"Hai mbak Ayu, ketemu lagi kita. Wah gak nyangka ya bisa ketemu di sini!" sapa seseorang yang suaranya memang terdengar asing di telinga gadis yang kini tengah menunduk karena mengambil sendok makannya yang terjatuh di lantai.
Ayu pun mendongakkan kepalanya dan perlahan mengangkat tubuhnya dan duduk tegas di kursinya. Imam masih mengambil makan malamnya di meja display yang sudah di sediakan restoran hotel itu.
"Eh mbak, ya kebetulan sekali kita bertemu lagi." Ucap Ayu yang sedikit terbata karena merasa terkejut juga bisa bertemu kembali dengan pengantin yang ia rias beberapa hari lalu. Bahkan ia sudah lupa namanya namu wajahnya akan selalu di ingat karena wanita itu lah sahabatnya meninggalkannya begitu saja di masa lalu.
"Malah lupa lagi siapa nama mbak ini? Kak Imam mana lagi, lama sekali!" gerutu Ayu dalam hati.
"Mbak sama siapa disini? Sendiri atau sama cowoknya yang kemarin? Siapa ya lupa aku namanya?" tanya wanita yang biasa di panggil Echa itu.
"Ya mbak aku berdua sama Mas Imam." Ucap Ayu dengan senyum lebarnya, "ya sudah lah ya panggil mas aja di depan orang ini. Kalau di panggil kakak kan kek aneh aja dengernya." Lanjut Ayu lagi dalam hati.
"Oh ya Imam, kalau gitu kita nggak boleh gabung nggak?" Pintanya lagi.
"Waduh gabung, dia pasti sama suaminya kan disini. Dong jadinya kayak double date gitu yak." Lagi-lagi Ayu membatin dalam hati. Dia tampak berpikir sejenak, namun menolak pun rasanya tidak mungkin. Karena pasti akan tidak enak juga kan kalau nolak dengan alasan yang tidak jelas.
"Eh iya mbak silakan duduk sini aja biar rame." Jawab Ayu pasrah.
Jujur dia tidak bisa membayangkan bakalan kayak gimana suasananya nanti, jelas tidak mengenakkan dan akan sangat canggung jika ia harus berhadapan lagi dengan mantan abangnya itu.
"Terimakasih ya, akhirnya ada teman yang di kenal juga di sini. Tadinya aku tak ingin pergi honeymoon begini. Tapi ya sudah lah karena suami maksa jadi ya ikut aja." Tuturnya dengan percaya diri dan wajah sumringahnya rasa canggung sedikit pun.
"Ya elah mbak simpen aja buat lu sendiri kagak usah cerita bilang di paksa segala keles. Gedek lama-lama sama ini cewek. Pede banget lagi mukanya cerita begitu." Gerutu Ayu dalam hati yang kini hanya melempar senyum terpaksa pada wanita yang duduk di seberangnya itu.
"Hai sayang maaf membuat mu menunggu lama." Sapa Imam yang kini langsung mengambil tempat duduk di samping Ayu sementara gadis itu masih terdiam dengan tatapan yang terus tertuju pada lelaki hitam manis itu. "Eh maaf saya tidak memperhatikan ada orang lain di sini. Selamat malam mbak Alesha." Lanjut Imam yang kini menyapa wanita yang duduk tepat di hadapannya.
"Wah malah dia yang inget nama ini cewek ketimbang diri ku yang bahkan lupa namanya siapa. Eh tunggu sepertinya ada yang kacau nih di sini. Kok aku baru sadar ini perempuan duduk di seberang aku bukannya tepat di hadapan aku. Berarti yang nanti duduk di depan ku suaminya dong. Ya Tuhan situasi macam apa lagi ini!" Ayu bergumam dalam hati merutuki dirinya sendiri.
Benar saja tak beberapa lama orang yang sedari tadi mengganggu pikiran gadis itu kini telah muncul.
"Kenapa kamu di sini dek? Kan masih banyak meja kosong di tempat ini." Ucap lelaki itu dengan suara dinginnya yang kini tengah berdiri di belakang istrinya itu.
Sementara Ayu dan Imam hanya menundukkan kepala mereka menikmati makanan yang mereka ambil tanpa mempedulikan pembicaraan pasangan baru itu.
"Ih kok ngomongnya begitu sih sayang, memangnya kamu lupa mereka siapa? Ini MUA kita yang kemarin lho Yang. Biar rame jadi aku gabung sama mereka." Ucap manja si Echa pada suaminya.
"Ayo mas mari makan." Imam malah menawarkan dengan sopannya.
"Ya aku tahu mereka siapa. Baiklah karena aku sudah lapar jadi aku akan ikut bergabung di sini." Ucap Ichal dengan nada sinisnya seraya menarik kursinya dengan sedikit kasar.
"Ketimbang duduk aja susah sekali. Siapa juga sih yang mau duduk satu meja bareng kalian." Ayu hanya bisa menggerutu dalam hati sementara ia juga tak memiliki keberanian untuk melihat wajah yang ada di depannya itu. Sementara Echa dan Iman yang duduk berhadapan hanya tersenyum simpul.
Jujur saja sebenarnya Imam juga tidak suka dengan situasi ini, hanya saja ia harus tetap bersikap sopan kan. Sementara Ayu entah kenapa malah merasa kalau lelaki yang berstatus suami orang itu kini menatapnya dengan tatapan tajam itu.
Untuk beberapa menit berlalu ke dua pasangan itu terdiam menikmati makanan mereka.
"Maaf." Ucapnya tiba-tiba.
Ayu yang sudah mengangkat kepalanya dengan wajah terkejut dan mata yang melebar pada lelaki yang ada di hadapannya itu. Bagaimana ia tidak memasang wajah seperti itu, Ichal dengan sengaja menggenggam telapak tangannya yang baru saja meletakkan sendok di atas piring. Memang tak lama ia memegang tangan gadis itu hanya saja Ayu benar-benar tidak menyangka mantan sahabatnya bisa begitu nekad padanya bahkan di dekat istrinya.
"Kenapa sayang?" tanya Echa dengan manja seraya menoleh ke arah suaminya.
"Tidak apa-apa sayang hanya saja tadi aku tidak sengaja menyenggol tangan mbak Ayu ini ketika akan mengambil tisu!" bohong sang suami. Echa percaya saja apa yang di katakan suaminya.
Sementara Ayu hanya terdiam dalam kepalanya yang kembali tertunduk. Tapi Imam sudah menyaksikan sendiri kejadian singkat yang terjadi pada gadis di sampingnya itu, dan hanya bisa mendengus kesal mendengar kebohongan lelaki di seberangnya.
"Aduh kamu yang hati-hati dong sayang, maafkan suami ku ya mbak!" ucap Echa meminta maaf karena merasa tak enak.
"Eh ya gak apa-apa mbak!" jawab Ayu dengan rasa sungkannya seraya melihat wajah wanita itu.
"Ayo sayang sepertinya kita sudah harus pulang. Kamu sudah selesai kan makanannya?" ajak Imam yang mengerti dengan situasi itu.
Ayu menganggukkan kepalanya. "Sudah mas." Ayu pun menggeser kursinya ke belakang seraya bangkit dari posisinya begitu juga yang dilakukan Imam.
Imam sedikit terkejut mendengar dirinya di panggil dengan sebutan "mas" namun ia dengan cepat menguasai dirinya.
"Kalau begitu kami permisi dulu ya. Semoga honeymoon kalian menyenangkan." Ucap Imam berpamitan dengan sopannya, sementara Ayu hanya melempar senyum tipisnya ke Echa.
"Terimakasih ya. Semoga kalian juga cepat nyusul!" Balas Echa.
Kali ini hanya Imam yang memberikan senyum lebarnya. "Aamiin." Ia mengamini dalam hati, bukan kah perkataan baik adalah doa yang patut diaminkan
Baru saja mereka selangkah beranjak dari tempat itu, Ayu sudah mendengarkan perkataan yang tak menyenangkan. Namun dengan sabar Imam menggenggam tangannya dan menariknya pergi dari tempat itu.
"Biarkan saja jangan di hiraukan." Ucap Imam dengan suara lembutnya, Ayu hanya bisa menatap wajah berjalan di sampingnya itu sekilas.
Imam pun merangkul bahunya, dia tau lelaki yang mengatai gadisnya pasti tengah cemburu di sana dengan luapan emosinya.
Sementara di tempat yang tak jauh dari kejadian itu, Tere sudah menyaksikan apa yang tengah terjadi di sana.
"Wah situasi rumit macam apa ini, kisah cinta segi tiga kah? Eh sepertinya bukan karena personilnya bertambah menjadi empat. Jadi kisah cinta segi empat." Gumamnya yang terkekeh sendiri melihat drama itu. "Anak muda anak muda." Lanjut Tere lagi seraya berlalu pergi.