24. Di Depan Kafe

1603 Words

Aku celingukan ketika membuka pintu kamar, berharap Mas Dilan belum bangun dan masih di kamarnya. Aku hanya ingin mengambil minum, lalu kembali tidur. Aku masih terlalu malu untuk bertemu Mas Dilan setelah apa yang hampir kami lakukan semalam. “Gerak-gerikmu udah kaya maling aja, De.” Aku berjengit kaget, sampai tak sadar punggungku menabrak pintu kulkas. “Ngagetin aja!” Aku mengusap dadaku berkali-kali, karena aku memang benar-benar terkejut. Ini masih setengah lima pagi, tak kusangka Mas Dilan sudah bangun. Dia masih mengenakan baju santai, tetapi wajahnya tidak terlihat seperti orang baru saja bangun tidur. Dia bangun jam berapa, sih? “Aku udah pernah bilang, anggap aja apartemen ini rumah sendiri. Enggak perlu mengendap-endap kaya maling gitu.” “Kan enggak pengen ngebangunin

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD