Bagian tujuh

573 Words
Caca terbangun tepat pukul lima seperti biasanya, Caca pun turun dari ranjang. Hari ini ulangan fisika, semalam Caca sama sekali tak menyentuh buku fisika nya. Caca keluar dari kamar, ia melangkahkan kaki ke arah dapur. Citra tak ada disana. Di atas meja Caca melihat secarik kertas. Ia mengambil kemudian membacanya. Ca, ibu jualan di pasar, kalo mau sarapan, telor sama nasinya ada di tempat biasa. Kamu hari ini mulai kerja kan? Ibu doain lancar. Caca melihat lemari, sepotong telor dan nasi tersedia di sana. Caca berjalan ke kamar mandi, pagi ini ia keramas. Hanya shampoo warung yang tak berharga mahal. Jadi ia memilih untuk menggerai rambut nya saat di sekolah. Ia sarapan seorang diri, ia tak tahu apakah Citra sudah sarapan atau belum. Samar-samar ia mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya, Caca berdiri bermaksud membukakan pintu. Caca melihat Bulan sudah memakai seragam rapi, Caca tau, kalau Bulan datang ke rumahnya pagi-pagi, maka Bulan mengajak Caca berangkat ke sekolah bareng. Caca juga sudah berseragam lengkap, tinggal memakai sepatu dan mengambil tas nya di kamar. "Tante Citra kemana? Kok tumben rumah Lo sepi?" Tanya Bulan, ia mengedarkan pandangannya ke dalam rumah Caca. "Ibu udah pergi jualan dari pagi." Mulut Bulan membentuk huruf 'o' sudah paham akan rutinitas kegiatan Citra. "Bentar ya Bulan, Caca pake sepatu sama ambil tas dulu," Caca kembali masuk ke dalam kamarnya, selang waktu sepuluh menit Caca kembali menemui Bulan. "Udah? Yuk berangkat keburu kesiangan," ajak Bulan, padahal, sekarang masih pukul enam tepat. Beberapa hari ini Bulan memang selalu berangkat pagi. "Bulan bawa mobil sendiri?" Bulan mengangguk, "Iya, sopir gue pulang kampung. Jadi nyokap nyuruh gue berangkat sendiri Minggu ini." Terang nya kemudian, Bulan lebih senang berangkat sendiri ketimbang diantar sopir, alasannya Bulan bisa jalan-jalan sepulang sekolah. Mobil Bulan mulai melaju meninggalkan kontrakan Caca, Bulan dan Caca sama-sama gelisah, mereka berdua tak ada yang belajar semalam. Untungnya, fisika ditempatkan di pelajaran terakhir sebelum pulang. Masih ada sedikit waktu untuk belajar fisika. Pagi ini Caca tak membawa kue basah, Citra pagi-pagi sudah berangkat jualan. Mobil Bulan sudah terparkir rapi di parkiran. Caca dan Bulan langsung menuju kelas mereka. Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan tiga murid perempuan dengan rambut berwarna-warni. Caca heran, di sekolah ini akan mendapat sanksi jika mewarnai rambut. Tapi mereka bertiga malah mewarnai rambut mereka dengan warna yang mencolok. "Bulan mereka siapa?" Telunjuk Caca menunjuk ke arah lobby. Bulan melotot, menghempas tangan Caca pelan. "Hust, jangan nunjuk-nunjuk. Bisa berabe Lo kalo sampe punya masalah sama mereka. Mereka itu kayak sahabatan gitu, yang rambut pink. Itu namanya Rere, yang rambut biru namanya Manda, terus yang satu lagi namanya Karin. Rata-rata siswa disini takut sama mereka, mangkanya ati-ati Lo kalo deket mereka." Perubahan ekspresi Caca nampak jelas, Caca jadi takut dengan mereka bertiga. Meskipun Caca tak tau siapa sebenarnya mereka, mendengar cerita Bulan saja Caca menjadi merinding. Bulan menarik tangan Caca, mengajaknya untuk cepat-cepat ke kelas. Kelas Caca dan Bulan sudah mulai ramai, Bel jam pertama berbunyi, siswa yang berada di luar kelas berbondong-bondong masuk ke kelas. Suasana kelas berubah menjadi hening tanpa suara saat Bu Laila masuk ke dalam kelas. Seisi kelas melihat ke arah Bu Laila dengan pandangan bertanya-tanya, tidak, bukan ke arah Bu Laila, tapi tepatnya ke arah pria bertubuh jangkung di belakang Bu Laila. Bu Laila menyuruh laki-laki itu memperkenalkan dirinya, ternyata nama pria itu adalah Rayhan. Bu Laila menyuruh Rayhan duduk di depan Caca.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD