Rahasia Besar

1107 Words
“Apa alasan Mama menginginkan aku bertukar pasangan dengan Callia?” “Bisnis.” “Bisnis?” “Kamu tahu kan alasan mengapa Callia dan Sandy dinikahkan?” “Dinikahkan?” Dior menampilkan ekpsresi kaget. “Jadi, kamu belum mengetahuinya?” “Ti-tidak. Aku sudah mengetahuinya. Hanya saja aku hanya mengetahuinya secara sekilas saja.” “Sekilasnya itu seperti apa yang telah kamu ketahui?” “Mama saja dulu yang mengatakannya, agar tidak sampai ada kesalahpahaman di antara kita.” ** Begitulah... Obrolan antara aku dan Mamaku berakhir dengan menggantung. Dia mengatakan kalau Papa sudah menyetujui soal bertukar pasangan, tapi di sisi lain, Papa sangat menyukai Alaska. Jadi, mana yang sebenarnya harus aku percayai? Malam ini, Dior memutuskan untuk bermalam di rumah Alaska. Bukan tanpa alasan dia datang ke sana, dan dia pun datang ke rumah itu sendirian saat waktu sudah hampir tengah malam. Dior memencet nomer kode rumah itu, tapi ternyata kode yang dia pencet salah. Dia pun mencobanya beberapa kali, sampai akhirnya dia menyerah dan terpaksa dia harus menghubungi Alaska. Tapi, belum sampai panggilannya tersebut tersambung tapi pintu itu sudah dibuka duluan oleh seseorang dari dalam rumah itu. “Sandy???” Dior terkejut bukan main begitu yang dia lihat justru Sandy dan bukan Alaska, padahal rumah itu adalah rumah Alaska. “A-apa yang sedang kamu lakukan di sini?” Dengan raut wajah datar, Sandy menjawab, “Bicara dengan Alaska.” “Apa yang kamu bicarakan dengannya?” “Apapun itu, aku tidak bisa memberitahu kamu.” Jawabnya, dengan raut wajah serius. “Oh. Be...gitu.” Dior jadi merasa kikuk di depan Sandy. “Kalau begitu aku pergi dulu.” Pamitnya, lalu dia berjalan melewati Dior tanpa mengatakan apapun lagi. Dior merasa heran sekali dengan sikap Sandy yang mendadak berubah seperti itu, malah dia merasa jadi asing pada pria yang pernah menidurinya itu. “Ada apa dengannya? Apa terjadi sesuatu padanya?” Dior jadi penasaran. Dia pun segera masuk ke dalam rumah itu, dan begitu dia masuk ke dalam dia langsung mendapati Alaska yang sedang duduk di depan laptopnya sambil bekerja. Langkah kaki Dior tertahan sejenak. Niatnya untuk bermalam di rumah suaminya sendiri malah membuatnya ingin mengurungkan niatnya itu, lantaran dia merasa canggung dengan Alaska. “Dior?” Alaska langsung bangkit dari kursi dan berjalan menghampiri istrinya. Raut wajahnya yang tampak ceria membuat kecanggungan Dior perlahan lenyap, yang muncul pun akhirnya senyuman bahagia. “Kenapa tidak memberitahu aku dulu kalau kamu mau datang ke sini? Kalau tahu kamu mau datang aku akan menyiapkan semuanya.” “Menyiapkan apa?” “Makanan kesukaan kamu dan juga mengganti seprei tempat tidur dengan seprei yang lembut.” “Kamu terlalu berlebihan. Aku tidak akan tidur di sini, aku akan pulang setelah mengantarkan ini untuk kamu.” Dior menunjukkan bungkusan di tangannya yang berisi makanan dan minuman. Alaska langsung merasa kecewa. Kekecewaannya itu terlihat jelas melalui raut wajahnya yang diperhatikan oleh Dior. Tapi, Dior berusaha untuk tidak terlalu mempedulikan kekecewaan Alaska. Dia pun mengalihkannya dengan hal lain. “Ayo, kita makan bersama. Aku kelaparan.” “Aku sudah makan. Makanlah. Aku akan duduk di dekatmu sambil bekerja.” Ucap Alaska dengan sungut, lalu di kembali duduk di tempatnya semula. Dior jadi merasa tidak enak hati. Tapi, lagi-lagi dia mencoba untuk mengacuhkan kekecewaan Alaska padanya. Dior memilih untuk menyantap makanan yang dia beli sendirian. Dengan canggungnya Dior duduk di dekat Alaska dan melirik terus menerus ke arah pria yang sangat fokus pada pekerjaannya yang ada di layar laptop. Dior mencoba menawarkan makanan dengan cara menggeser makanan yang sudah dia sajikan di atas piring ke arah Alaska. Tapi, Alaska malah pura-pura tidak melihatnya. “Temani aku makan dulu, baru kamu bekerja lagi.” “Pekerjaanku tidak bisa ditunda.” “Apa ada yang salah dengan ucapanku barusan, sampai kamu berubah seperti ini?” “Aku ingin kamu menginap di sini.” Alaska menjawab cepat, tanpa basa-basi. “Bukannya aku tidak mau menginap, tapi aku lupa membawa baju ganti.” Ucap Dior, beralasan. “Pakai bajuku saja.” “Mm...” Dior berpikir sangat lama. “Tuh kan. Kamu memang tidak mau menginap di sini.” “Iya, aku mau!” Dior mengatakan cepat dengan terpaksa. Senyuman bahagia terlukis kembali di wajah Alaska. “Aku sudah mau menuruti keinginanmu. Sekarang, gantian kamulah yang harus menuruti permintaanku, yaitu— MAKAN!” “Baiklah.” Alaska langsung berpindah duduk jadi si samping Dior, lalu dia langsung mengambil makanannya dan menyantapnya dengan nikmat. Melihat perubahan sikap Alaska yang kembali berubah cepat membuat Dior langsung mendesah tawa sambil menggeleng tidak percaya, kalau ternyata dia bisa dikibuli oleh Alaska. Malam ini pun rasanya sangat membahagiakan sekali untuk mereka berdua. Entah kapan terakhir kali aku merasa sebahagia ini, yang pasti— aku selalu merasa nyaman setiap kali berada di dekat Alaska. Sebuah kenyamanan yang tidak pernah aku dapatkan dari pria manapun, termasuk dari Papaku sendiri. Setelah selesai makan, berganti pakaian, dan juga sikat gigi. Sekarang, waktunya tidur. Alaska pun mendesak Dior agar mau dibacakan cerita olehnya sebelum tidur. “Aku merasa bukan lagi berusia 30 tahun, melainkan 03 tahun.” Ucap Dior, merasa malu dengan sikap Alaska padanya kali ini. “Hahahaa..., aku memang sudah lama sekali ingin melakukan ini pada kamu. Mumpung kamu mau dan mumpung perasaanmu sedang baik-baik saja.” “Tapi, sebelum kamu membacakan aku buku cerita. Aku ingin bertanya tentang sesuatu pada kamu terlebih dahulu.” “Sandy.” Ucap Alaska yang langsung menyebut nama itu. Dior mengangguk pelan. “Ini adalah urusan antar pria. Hanya antara aku dan Sandy saja yang mengetahuinya.” Dior cukup tercengang mendengar itu. Dia pikir Alaska akan langsung memberitahunya, tapi tidak tahunya malah sebaliknya. “Apa— ada hubungannya denganku?” ** EPILOG Lyra kembali menuangkan whiskey ke dalam gelasnya. Niatnya ingin membuat Dior mabuk, yang terjadi malah sebaliknya. Dior pun langsung mencegahnya ketika Lyra ingin menuangkan whiskey ke dalam gelasnya kembal padahal dia sudah mabuk berat. Di tengah mabuknya yang tidak sadar penuh, Lyra mengoceh dari apa yang ada di pikirannya saat ini. “Dior, asal kamu tahu saja ya kalau Papa kamu itu bodoh! Bodoh! Sebenarnya alasan aku memintamu untuk bertukar pasangan dengan Callia karena aku telah lama menyembunyikan sesuatu darimu. Sebuah rahasia besar yang tidak bisa aku ungkapkan sampai kapanpun.” Dior terkejut mendengar perkataan Lyra tersebut. “Rahasia apa itu, Ma?” “Aku tidak bisa memberitahumu sekarang. Tapi, yang pasti, aku tidak pernah mencintai Aston karena alasanku menikahinya agar aku bisa hidup enak. Hahahaa...” “Cepat katakan padaku! Rahasia apa yang telah kamu sembunyikan dari Papaku!!” Dior mendesak sambil menggoyang-goyang tubuh Lyra yang sudah mabuk berat. “Dior!” Dior langsung menoleh cepat begitu dia mendengar panggilan seseorang dengan suara marah. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD