Bertukar Pasangan

1051 Words
Dior terdiam mematung ketika dia melihat Callia mengenakan gaun pengantinnya dan Sandy mengenakan jas taksidonya. Mereka tampak serasi di mata Dior dan itu membuat Dior merasa sedih. Tak banyak kata yang keluar dari mulut Dior. Hanya kalimat, “Baju pengantin kalian sangat indah. Aku menyukainya. Sekarang, aku akan memilih aksesoris yang cocok untuk baju pengantian kalian nanti.” Sebuah kalimat pujian singkat, kemudian Dior bangkit dari sofa dan berjalan menuju ruangan lain untuk memilih aksesoris yang akan dikenakan oleh Callia dan Sandy nantinya. Alaska pun segera menyusul Dior ke sana. Namun menyedihkannya, ternyata yang dia dapati di ruangan itu malah isakan tangis Dior. Wanita itu sedang menangis sambil berjongkok di dekat meja rias. Alaska terdiam sesaat sambil menatap Dior dengan bingung. Dalam benaknya berkata, “Kenapa dia malah semakin lemah sekarang? Padahal, dulu dia yang sering sekali menangis tetap kuat menghadapi hidupnya. Tetapi, Dior yang dulu memang sulit untuk kembali menjadi Dor yang kuat, ceria, dan percaya diri. Apa yang sebenarnya terjadi dengannya selama dia berada di Amerika?” Alaska memang tidak pernah punya kesempatan untuk menjenguk Dior di sana karena kesibukan pekerjaan yang sangat menyita waktunya. Selama lima tahun Dior berada di Amerika hanya satu kali saja Alaska datang mengunjunginya, dan itu pun... “Mau es krim?” Alaska menawarkan es krim pada Dior saat mereka sedang duduk di atas pasir sambil menunggu sunset di sebuah Pantai yang tidak terlalu ramai pengunjung. Mendengar tawaran itu Dior pun langsung melepas tawa desah. “Memangnya aku anak kecil yang masih ditawarkan es krim saat perasaanku sedang buruk? Ha? Alaska... Alaska... pandai sekali kamu menghiburku.” Alaska hanya tertawa tipis dengan pikiran bingung setelah melihat perubahan sifat Dior untuk yang pertama kalinya, dan saat itu Alaska merasa Dior mulai asing untuknya. “Apa kamu pernah tidur dengan seseorang?” “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” “Jawab saja.” “Belum.” “Kalau ciuman?” Mendengar pertanyaan Dior tersebut malah membuat Alaska menjadi merasa malu sendiri. “Haruskah aku menceritakan hal itu juga padamu?” “Tentu saja.” Dior mengangguk tanpa ragu. Dia malah mendekati wajah Alaska dan membuat pria itu menjadi merasa gugup. “Aku ingin mengetahuinya.” Ucapnya, dengan penuh senyuman yang menakutkan Alaska. Alaska tidak percaya kalau Dior akan bersikap seagresif ini padanya. Kepalanya reflek langsung menjauh dari wajah Dior agar dia tidak sampai terbawa oleh suasana saat ini. “Aku pikir, kedekatan kita bukan berarti membuat kita jadi tidak mempunyai privasi. Hem?” Alaska mencoba memberikan pemahaman pada Alaska. “Akhh. Menyebalkan sekali kamu.” Dior segera melepaskan tatapan matanya dari Alaska, lalu dia menjauhkan tubuhnya dari Alaska dan mengembalikan posisi duduknya seperti semula untuk memandangi langit yang mulai berubah oranye. “Percaya atau tidak. Tapi, seumur hidupku aku belum pernah merasakan yang namanya ciuman bibir. Lucu sekali bukan mendengar pengakuan itu dari mulutku langsung?” Iya. Alaska tidak percaya sama sekali dengan pengakuan Dior itu. Dior cantik dan ada banyak pria yang tertarik bahkan mudah jatuh cinta padanya. “Entah mengapa, aku ingin merasakan ciuman pertamaku dengan—“ Deg! Tiba-tiba saja Alaska membelokkan wajahnya dan menghentikan gerakan kepalanya dengan cepat mendekat pada wajah Dior, hingga jarak bibir di antara mereka hanya berjarak 1 cm saja. Dior yang tengah melamun kecil sontak saja langsung terkejut hebat. Kedua matanya melebar dan tubuhnya mematung dengan sempurna. “A-apa kamu ingin menciumku?” “Tidak.” “La-lalu?” Semua masa lalu itu membuat Alaska mengepal kuat tangannya sekarang ketika harus mengingatnya kembali. Pengakuan cinta yang akhirnya bisa dia sampaikan pada Dior tapi mengapa Dior tidak kunjung membalas perasaan cintanya itu. Alaska menjadi bimbang pada sikap Dior padanya. Dior tidak ingin diceraikan olehnya, padahal Alaska ingin berhenti memanfaatkannya. Akan tetapi, menjadi suami sungguhan untuknya pun seperti hanya angan belaka. ** “Apa kamu ada main dengan calon suamiku?” Tanya Callia secara terang-terangan pada Dior, saat Dior mendatanginya dan mengatakan kalau dia telah bersedia untuk menjadi WO pernikahan mereka lagi. Pertanyaan itu mengejutkan Dior. “Kenapa kamu bertanya seperti itu padaku? Apa kamu sedang menuduhku?” “Iya.” “Sayangnya tuduhanmu salah besar. Mungkin lebih tepatnya, aku ingin memanfaatkannya. Memanfaatkan apa? Itu urusanku. Jika kamu penasaran, maka cari tahulah sendiri.” “Dasar wanita licik!” Pekik Callia dengan senyum menyudut. Dior tidak peduli dengan makian itu. Yang ingin dia lakukan sekarang adalah mempercepat proses acara pernikahan Callia dan Sandy. Dior pun memastikan kalau dia tidak akan berurusan dengan Sandy untuk sementara waktu demi menyelamatkan rencana balas dendamnya pada Callia. Saat ini, Dior sedang menunggu seseorang di sebuah Kafe dekat tempat kerjanya, orang yang tidak lain adalah Lyra, Mamanya. Hampir 30 menit menunggu dan Dior berniat ingin pergi saja dari Kafe itu, tapi Lyra mengatakan kalau dia terjebak macet. Setelah 40 menit menunggu, akhirnya Lyra datang. “Maaf, Ma. Aku tidak punya banyak waktu untuk bicara dengan Mama karena Mama telat datang. Jadi, tolong katakan dengan cepat alasan Mama ingin menemuiku sampai harus di luar rumah segala.” “Kamu ini tidak sopan bicara seperti itu pada Mama kamu sendiri. Tempat kamu bekerja itu kan bagian dari Perusahaan kita juga.” “Memang benar. Tapi, aku harus tetap bersikap profesional.” “Apapun alasan kamu, terserah!” Balasnya, dengan nada ketus. “Mama akan langsung mengatakan alasan Mama ingin bertemu dengan kamu adalah Sandy dan Alaska.” Untuk sesaat, Dior terkejut ketika Lyra menyebutkan dua nama ini. “Apa yang ingin Mama bicarakan tentang mereka?” “Pernikahanmu dengan Alaska terlihat tidak menarik sama sekali. Apa kamu menyembunyikan sesuatu dariku?” “Apa yang harus aku sembunyikan darimu? Aku mencintainya dan pernikahan kami penuh dengan kebagaiaan yang tidak perlu kami umbar di muka umum.” “Selancar itu kamu bicara tentang pernikahanmu, padahal...” Lyra menahan kalimatnya dengan sengaja untuk membuat Dior penasaran. “Apa yang Mama ketahui tentang pernikahanku?” “Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya jika Aston sampai mengetahui tentang pernikahanmu dengan Alaska yang sebenarnya. Bisa saja hal yang tidak diingkan olehmu malah akan dilakukan oleh Aston padamu.” “Mama terlalu berbelit-belit bicara. Aku hanya ingin mendengar inti dari pembicaraan empat mata kita kali ini.” “Bertukar pasanganlah dengan Callia.” “Maksud Mama?” “Kamu dengan Sandy dan Callia dengan Alaska.” Dior terkejut bukan main. Ide yang terbesit dalam pikiran Lyra kali ini benar-benar gila! ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD