Amira meraih tangan Lusi. "Terima kasih sarannya, Mba." Lusi tersenyum manis. "Sama-sama, Amira." Kemudian Amira menatap jam di dinding. "Mba ke sini pakai mobil?" "Iya, diantar sama suami." Amira tersenyum lebih manis. "Minta diantar ke rumah sakit boleh? Bentar lagi Amanda ada jadwal asi." Lusi tertawa. "Ya boleh, kamu kayak sama siapa saja." Sementara Ilyas di rumah sakit, nampak menyenderkan punggung pada sofa di ruang istirahat dokter. Arfin meletakkan secangkir kopi di atas meja dan ikut duduk di sisi Ilyas. "Tumben Dokter Ilyas lambat," sindir Arfin. "Kamu bicara soal apa? Kalau bicara yang benar." Bukannya segera menjawab pertanyaan dari Ilyas. Dokter muda ini malah mengambil kopi dan mulai menyeruputnya. Ilyas menghela napas dan nampak tak peduli. Arfin menatap. "Tadi sa