Zay & Noir

1716 Words
“Ayah...” Aku lantas menemui ayah mertuaku, emosinya sekarang sudah lebih turun. Namun yang lebih kentara dia sepertinya sedang menendam rasa bersalah padaku. “Maafkan putraku, menantu..” katanya pelan. Lantas aku hanya terbengong. Minta maaf ? “Saya tidak merasa disakiti mengapa ayah harus meminta maaf atas dirinya ?” kataku sembari memiringkan kepalaku kesamping. Ayah mertuaku hanya bisa mendesah pasrah. Kemudian menatapku lagi dengan sedih. “Ya, karena ada sesuatu yang aneh yang aku rasakan terhadap Vhyung.” Hm ? aku terdiam beberapa saat lebih tepatnya membeku. Jangan bilang kalau ayahnya tahu soal Vhyung. Aku perlu menelan ludahku beberapa kali. Kuharap aku tidak terlihat gugup didepan beliau sekarang. “Eh ? aneh apa ? tidak ada apa-apa kok ayah. Ayah bisa pulang sekarang. Hehe.. kurasa ayah capek.” Kataku sembari mendorongnya perlahan menuju pintu keluar. meski tindakanku aneh untuk seorang menantu terhadap mertua. Tapi aku dan ayah Vhyung sudah cukup mengenal lama. Kedekatan kami setara dengan ayah dan anak. Pria tua itu tidak banyak bicara apalagi melawan. Dia mengangguk lantas membawa putrinya yang menyebalkan ikut serta dalam perjalanan pulang. Ketika mereka lenyap ditelan pintu. Aku serasa meraup napas yang bebas. Oke permasalahan sudah selesai, sekarang waktunya minta imbalan. Aku bergerak kembali ke kamar Vhyung. Berdiri dengan bangga karena dengan cukup lancar membereskan masalah yang sejatinya memang aku lakukan sih. Tapi aku tidak mungkin mengatakannya, karena aku butuh imbalan darinya. Aku menyeringai ketika mendekat padanya. Pria itu cukup waspada ketika melihat mataku yang memicing terus melirik kearah dompetnya. “Apa ?” “Imbalanku mana ?” “Hah ? kau minta imbalan untuk sesuatu yang tak seberapa ?” “Ck.. aku yang berjasa besar tidak kau hargai ? oh.. sialan sekali suamiku. Kalau aku tidak bergerak kira-kira apa yang akan terjadi padamu ? reputasimu terancam loh barusan.” “Dasar perempuan matre !” Vhyung mendengus. Lantas mengeluarkan sejumlah uang dari dompetnya. Ketika dia mengulurkannya padaku. aku menggeleng. “Kau pikir itu cukup ? membantumu sejauh ini perlu diapresiasi lebih dari itu.” “Ck..” detik berikutnya dia memberiku blackcard miliknya. Mataku seketika berbinar. Pengertian sekali. “Terimakasih sayang, aku cinta padamu !” “Menjauhlah dariku dasar perempuan.” Masa bodo yang penting aku punya sesuatu yang bisa membuat kebahagiaanku meningkat. *** Tak henti aku berguling dikasur sembari menciumi black card yang Vhyung berikan padaku. sumpah benar-benar rezeki nomplok. Persetan soal cinta kalau begini, toh aku sudah dicukupkan secara lahir. Aku sudah tidak butuh apa-apa lagi. Seperti seorang gadis yang sedang berfangirl ria. Rasanya tak sabar menyapa hari esok. Aku bahkan tidur lebih awal hari ini. “Selamat pagi dunia. Hari yang indah !” kataku sembari menciumi black card yang diberikan Vhyung. Kemudian melompat-lompat diatas kasur. Menjerit-jerit, sembari bergerak sembarang. “That’s right Noir. Dengan ini kamu bisa memanjakan diri sepuasnya. Yuhu...sayangku kamu milik dompetku sekarang. Ahahaha..” aku memulai aktivitas yang aku idamkan sejak semalam. Berbelanja tentu saja. Aku mandi, keramas, menggunakan pakaian yang mahal lalu terakhir menyematkan kaca mata hitam diatas rambutku sebagai aksesoris sembari bernapas dengan lega menyelami udara pagi yang entah mengapa hari ini terasa lebih kuat indahnya. “Bangun lebih awal ?” Vhyung menatapku yang sudah rapi dari atas hingga kebawah. Pria itu sedang sibuk dengan pancake. “Tentu, aku mau shopping.” Vhyung memutar bola matanya bosan. Apa salahnya ? toh inikah hadiah aku perlu memuaskan diriku setelah dijerat dalam permainan peran gila ini kan ? “Makan dulu ?” tanyanya lagi. Ayolah bukankah dia terlihat seperti ibu rumah tangga yang membosankan ? lihat celemek yang dia pakai. “Aku bisa makan yang lebih enak diluar. Bye honeyyy~” aku memberinya kissbye membuat pria itu berlagak jijik menerimanya dariku. Tapi whatever aku tidak butuh sesuatu yang romantis. “Aku akan pulang terlambat.” Lanjutku. *** Aku memasuki sebuah pusat perbelanjaan dengan mata yang tak henti takjub. Jika dulu sulit bagiku untuk memasukinya sekarang aku bahkan diperlakukan dengan special oleh orang-orang yang menyeretku dulu. Dasar manusia ! aku bersungut saat mengenang diriku yang hanya mampu mengagumi keindahan seluruh pakaian di butik ini dari luar kaca. Sekarang aku tidak semenyedihkan itu. Jadi aku tidak perlu khawatir. Aku punya uang yang tidak terbatas di dompetku tak masalah sebanyak apapun aku menghamburkannya uang ini tidak akan habis. “Hey.. keluarkan model dengan edisi terbatas. Aku mau membeli semuanya.” Aku mendelik pada seorang pramuniaga yang dulu memarahiku hanya karena menyentuh salah satu baju yang dipajang didekat pintu masuk. Melihat wajahnya sekarang aku merasa puas. Aku jadi ingin membalas perlakuannya dulu padaku. “Bagaimana dengan ini ? ini merupakan model terbaru dan saya rasa ini bagus ditubuh Nona.” Katanya mengeluarkan sebuah mini dress dan menawarkannya padaku dengan sopan. Aku lantas menyentuh ujungnya kemudian mendelik padanya. “Aku tidak suka. Bawakan yang lain!” “E-eh ? baik..” Si pramuniaga itu tergopoh kedalam untuk mencarikan aku baju yang lain. Sementara teman-temanya tertawa melihat kesulitannya. Ah.. sial, padahal aku Cuma ingin balas dendam tapi kok rasanya tidak asyik sih ? Ketika dia kesulitan membawa baju-baju yang dia dapat dari dalam tanpa perlu memastikannya,  aku segera minta dia membungkusnya untukku. Kemudian mengulurkan black card yang kudapat dari Vhyung sebagai media untuk transaksi. “Pake ini.” mata si kasir melebar. Mereka tak menyangka mungkin orang sepertiku bisa mempunya barang semewah itu. Tapi ya, sejatinya itu bukan milikku. Aku menerimanya dari suamiku sebagai upah.  Setelah transaksi selesai mereka langsung membungkukan badan seraya mengucap terimakasih dengan ramah. Aku merogoh salah satu pakaian secara random dari kantong belanjaanku kemudian kuberikan itu pada si pramuniaga yang dulu menghinaku. “Untukmu. Terserah mau kau apakan aku tidak peduli. Selamat bekerja kembali.” Kataku. Mata perempuan itu berkaca-kaca untuk sebuah alasan yang tidak kuketahui, mengucap terimakasih padaku disaksikan orang-orang yang menertawakannya tadi. Apa sekarang aku terlihat seperti seorang pahlawan ? mudah sekali ya membangun opini di masyarakat. Aku tak menghiraukan lantas melanjutkan perjalanan shopping spree ku yang belum kelar. Namun begitu aku hendak keluar dari pintu, tubuhku terpojok oleh sosok pria berperawakan tinggi. Aku butuh mendongak untuk melihat wajahnya. Namun sayang meski aku melakukannya aku tidak mengenali dia karena dia menggunakan kacamata dan masker hitam. Apa dia penjahat “Permisi Tuan, anda menghalangi jalan keluar.” kataku, berusaha untuk menggeser tubuh. Namun bukannya menyingkir pria itu seperti sengaja menghalangi jalan bagiku. “Maaf Tuan, saya sedang buru-buru tidakkah anda bisa melangkah kesisi lain ?” tanyaku. Pria itu tidak menjawab dan terus saja menghalangi. Hingga akhirnya aku gerah dan menghela napas dengan keras. “Bisakah anda berhenti mempermainkan saya ?” aku memicing padanya. Tak peduli akan memancing kemarahan atau apa, tapi yang pasti dia duluan yang memancing emosiku. Pria itu mendengus seraya menarik masker dan kulihat dia menarik sudut bibirnya. Dia tersenyum ? tak puas dengan itu dia juga membuka kacamata hitamnya seraya menatap mataku dengan irisnya yang berwarna kelabu. Gilaa.. jika dibuka seperti ini dia tampan. Aku menggelengkan kepala berusaha masuk ke realita. Setampan apapun dia tapi jika kelakuannya minus itu tetap tidak bisa menaikan nilai plus dimataku. Aku berusaha untuk terlihat tidak terpesona padanya, walaupun dalam hati rasa ingin memiliki tumbuh lebih cepat dari yang kukira. “Jadi kau ya ?” katanya dengan nada yang kentara sekali sangat menyebalkan. “Ha ?” “Kau tidak kenal aku ?” kembali dia menatapku. Kali ini sedikit membungkuk menyamakan tinggi badanku. “Tidak.” Kataku tegas. Pria itu menghela napas jengkel lalu kembali keposisi berdiri tegak dan menatapku dengan cara yang bisa membuatku kesal. “Aku Zay, dan aku kekasih Vhyung.” Apa ? kekasih ? aku melirik pria itu lagi. Menilainya dari atas kebawah, mulai dari wajahnya yang tampan dengan mata monoloid beriris kelabu. Tubuhnya tinggi dengan bahu yang lebar. Rambutnya yang disemir kebelakang, dan bibirnya yang agak tebal namun menggoda. Pantas saja, pantas bagiku untuk terpesona padanya. Karena sejak dulu aku selalu seperti ini. aku dan Vhyung memiliki selera yang sama soal pria. Tapi yang kutemui saat ini adalah pria tampan yang mengaku sebagai kekasih suamiku ? apa ini drama terbaru ? aku sih, memang sudah curiga sejak awal kalau Vhyung punya kekasih. Dan bisa jadi dia adalah pria yang kemarin mengobrak abrik suamiku. Lalu atas dasar apa pertemuan kami sekarang ? apa dia sedang berniat melabrakku ? lalu akan menjambak rambutku dan berkata jika aku adalah perebut laki orang begitu ? “Ah.. begitu..” pada akhirnya aku buka suara setelah memikirkan matang-matang apa yang harus aku ucapkan. Pria itu nampak tidak nyaman dengan jawabanku. Dan tanpa aba-aba dia langsung menarik tanganku untuk ikut bersamanya. “O-oy.. apa yang kau lakukan ?” kataku berusaha menepisnya. Tapi dia terlalu kuat. Pada akhirnya meski aku meronta dan protes dia terus saja melangkah mengabaikan segala hal yang kukatakan padanya. Aku memilih untuk pasrah. Ikut kemana dia menuntunku. “Jadi kau ingin mengajakku makan ?” itu adalah komentar pertamaku setelah diseret tanpa aturan dari butik mahal menuju sebuah kedai makan masih dipusat perbelanjaan juga. Pria itu menatapku dengan cara yang aneh. Apa aku unik ? “Kau dengar apa yang aku bilang kan ? aku kekasihnya Vhyung !” katanya mengulang apa yang dia ucapkan tadi. Aku mengorek telingaku dengan santai didepannya. “Iya lalu kenapa ?” “Kau tidak kaget ? minimal jijik ?” aku mengernyitkan dahiku lagi. “Untuk apa aku begitu ?” “Kami pasangan pria. Dan kau tidak merasakan apa-apa ?” “Tidak.” “Kau ini perempuan gila ya ?” gila katanya ? mulutnya perlu sedikit digosok cabai ya. Emosiku terpancing dan tanpa sadar aku mengeluarkan unek-unekku tanpa henti. “Hey, dengar tuan. Satu-satunya hal yang tidak masuk akal disini adalah. Pertama anda menghalangi jalan, kedua anda bertingkah seolah kita saling mengenal, ketiga anda membawaku kemari tanpa persetujuan, dan keempat anda memperkenalkan diri anda sendiri kemudian menyebutku perempuan gila ! siapa disini yang tidak waras sebenarnya ?” jujur itu adalah rap terpanjang yang bisa aku ikrarkan tanpa berbelit lidah. “Tapi...” “Jika kau khawatir soal dia. Aku memang istrinya tapi kami tidak berhubungan seperti kau dan dia. Intinya seperti itu. Jadi jika kau memiliki urusan seperti ingin melabrakku atau hal serupa kau salah sasaran. Permisi. Dan oh ya, aku lapar traktir aku. Marah padamu membuang energiku !” aku menarik salah seorang pelayan terdekat untuk membawakanku buku menu kemudian memilih beberapa makanan. Pria dihadapanku menganga tak percaya. Dia hendak pergi namun aku menjegal tangannya. “Jangan kira bisa lari. Kau harus bertanggung jawab karena mengganggu kegiatan seorang Lady. Bayar makanannya dulu baru kubiarkan kau pergi.” *** Setelah kemarin Zay dan Vhyung hampir masuk babak akhir. Zay merasa marah ketika ada telepon yang mengganggu mereka. Zay tahu Vhyung telah menikahi seorang wanita, tapi ketika dia bertemu langsung dengan wanita itu pagi ini. Dia benar-benar dibuat melongo. Pasalnya perempuan itu sama sekali berbeda dengan apa yang ada didalam bayangannya. Tidak salah dia memilih perempuan macam itu sebagai istrinya ? Bahkan dalam pertemuan pertama, perempuan itu hampir menguras isi dompetnya karena secara paksa memintanya untuk ditraktir. Antara tidak tahu malu dengan miskin. Tapi dengan itu dia merasa sedikit lebih nyaman. Itu artinya tidak ada celah baginya untuk khawatir karena dia sendiri merinding saat berlama-lama dengan perempuan itu. “Namanya Noir ya, perempuan gila..”  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD