Seindah Memperdaya Kamu

1094 Words
Dior mulai membuka satu persatu matanya pasca operasi dua jam yang lalu, dan orang yang pertama kali dia lihat adalah suaminya sendiri, Alaska. “Kamu?” Alaska menurunkan sedikit tatapan matanya dengan sendu, lalu dia meraih tangan Dior dan menggenggamnya. “Jangan pernah sakit lagi. Aku yang akan mulai memperhatikanmu dari sekarang.” “Aku tidak terlalu membutuhkan perhatianmu. Sungguh.” Balas Dior dengan lugas. “Ada yang salah dengan perhatian yang ingin aku berikan untukmu?” “Jangan terlalu terbawa perasaan terhadapku, karena yang aku butuhkan saat ini adalah penjelasanmu tentang akhir dari pernikahan kita yang ingin kamu sudahi secepatnya.” Alaska langsung menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan. “Apa tidak bisa kalau kita bahas nanti saja kalau kita sudah sama-sama pulih? Saat ini, kita masih dalam proses penyembuhan.” “Justru membiarkan masalah itu berlarut malah membuat proses pulihku menjadi lebih lama.” “Keras kepala kamu memang tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.” Tukas Alaskan. “Baiklah, kalau memang kamu bersikukuh ingin aku membahas soal perceraian kita, maka aku akan bahas hal itu sekarang juga.” “Kalau begitu, lepaskan tanganku dari genggaman tanganmu sekarang juga karena aku merasa tidak nyaman dengan keberadaan tanganmu yang berkeringat.” Oh. Alaska langsung melepaskan tangan Dior dan segera menjauhkan tangannya, lalu dia lap telapak tangannya dengan kaos yang dikenakannya untuk membersihkan keringatnya. “Memalukan.” Batin Alaska. “Ayo, cepat katakan sekarang. Aku sudah tidak sabar ingin mendengarnya.” Dior menunjukkan kesiapan dirinya menerima apapun yang akan Alaska katakan padanya. “Aku ingin melepasmu agar kamu berhenti menyiksa dirimu sendiri, karena aku baru sadar kalau menerima pernikahan ini sama saja membuatmu menjadi seorang pengecut. Realitanya, aku bukanlah orang yang baik untukmu. Aku— orang yang jahat padamu, sebenarnya.” Dior terdiam. Dia langsung melamun detik itu juga. Sambil menatap ke arah langit dari dalam kamar perawatannya, Dior mengatakan, “Padahal, aku mulai merasa nyaman lagi denganmu.” Deg! Pengakuan itu membuat jantung Alaska langsung berdetak kencang dan dia langsung menaikkan pandangannya ke arah Dior kembali. “Berada di sisimu— seperti membuatku merasakan energi positif itu kembali. Masa lalu kelam yang pernah kita saling ketahui bersama membuat aku ingin menghapus ingatan itu— bersamamu. Kalau saja ada kesempatan yang bisa kamu berikan untuk memperbaiki keadaan saat ini, aku akan berusaha melakukan sesuai dengan alur pernikahan kita yang kamu inginkan. Sekalipun kamu mengatakan kalau kamu sebenarnya adalah orang yang jahat untukku, tapi aku sedang tidak ingin peduli dengan hal itu. Jadi, tolong pikirkanlah semua yang telah aku katakan padamu ini.” Alaska sama sekali tidak menyangka kalau Dior malah akan bicara baik padanya. Dia mengira Dior akan marah dan akan memakinya habis-habisan. Ternyata, pemikiran negatifnya itu salah besar. Setelah mendengar semua perkataan Dior tersebut, Alaska merasa kalau Dior yang dulu akan segera kembali secepatnya. ** Sementara itu, Di tempat berbeda, akhirnya Sandy berhasil menemukan Callia setelah dia berkutat dengan waktu yang singkat agar senja tidak cepat hadir. Langkah kakinya pun perlahan memelan setelah dia bisa melihat kembali sosok calon istrinya itu. Dengan nafas yang masih terengah-engah, Sandy berjalan mendekati Callia yang sedang duduk di depan toko minuman sambil menunduk di atas lututnya. Sandy pun menurunkan badannya begitu dia sudah berada di dekat Callia. “Apa yang terjadi denganmu?” Sandy bertanya dengan suara lembut. Callia segera mengangkat wajahnya begitu dia mendengar suara Sandy. “Bagaimana caramu bisa menemukan aku?” Callia bertanya balik dengan suara lirih. Wajahnya bersimbah air mata dan raut wajah sangat memelas. “Aku selalu punya cara untuk menemukanmu, karena kamu mudah sekali dijangkau olehku.” Saat itu juga Callia langsung menjatuhkan kepalanya di atas bahu Sandy, lalu dia menangis kembali sekencang-kencangnya sambil meremas jaket yang dikenakan oleh Sandy. “Aku mencintamu, Sandy. Sangat mencintai kamu.” Sandy bisa apa dengan perasaan Callia yang memang sangat mencintainya selama ini. Sedangkan, Sandy hanya terpaksa menikahinya karena tuntutan dari kedua orang tuanya. Bahkan, aku mulai berpikir. Kalau effort untuk belajar, bekerja, dan berusaha untuk menjadi orang yang berprestasi dan sukses selama ini, ternyata semua itu hanyalah kebanggaan yang tidak bisa dibanggakan sepanjang masa, karena kenyataan hadir ketika aku sudah berada dalam masa dewasa dan keadaan adalah realita sesungguhnya dari sebuah angan yang tidak pernah kita harapkan selama ini. Akan tetapi, keadaan seburuk apapun itu harus tetap dijalani meski keadaan buruk itu tidak pernah menghargai effort kita selama ini, karena sebuah nama yang disebut dengan keadaan yang justru merusak segala kerja keras kita yang sudah diberusaha dibangun dengan sangat hati-hati. Sandy melepaskan jaketnya lalu memakaikannya di tubuh Callia agar wanita itu tidak kedinginan. “Ayo, aku antar kamu pulang ke rumahmu. Kasihan Mamamu sudah mencarimu ke mana-mana, dia sangat mengkhawatirkan keadaanmu.” “Aku tidak ingin pulang jika itu alasannya.” “Maksudmu?” “Aku akan pulang jika alasannya datang dari diri kamu.” Sandy terdiam sejenak untuk memikirkan keinginan Callia itu. “Apa kamu tetap ingin melanjutkan pernikahan kita?” “Ya, tentu saja. Bahkan, aku ingin kita memajukan tanggal pernikahan kita. Menunggu satu bulan lagi terlalu lama untukku dan satu lagi, bujuk Dior agar dia mau menjadi WO pernikahan kita kembali. Jika kamu tidak berhasil melakukannya, maka aku akan turun tangan sendiri dengan caraku, yakni—“ Callia mengangkat wajahnya dan menatap lirih Sandy yang ada di dekatnya. “Memutuskan 90 persen saham Nobii Group yang telah ditanam di Safroon Group.” Deg! Sandy merasa terancam dengan perkataan Callia itu. Dia tidak menyangka kalau Callia akan menyatukan hubungan antara bisnis dan persoalan pribadi mereka. Maka, tidak ada lagi yang bisa Sandy lakukan selain menerima semuanya, karena nasib perusahaannya ada di tangannya. Sandy yang terbiasa hidup mewah tidak akan rela jika harus jatuh miskin secara tiba-tiba. Dia tidak suka mencapai sesuatu dengan cara tertatih-tatih dan Callia mengetahui kelemahan Sandy tersebut. “Baiklah, aku akan membujuk Dior sampai dia mau kembali menjadi WO kita.” “Satu hal lagi.” “Apa itu?” “Jangan mencoba mengkhianati aku kalau kamu tidak ingin menerima hukum karma langsung dari tanganku.” Sekarang, Sandy benar-benar merasa lemah sebagai seorang pria. Dia baru sadar, kenapa Dior begitu ingin balas dendam pada adik kandungnya sendiri, karena ternyata inilah alasannya. Callia tidak pernah benar-benar tulus padanya dan juga Dior. “Patuhlah padaku, maka aku akan melakukan apapun demi kamu, dan jaga kesetiaanku, maka aku akan rela berkorban nyawa sekalipun untukmu.” Sandy hanya bisa bergeming dengan semua perkataan Callia. Entah apa yang telah direncanakan oleh wanita itu, Sandy sulit menerkanya. Karena di saat dia yang ingin melakukan sesuatu pada Callia, tapi sebelum dia berhasil melakukan sesuatu itu malah berkebalikan, dialah yang tengah diperdaya oleh Callia. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD