupakan cinta pertamaku yaitu ayah pasti langsung menegur Miftah. Hari pertama aku minta diantar Miftah karena masih ingin melihat kondisi kerja bagaimana yang disetujui langsung oleh ayah dan Miftah antara terpaksa dan tidak tetap akan melakukan perintah dari ayah.
"Kalau udah langsung kabari ya" ucap Miftah sebelum aku turun dari motor yang aku balas dengan mengangguk dan mengembalikan helmnya.
“Jangan ngebut” Miftah mengangguk.
Aku langsung berjalan ke arah pos satpam untuk memberitahukan bahwa aku sudah datang setelahnya aku di minta tunggu terlebih dahulu karena orang HRD masih pada belum datang, aku sadar jika aku terlalu pagi datang dan kondisi pabrik tampak sepi seperti tidak ada orang atau mungkin mereka di dalam.
"Pak Ezra masuk pagi?" tanya satpam yang dibalas dengan mengangguk “semalam bagaimana?”
“Ya untung cepat ditangani kalau sampai telat wah bisa rugi” jawab sang pria denga malas “lain kali jangan telat ngabari kalau gak ingin ada masalah” aku hanya menatap interaksi mereka dan dapat terlihat jika sang satpam tampak tidak bisa berkata apa-apa.
Tatapan kami bertemu sesaat yang aku balas dengan tersenyum, lalu dia masuk ke dalam. Pandanganku mengikuti langkahnya ke dalam pabrik karena pos ini bisa melihat keluar, sepertinya aku mengenal pria tersebut tapi lupa di mana dan sepertinya tidak penting. Hal yang biasa terjadi adalah pembicaraan para satpam mengenai perkataan pria itu dan sepertinya kejadian semalam, kenapa tadi ketika ada pria itu hanya diam tidak berani menjawab sama sekali.
"Eh udah datang yuk masuk" ucap seorang wanita yang terlihat dewasa mengagetkan lamunanku "ditunggu Pak Adin karena kita mau meeting juga sama produksi" tersenyum ke arahku dan aku baru ingat jika dia bernama Reni.
Reni ini orangnya ramah dan cepat akrab kenapa bisa menilai begitu karena ketika aku interview dulu sangat nyaman bersama dirinya, aku mengikuti langkah Reni yang semakin masuk ke dalam. Perjalanan ke ruangan melewati beberapa ruangan departemen yang tampak sibuk sekilas aku melihat siapa tadi namanya Ezra? Reza? Ach entah siapa dia karena kesan pertama kurang berkesan atau mungkin berkesan entah tidak penting juga.
"Pak, ini Audrey karyawan baru" ucap Reni begitu kami masuk ruangan yang langsung disambut dengan ramah.
"Masuk sini kenalan" perintah Adin dan mengajakku berkenalan dengan teman satu departemen yang tampak santai.
Aku masuk ke dalam departemen HRGA di mana Manager adalah Adin, Supervisor Henindar, GA Wisnu, HR Rekrutmen dan Training Mbak Reni, sedangkan aku sebagai administrasi namun kerjaku lebih banyak membantu Reni nantinya. Aku harus banyak belajar dari Reni karena pastinya nanti akan berbeda dengan selama ini yang aku lakukan.
"Ada apa Pak Ezra?" tanya Wisnu ketika ruangan dibuka membuat kami menatapnya "pasti sama Bu Reni"
Ezra menggeleng namun langkahnya ke Adin "pusing saya, pak" keluh Ezra yang sudah duduk depan Adin, namun tanggapan Adin hanya tersenyum.
Aku mengamati sikap Ezra kepada Adin begitu juga sebaliknya dan sangat berbeda ketika berada di pos tadi, lalu aku mengamati ketiga orang yang berada di ruangan di mana mereka secara serius mendengarkan keluhan Ezra dan membuat aku juga mendengarkannya.
"Oh ya Pak Ezra kenalin ini Bu Audrey karyawan baru yang nantinya akan handle rekrutmen dan hubungan sama outsourcing" ucap Reni sebelum Ezra keluar membuat langkahnya terhenti dan menatapku sekilas.
"Permintaan produksi belum dipenuhi malah rekrut bagian sendiri" sindir Ezra, namun begitu Ezra mengulurkan tangan dan kami berkenalan secara formal tanpa adanya pembicaraan lebih.
Beberapa detik tatapan kami bertemu lalu Ezra melepaskan jabatan tangan kami dan tersenyum sekilas. Ezra duduk di depanku membuat aku bingung atas apa yang dilakukan seketika aku menatap yang lain tampak biasa saja dengan yang Ezra lakukan.
"Masalah rekrut ya?" tanya Ezra langsung "nanti bilang sama Pak Taufik outsourcing supaya lebih cepat cari karyawan jangan lamban terus satu lagi suruh maintance biar gak turn over"
"Pak Ezra ini supervisor di produksi tapi atasannya ada lagi Pak Yudi sebagai Manager" jelas Adin langsung yang membuat aku mengangguk "namun semua dipasrahkan sama dia sampai ke hal kecil, Pak Yudi cuman mengawasi nanti Bu Audrey lebih banyak hubungan dengan Pak Ezra daripada Pak Yudi" aku mengangguk sekali lagi mendengarkan penjelasan Adin.
"Bu Reni, ada beberapa karyawan yang butuh di training nama-namanya sudah? kira-kira kapan?" tanya Ezra sekarang menatap Reni mengalihkan pembicaraan.
Reni memberikan jadwal ke Ezra yang langsung dibacanya lalu mereka berdua terlibat diskusi yang aku sendiri tidak terlalu paham apa yang dibicarakan, aku memandang sekitar terlihat Wisnu tampak sibuk dengan kerjaannya dan Adin tidak jauh berbeda membuat aku menghembuskan nafas panjang.
"Pak Ezra disini? bukannya kita mau meeting produksi?" tanya Henindar yang baru masuk ruangan "ini Bu Audrey?" mengalihkan pandangan yang segera aku angguki.
"Saya tunggu di ruang meeting, bu" pamit Ezra "oh ya nanti bisa bicara berdua?" tanya Ezra menatapku "nanti diruangan produksi saya janjian dengan Pak Taufik"
"Belum bisa, pak" tolak Henindar langsung "Bu Audrey baru masuk harus mengenal terlebih dahulu, kami belum memberikan training loh nanti sama Bu Reni aja"
"Lebih cepat tahu kondisi lapangan lebih bagus, bu" tawar Ezra "anak baru jangan dikasih lembek dulu keenakan nantinya begitu ada yang besar bingung"
"Ya saya tahu tapi Bu Audrey belum tahu seluk beluk perusahaan, pak" bantah Henindar.
"Kami hanya diskusi bukan meminta Bu Audrey mengambil keputusan" sanggah Ezra "supaya tahu juga bagimana Pak Taufik ketika di lapangan"
Henindar menghela nafas dan menatap Adin meminta bantuan untuk menjinakkan Ezra sedangkan aku hanya mengamati mereka berdebat dan tidak tahu harus bagaimana menanggapi mereka karena ini pengalaman pertama.
"Begini saja Bu Audrey setelah meeting nanti dikenalkan ke seluruh staf di sini setelahnya Bu Reni akan mengantar ke ruang produksi" kata Adin memberikan solusi "namun hanya untuk mendengarkan ingat ada CCTV yang mengawasi kalau Pak Ezra lebih dari itu selanjutnya kami tidak akan percaya dengan bapak" menatap Ezra tajam.
"Pak Adin tahu saya tidak pernah melanggar ucapan" kata Ezra "saya tunggu kamu di ruangan nanti" mengalihkan pandangan ke arahku dengan tajam.
Setelah Ezra keluar selanjutnya Henindar dan Adin mengikuti dari belakang untuk meeting dengan produksi. Reni tampak sibuk depan komputer sedangkan Wisnu keluar mengecek kesiapan kendaraan untuk pengiriman, aku sendiri hanya diam tidak tahu harus apa tiba-tiba Reni bediri memberikan sesuatu padaku.
“Aku lupa kalau ada kamu” sambil tersenyum tidak enak membuat aku tersenyum juga.
Reni memberikan surat kontrak setelah aku tanda tangan langsung memberikan file yang harus aku baca sebelum pertemuan dengan Ezra dan Taufik. Reni sambil mengerjakan tugas juga memberikan gambaran apa yang akan jadi pembicaraan mereka berdua nanti agar aku tidak terlalu terkejut dengan arah pembicaraan mereka.
Setelah meeting Reni mengajakku berkeliling untuk berkenalan dengan masing-masing departemen yang nantinya kami akan banyak berinteraksi. Reni termasuk sabar dalam menjelaskan mengenai perusahaan setelah selesai Reni memberitahukan letak ruangan Ezra di mana ada dua yang pertama dekat produksi dan kedua di dalam kantor tapi lebih banyak menghabiskan waktu di dekat produksi agar mudah pengawasan. Berbekal keterangan Reni aku memberanikan diri untuk melangkah ke ruangan Ezra yang ada di dekat produksi, beberapa menatap diriku penuh tanda tanya sedangkan aku hanya bisa tersenyum menatap mereka semua.