8. Lembur

2439 Words
Pekerjaan yang diberikan Arion untuk Cleo benar-benar sukses membuatnya jadi lembur hari ini. Teman-teman Cleo sampai prihatin karena di saat mereka sudah bersiap untuk pulang, Cleo justru masih berkutat dengan komputer untuk menyelesaikan pekerjaannya. “Lo beneran nggak mau ditemenin, Cle?” Mereka memang sempat menawari untuk menemani Cleo, tapi Cleo menolak tawaran itu dengan alasan tidak enak pada mereka. Selain itu, akan lebih mudah bagi Cleo jika mereka sudah pergi saat ia ingin pulang nanti. Cleo malas jika harus membuat alasan atau sembunyi-sembunyi karena mesti pulang dengan Arion dan Kenzie. Akhirnya, setelah Cleo membujuk mereka untuk pulang duluan dan meyakinkan mereka bahwa pekerjaannya akan selesai dengan cepat, semua anggota tim Cleo pun pulang, termasuk Eldrian. Ketua divisi itu bahkan jadi yang pertama kali pulang karena katanya ada janji penting dengan seseorang. Dari gosip yang Cleo dengar dari teman-temannya sih, orang penting itu tidak lain adalah teman kencannya dari aplikasi online dating. Eldrian memang dikatakan sedang berusaha mengakhiri status jomblonya sehingga getol berkencan dengan orang-orang dari aplikasi itu untuk mencari yang sesuai kriterianya. Setelah ditinggal sendiri di kantor, Cleo tidak berhenti misuh-misuh. Dia masih kesal bukan main. Walaupun pekerjaan yang diberikan oleh Arion bukan lah pekerjaan sulit, tapi pekerjaan itu membutuhkan ketelitian yang tinggi, dan jumlah yang harus dikerjakan juga banyak. Jelas sekali kalau Arion memang sengaja ingin membuat Cleo susah. Untungnya Cleo merupakan seseorang yang memang teliti dan gesit dalam bekerja, sehingga ia bisa menyelesaikan pekerjaan yang diberikan Arion itu dengan baik. Walaupun ia baru menyelesaikannya setelah matahari terbenam. Kantor pun sudah sangat sepi karena hampir semuanya sudah pulang ketika Cleo selesai. Ia sempat melirik jam dan melihat kalau sekarang sudah hampir pukul delapan malam. Masih dengan perasaan gondok, Cleo meninggalkan kantor, dan langsung pergi menuju tempat parkir mobil khusus dimana mobil Arion selalu parkir di sana. Sejak tinggal bersama Arion, Cleo memang selalu mendatangi mobil Arion di parkiran itu pada jam pulang. Dan tentu saja, ia harus memastikan tidak ada orang yang melihatnya dan memergokinya masuk ke mobil Arion. Untungnya pulang terakhir begini, Cleo jadi tidak perlu membuat seribu alasan dan bersembunyi dari teman-temannya. Ketika melihat mobil Arion yang masih terparkir di sana, Cleo menebak kalau Arion kemungkinan besar sudah pulang duluan, dan menyisakan Kenzie saja yang menunggui Cleo di sini. Yah, tapi lebih baik begitu sih. Setelah apa yang dilakukan oleh Arion padanya, melihat lelaki itu bukan kah sesuatu yang Cleo harapkan. Cleo sudah siap untuk curhat ke Kenzie begitu ia tiba di dekat mobil sedan hitam yang mesinnya menyala itu, tanda kalau di dalam sudah ada orang. Ia membuka pintu penumpang depan dan langsung hendak bersuara. Tetapi, kata-kata Cleo justru tertahan di lidah ketika dilihatnya yang duduk di kursi kemudi bukan lah Kenzie, melainkan Arion. Lelaki itu menatapnya datar, membuat Cleo langsung kagok. Ia melirik ke kursi penumpang belakang, berharap menemukan Kenzie. Tapi, tidak ada siapa-siapa di sana. “Kenzie mana?” Akhirnya Cleo bertanya dalam keadaan masih belum masuk