Jayden sontak menghentikan langkah kakinya kemudian memutar badan. Kedua matanya nampak tajam menatap wajah Akbar Cole adik satu-satunya yang ia miliki. Jayden berjalan menghampiri lalu berdiri tepat di depan Akbar.
"Emangnya kenapa Abang gak boleh nikahi dia? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari Abang?" tanyanya santai.
Akbar memalingkan wajahnya ke arah lain seraya tersenyum simpul. "Ya ... maksud saya, kenapa calon istri Abang bisa berganti orang? Saat Abang menunjukkan Poto calon istri Abang itu, kayaknya bukan si Stela deh."
"Ya terserah Abang dong, mau ganti calon istri atau mau menikah sama wanita manapun, toh yang ngejalani Abang sendiri bukan orang lain," jawab Jayden lagi-lagi bersikap santai. "Sekarang Abang mau tanya sama kamu, kenapa kamu masih ngelajang sampai sekarang? Apa jangan-jangan, kamu masih punya cinta terpendam yang masih belum selesai?"
Akbar diam seribu bahas seraya menatap tajam wajah sang kakak.
"Saran Abang, lupakan masa lalu. Selesaikan perasaan kamu yang belum selesai itu, kalau perlu beri lebel the end dan selamat tinggal buat masa lalu." Jayden meneruskan ucapannya. "Jangan sampai kamu mengejar wanita yang udah menjadi milik orang lain. Kamu gak mau 'kan di cap sebagai pembinor?"
"Maksud Abang apa?"
"Maksud Abang, carilah wanita lain yang single. Ada ribuan wanita cantik di dunia ini, Abang yakin dengan tampang yang ganteng ini gak akan ada wanita yang bakalan nolak kamu, paham?" jawab Jayden kemudian berbalik dan hendak melangkah.
"Apa Abang mencintai Stela, istri Abang?" tanya Akbar membuat Jayden kembali menghentikan langkahnya dengan perasaan kesal.
Jayden menoleh tanpa memutar badan. "Tentu saja Abang cinta sama dia, jika tidak buat apa Abang nikahi Stela?" jawabnya lalu melanjutkan langkah kakinya.
"Abang pikir kamu sekutu, tapi ternyata kau musuh dalam selimut, Akbar. Tega sekali kau merayu istri Abangmu sendiri?" batin Jayden merasa kesal.
Akbar mengepalkan kedua tangannya seraya menatap kepergian sang Kaka. "Kita liat saja nanti, Bang. Saya akan merebut semua yang kau miliki, rumah ini, perusahaan bahkan istri Abang akan menjadi milik saya karena semua ini memang hak saya sebagai putra bungsu Daddy dan Mami," batin Akbar penuh rasa dendam.
***
Jayden membuka pintu kamar lalu masuk ke dalamnya dengan perasaan kesal. Pria itu segera menutup pintu dengan sangat hati-hati saat mendapati Stela sang istri tengah terlelap di atas ranjang dengan menutup hampir seluruh tubuhnya menggunakan selimut tebal. Kedua matanya nampak terpejam sempurna, entah dia hanya pura-pura terlelap atau benar-benar tertidur Jayden sendiri tidak tahu pasti. Yang jelas, dia segera berjalan menghampiri lalu naik ke atas ranjang. Stela seketika terperanjat saat ranjang tiba-tiba saja bergetar. Wanita itu kembali membuka kedua matanya dengan perasaan kesal.
"Kamu ngagetin aja sih, sejak kapan kamu di sini, Mas?" tanyanya sinis seraya bangkit lalu duduk tegak.
"Mas pikir kamu udah tidur, makannya kamu gak denger saat Mas masuk tadi," jawab Jayden seraya menopang kepalanya menggunakan kepalan tangannya sendiri.
"Jangan berakting lagi, Mas Jayden. Di sini cuma ada kita berdua, bersikaplah sewajarnya dan seperti biasa."
Jayden mengerutkan kening lalu duduk seperti istrinya. "Berakting? Siapa yang lagi akting? Emangnya suami kamu ini artis apa?" decaknya tersenyum menyeringai.
Stela menggelengkan kepalanya seraya memutar bola matanya kesal. Wanita itu perlahan mulai turun dari atas ranjang membawa serta selimut yang membalut tubuhnya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Jayden alis tebalnya nampak saling ditautkan.
"Mau tidur di kursi, aku takut tidur deket kamu," jawab Stela sinis lalu berbaring di atas kursi dengan memunggungi suaminya.
"Takut? Emangnya saya ini hantu apa pake takut segala?"
"Ya, kamu bahkan lebih menyeramkan dari pada hantu, aku takut di telan bulat-bulat kalau aku deket-deket sama kamu!" Stela masih dengan nada suara yang sama.
Jayden diam seribu bahasa seraya menatap punggung Stela. Ada rasa sesal yang kini menyelusuri relung hati seorang Jayden Cole karena sempat memperlakukan istrinya dengan kasar bahkan melakukan ritual malam pertama dengan sangat tidak manusiawi. Semoga penyesalan seorang Jayden belum terlambat karena hal seperti itu jarang sekali terjadi.
"Maaf karena Mas pernah berbuat kasar bahkan mengatakan hal yang membuat kamu sakit hati, Stela," lirih Jayden menatap lekat punggung istrinya. "Kamu dengar apa yang saya katakan?"
Stela sama sekali tidak menimpali ucapan suaminya, atau mungkin dia tidak mendengar kalimat yang sebenarnya tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam. Wanita itu bergeming dengan punggung yang terlihat baik turun, suara helaan napasnya bahkan terdengar samar-samar juga beraturan. Stela benar-benar tengah terbang ke alam mimpi
"Kamu udah tidur, Stela?" tanya Jayden seraya menghela napas panjang. "Dasar gak sopan, suami lagi ngomong malah ditinggal tidur."
***
Keesokan harinya,Stela membuka pintu kamar mandi lalu melangkah keluar dengan rambut basahnya yang digerai panjang hampir memenuhi punggung. Meskipun agak berantakan, tapi wajahnya tetap terlihat segar dan sedap dipandang. Terlebih, dres bermotif bunga yang ia kenakan nampak pas ditubuhnya.
Jayden yang sedang berdiri di depan cermin seketika menoleh dan menatap wajah istrinya penuh rasa kagum. Kecantikan alami yang terpancar dari wajah Stela membuat jantungnya seketika berdetak kencang. Padahal, dari semalam pun mereka sudah saling bertatap muka bahkan melakukan hubungan suami istri. Stela berjalan melintasi suaminya begitu saja dengan wajah datar, sementara tatapan mata Jayden tidak terlepas dari wajah cantiknya.
"Mau ke mana kamu?" tanya Jayden membuat Stela sontak menghentikan langkah kakinya.
"Mau siapin sarapan buat kamu," jawab Stela sinis tanpa menoleh.
"Di rumah ini ada tiga pembantu, gak perlu kamu siapin sarapan segala. Udah ada mereka yang ngelakuin pekerjaan itu," sahut Jayden tegas. "Tugas kamu itu ngelayani saya, Stela. Sini pasangkan dasi Mas."
Stela menghela napas panjang dengan kedua mata yang terpejam. Wanita itu berbalik kemudian berjalan mendekati suaminya lalu berdiri tepat di depan Jayden dengan wajah masam.
"Emangnya kamu anak kecil apa dasi aja pake di pasangin segala?" gerutu Stela, seraya memasangkan dasi di leher suaminya.
"Apa kamu denger apa yang Mas katakan semalam?"
Stela sontak menghentikan gerakan tangannya. "Emangnya kamu ngomong apa semalam?" tanyanya kemudian kembali melanjutkan gerakan tangannya.
"Nggak, Mas gak ngomong apa-apa. Dasar gak sopan, suami lagi ngomong malah ditinggal tidur!" ketus Jayden seraya menatap lekat wajah Stela.
Stela sama sekali tidak menanggapi ucapan suaminya. Kedua matanya tertuju kepada dasi yang melingkar di leher suaminya, telapak tangannya pun masih bergerak mencoba untuk mengikatnya serapi mungkin. Sampai akhirnya, kedua sisi bibir Stela seketika tersenyum lebar saat dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Dasi berwarna hitam itu melingkar rapi di leher suaminya.
"Akhirnya selesai juga," gumamnya dengan perasaan senang.
"Senyuman kamu manis sekali, Stela. Pantas aja adik saya begitu tergila-gila sama kamu," gumam Jayden membuat Stela seketika terperanjat.
"Apa? Kamu bilang apa, Mas?"
Bersambung