Amira benar-benar membawa Ilyas belanja. Kakinya sibuk melangkah dengan mata melirik sana-sini. Sementara Ilyas memegang troli di belakangnya. Helaan napas kasar suaminya mulai terdengar, membuat Amira menoleh. "Kenapa Mas? Lama ya?" tebaknya. "Tidak. Cuma kamu bikin aku jamuran." Amira tersenyum canggung, kemudian memilih kebutuhan rumah seperti sabun dan alat di kamar mandi lainnya. Ilyas memandang Amira yang membeli pembalut juga, tiga macam sekaligus. "Memang sudah masuk siklus datang bulan?" tanya Ilyas. "Ya Mas. Biasanya besok atau lusa aku datang bulan." Ilyas langsung menghela napas. "Dapat jadwal libur di rumah sakit, seperti dapat emas satu kilo." "Giliran dapat jatah libur dari istri, malah kayak disuruh manggul beras satu ton." Mendengar hal itu, Amira langsung melirik