ke dalam mobil. Arion berdecak sebelum menjawab nyaris ketus, “Dia ada urusan sama Binar.” Dalam hati Cleo mengerang. Aduh, malas banget kalau harus berduaan di mobil dengan Arion. Mending Cleo pulang sendiri naik ojek daripada merasakan aura tidak enak di sepanjang perjalanan pulang. “Kamu mau pulang atau enggak?!” Cleo agak tersentak karena ditanya dengan nyaris membentak oleh Arion. Karena tahu Arion tidak akan membiarkannya pulang naik ojek, akhirnya Cleo setengah hati masuk ke dalam mobil, dan duduk di sebelah lelaki itu. Ini adalah kali pertama mereka hanya berdua saja di dalam mobil. Selama ini, selalu ada Kenzie yang bisa sedikit mencairkan suasana. Biasanya, Cleo dan Kenzie duduk di depan, sementara Arion duduk di belakang sendirian. Oleh sebab itu, Cleo benar-benar merasa tidak terbiasa harus duduk bersebelahan dengan Arion. Belum lagi, ia masih gondok perihal lembur di kantor tadi. Setelah mobil melaju meninggalkan gedung kantor, Cleo sama sekali tidak menoleh pada Arion, dan memilih melihat keluar jendela. Ia juga tidak bicara sama sekali, Arion apa lagi. Cleo hanya ingin bisa segera sampai di rumah. Perhatiannya baru refleks terarah pada Arion ketika ia mendengar lelaki itu berdecak keras dan menekan klakson kencang. Pasalnya karena sebuah motor yang baru saja menyalip mobil mereka, yang kemudian disambut oleh macet panjang. Dasar sumbu pendek, pikir Cleo. Dia jadi ikut-ikutan kesal melihat Arion yang kesal hanya karena perkara macet dan disalip oleh motor. Padahal ya, namanya juga hidup di ibukota. Hal seperti itu harusnya sudah biasa. "Kenapa kamu liatin saya begitu? Nggak suka karena saya setirin pulang?" Tanpa menoleh, Arion bilang begitu. "Harusnya makasih karena saya masih mau nungguin kamu pulang, di saat saya bisa pulang sejak berjam-jam lalu." Oh, tentu saja Cleo semakin kesal mendengarnya. "Saya juga nggak minta ditungguin sama kamu kok," balasnya. "Lagian, salah kamu yang bikin saya harus kerja lembur." Arion mendelik. "Nggak suka sama kerjaan di kantor saya? Silahkan resign kalau gitu." "Bukannya gitu! Tapi kamu tuh keliatan banget ngasih kerjaan segunung cuma karena benci sama saya! Seolah ada dendam pribadi. Kamu pikir saya nggak tau?" "Itu cuma pekerjaan biasa, nggak ada hubungannya sama masalah pribadi." "Kamu pikir saya percaya?" "Terserah." "Kalau emang kamu benci sama saya, tunjukin di rumah aja, nggak harus di tempat kerja juga. Kamu segitunya mau bikin saya tertekan apa? Padahal, saya juga nggak pernah ganggu kamu kok." Arion memilih tidak menjawab dan kembali menghadap ke depan. Keningnya berkerut karena menahan kesal, terlebih melihat antrian mobil di depan yang masih mengular. Membuat mereka harus terjebak di dalam mobil semakin lama lagi. "Oh ya, satu lagi. Kalau nggak ikhlas nungguin saya pulang, mending suruh Kenzie aja, atau saya naik ojek juga bisa. Daripada sama kamu, tapi kamunya marah-marah." Cleo menambahkan, sebelum dirinya ikut melengos. Beneran deh, Cleo sudah melupakan seluruh rasa takutnya terhadap Arion karena kejadian hari ini. Terserah mau Arion tersinggung atau apa setelah mendengar keluh kesah Cleo tadi. Cleo terlanjur terlalu kesal untuk peduli soal itu. Tidak ada yang bicara lagi di antara mereka setelahnya. Sampai akhirnya, sebuah suara terdengar. Krucuk...krucuk... Bola mata Cleo spontan melebar. "Itu suara apa?" Tanya Arion. Oh, sial. Rasanya Cleo tidak kuasa sekali untuk menjawab bahwa yang barusan itu adalah suara perutnya yang kelaparan. Bener-bener muncul di saat yang nggak tepat dan ngerusak suasana! Cleo yang tadinya merasa gondok dan marah, sekarang malah malu bukan kepalang. *** Tanpa bilang apa-apa, Arion tidak membawa mereka langsung pulang. Mobil itu akhirnya melipir ke sebuah restoran steak tidak lama setelah suara perut Cleo terdengar. Cleo tidak tahu apakah ia harus merasa malu atau terkesan karena tindakan Arion itu. Entah ini karena Arion perhatian, atau semata hanya prihatin dengan suara perut Cleo yang begitu keras tadi, seolah ada hewan peliharaan kelaparan di dalamnya. Tapi ya, syukur deh kalau Arion cukup baik untuk berinisiatif ngasih Cleo makan setelah membuat perempuan itu lembur sehingga ia terlambat makan malam. Restoran yang mereka datangi adalah sebuah restoran bernuansa Jepang yang terkesan elegan karena interiornya didominasi oleh warna-warna gelap. Restoran itu pun cukup terkesan private sehingga pengunjungnya tidak terlalu ramai. Sepertinya, Arion memang sengaja memilih restoran itu supaya mereka tidak perlu khawatir bertemu dengan orang-orang di kantor. Dari pelayanan dan ambience di dalamnya, Cleo bisa menebak kalau itu adalah restoran mahal, yang mungkin tidak akan bisa dia datangi andai menggunakan uang dari dompet sendiri. Ada untungnya juga jadi mate dari werewolf kaya raya, pikir Cleo setelah dirinya dan Arion duduk berhadapan di kursi untuk dua orang di sana. Mood Cleo jadi membaik karena dia mau makan daging mahal. Ia bahkan tidak bisa menutupi binar kesenangan di kedua matanya ketika seorang pramusaji datang untuk memanggangkan daging langsung di pemanggang yang ada di meja mereka. Cleo sampai tidak sadar kalau diam-diam, Arion memerhatikannya. Pria itu agak takjub melihat perubahan suasana hati Cleo yang begitu cepat hanya karena akan diberi makan enak. Tapi, ketika Cleo menoleh padanya, Arion cepat-cepat buang muka. Mereka baru makan setelah pramusaji selesai memanggang daging dan pergi meninggalkan meja mereka. Berani sumpah, itu adalah daging terenak yang pernah Cleo makan seumur hidup. Katanya sih, itu daging wagyu dengan grade yang sangat baik, jadi wajar jika rasanya seenak itu. Cleo bahkan berhasil dibuatnya tersenyum lebar. Kalau Arion sih tidak perlu ditanya, mau makan enak atau tidak, ekspresinya tetap datar. "Makasih karena udah ngajak saya makan enak," ujar Cleo di tengah makannya. Ia tersenyum. "Kalau gini, bisa dimaafin lah masalah kamu nyuruh saya lembur tadi." Arion hanya membalasnya dengan sebuah dengusan saja. "Tapi jadi ngerasa bersalah deh karena Kenzie nggak ikut." Cleo lanjut berceloteh. "Padahal, kayaknya dia bakal suka makan di sini. Kenzie kan suka banget sama daging ya? Eh apa kamu juga suka banget? Kalian pasti karnivora kan ya?" "Lagi makan, nggak usah banyak omong." Cleo langsung cemberut. Emang nggak bisa banget diajak ngobrol kayak orang normal! Nggak manusiawi banget. Cleo kesal sedikit sih, tapi rasa kesalnya itu langsung luntur setelah ia memasukkan satu potong daging lagi ke dalam mulut. Ia bahkan tidak bisa menahan dirinya untuk tidak bertepuk tangan karena terlalu girang. Lalu, Cleo yang memang sedang mengedarkan pandangannya ke sepenjuru restoran, tanpa sengaja melihat seorang wanita bertubuh tinggi yang sepertinya baru saja keluar dari area restroom. Ketika tatapan mereka bertemu, senyum Cleo langsung hilang. Melihat kedua mata wanita itu yang berkilat jadi warna merah ketika melihatnya, sontak membuat tangan Cleo gemetar, hingga pisau steak di tangannya pun terjatuh. Andai Arion tidak memiliki refleks cepat untuk menangkap pisau itu, pasti kaki Cleo sudah terluka dihantam pisau. Cleo mematung di tempat melihat wanita itu menyunggingkan senyum miring untuknya. Tanpa perlu bertanya, Arion langsung menyadari ada yang salah. Ia menoleh ke belakang tubuhnya untuk melihat apa yang sebelumnya dilihat oleh Cleo. Wanita tadi masih di sana, memandangi mereka dengan raut angkuh yang misterius. Cleo tersentak ketika Arion bangun dari duduknya, lalu pindah untuk duduk di samping Cleo, alih-alih di depannya seperti tadi. Cleo terlalu ketakutan sampai-sampai ia tidak sadar bahwa di balik meja, Arion meraih satu tangannya, dan menggenggamnya erat. Tatapan tajam Arion terarah pada wanita yang jelas-jelas bukan manusia itu, sampai wanita tersebut pergi dari pandangan mereka. Bahkan setelah wanita itu pergi pun, rasanya Cleo tidak bisa bernapas lega. Meski ini bukan lah pengalaman pertamanya melihat kejadian serupa, bukan berarti Cleo terbiasa dan menyukainya. "Itu vampire," ujar Arion setelah wanita itu pergi. "Va-vampire?" Arion mengangguk. Cleo baru sadar kalau Arion menggenggam tangannya ketika lelaki itu melepaskannya. Sekujur tubuh Cleo rasanya langsung merinding memikirkan dirinya baru saja ditatap seperti itu oleh seorang vampire. Kemarin-kemarin, Cleo pernah membahas soal vampire dengan Kenzie. Dan Kenzie membenarkan bahwa pelaku dari pembunuhan mayat serupa jenglot akhir-akhir ini adalah bangsa vampire. Katanya, mereka memiliki sebuah tujuan besar dalam melakukan perburuan besar-besaran di kota ini. Nafsu makan Cleo pun jadi hilang. Meskipun daging super enak itu masih tersisa setengah lagi di piringnya, tapi Cleo rasa ia tidak akan sanggup menghabiskannya. Kepalanya sekarang sudah dipenuhi oleh pikiran-pikiran buruk. "Dia...nggak akan nyerang saya, kan?" Tanya Cleo takut pada Arion. "Kalau mau melakukan itu, dia harus melangkahi mayatku dulu, dan dia tau itu," jawab Arion datar. Ia menoleh pada Cleo dan masih menatapnya dingin, meski tadi, sikapnya bisa dibilang cukup pengertian. "Sekarang kamu ngerti, kan? Setelah kita ter-imprint, kamu jadi lebih mudah menarik perhatian makhluk lain. Andai saya nggak sama kamu sekarang, mungkin hal buruk sudah menimpa kamu." "Kamu jangan nakut-nakutin," protes Cleo. "Saya nggak nakut-nakutin sama sekali, kenyataannya memang begitu. Walaupun Binar bisa menyamarkan keberadaan saya dan kamu dari werewolf lain, tapi bangsa vampire tetap bisa mendeteksi kita karena insting mereka yang jauh lebih kuat." Cleo diam. "Seharusnya kamu tau kalau bangsa vampire dan werewolf itu bermusuhan. Bagi mereka, menjadikan mate dari seorang werewolf sebagai mangsa adalah sebuah kebanggaan tersendiri. Jadi, kamu jelas mangsa yang empuk. Untungnya yang tadi itu cuma vampire kelas rendahan yang nggak akan berani ngelawan saya sendirian." Cleo rasa, akan jauh lebih baik jika Arion tidak menjelaskan itu semua padanya. Sedari awal, Cleo memang sudah takut dengan vampire sejak teori-teori yang dia pernah baca waktu itu, juga sejak dia tau kalau mereka memang pelaku pembunuhan yang sedang marak belakangan ini. Ditambah lagi dengan cerita Arion tadi, ketakutan Cleo pada mereka pun jadi semakin bertambah. "Saya mau pulang sekarang." Meskipun makanan mereka sama-sama belum habis, Arion tidak protes, dan menuruti permintaan Cleo itu. Ia langsung memanggil pramusaji untuk membawakan bill mereka dan langsung membayar. Cleo sendiri sudah tidak peduli lagi dengan daging super enak tadi. Dia bisa minta Arion untuk mengajaknya makan di sana lain kali, ketika tidak ada lagi vampire di restoran itu. Untuk sekarang, Cleo hanya tidak ingin berada di tempat yang sama dengan vampire mana pun. Cleo menempel begitu dekat dengan Arion saat mereka berjalan keluar restoran. Meskipun restoran ini terkesan private, namun bangunannya cukup luas. Dari satu tempat duduk ke tempat duduk lain pun dipisah oleh sekat, sehingga sulit untuk melihat siapa saja yang ada di restoran ini. Karena itu lah Cleo takut jika vampire itu masih ada di sini. Ia betul-betul merasa tidak sanggup jika harus berpapasan dengannya lagi. Sehingga Cleo pun menjadikan tubuh Arion sebagai tameng untuk menutupi pandangannya. Cleo berjalan sangat dekat di belakang Arion, sampai-sampai ia bisa mengendus wangi tubuh lelaki itu saat menarik napas. Harus Cleo akui, Arion adalah tipikal lelaki yang wangi tubuhnya sangat enak dan bisa membuat selalu terbayang-bayang. Tapi itu bukan hal penting sekarang. Karena berjalan terlalu dekat dan menundukkan kepala, Cleo sampai tidak sengaja menabrak Arion. Lelaki itu langsung menoleh padanya dan mendelik, terlihat sebal. Cleo hanya memberinya ekspresi memelas, tanpa bicara memberitahu Arion bahwa sebenarnya ia takut. Cleo pikir Arion akan mengabaikannya saja, sehingga ia sukses dibuat terkejut saat Arion tiba-tiba meraih satu tangannya untuk digandeng. "Kamu pikir, saya bakal biarin dia ngapa-ngapain kamu?" desis Arion. Cleo tidak menjawab dan terpaku sesaat karena tindakan dan ucapan Arion barusan membuat jantungnya berdesir. Apa sih??? Masa baper??? jerit hati Cleo. Sedangkan kepalanya tidak terima sama sekali jika ia merasa begitu di saat super genting seperti ini. Arion kembali berjalan dengan Cleo dalam gandengannya supaya mereka bisa berjalan dengan lebih mudah. Hingga mereka keluar dari restoran itu, Cleo benar-benar tidak melihat kemana-mana lagi. Ia baru berani menoleh ke restoran saat sudah berada di luar dan wanita vampire itu tidak ada dalam pandangannya. "Untung aja nggak ada lagi," gumam Cleo lega. Arion justru berdecak keras, sehingga menarik perhatian Cleo untuk mendongak melihat wajah lelaki itu. Pandangan Arion tertuju pada satu arah di depan. Cleo pun mengikuti arah pandang Arion dan kedua matanya langsung membelalak. Di tempat parkir, ada wanita vampire itu. Dan dia tidak sendirian, melainkan setengah membopong seorang pria yang sepertinya nyaris hilang kesadaran karena mabuk. Masalahnya...Cleo kenal betul siapa pria itu. "Mas El! Itu Mas Eldrian!" Cleo berseru pelan. Ia menoleh lagi pada Arion dengan wajah panik. "Mas El dibawa sama vampire itu!" Arion kembali berdecak. "Saya juga bisa liat," katanya. "Dan saya juga tau, dia bakal jadi mangsa vampire itu malam ini."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD