When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Hari bertambah menjadi takdir yang telah menemukan di mana perasaannya selalu akan menyatu, bahkan berpisah sejenak saja hatinya tetap terpaut pada diri Rosie saat melihat wajah itu di depan layar ponsel. Canda bahkan tawanya sudah tak dapat terhitung lagi bersama Bevan di sebuah panggilan video. "Memangnya kenapa tidak mau liburan bareng kakak? Kan tadinya kakak ingin nyoba jet pribadi kita." Dari sambungan internet Bevan membujuk tetapi Rosie tetap menggelengkan kepala sebagai tanda menolak. "Aku harus belajar kak, biar cepet lulus seperti kakak. Usia segitu udah mendapat gelar doktor." Ucap Rosie membenarkan. "Um, oke. Kakak pasti dukung kamu sayang," terlihat Bevan mengangkat tubuh kucingnya. "Dan kami akan selalu mendukungmu." Rosie merasa gemas saat terli