"Dasar jahat!" Ilyas menyugar rambut dengan jemari, duduk di atas ranjang namun posisi membelakangi Amira yang sedang memakai baju. Ketika Ilyas ingin menoleh. Amira langsung mendorong pipi suaminya. Ilyas tersenyum senang meski sempat diperlakukan kasar, kemudian Ilyas memandang punggung tangan yang dicakar oleh Amira. "Harusnya aku loh yang marah, karena dicakar." Amira memakai bra dengan cepat. "Aku yang jelas marah karena dibuat lecet!" Ilyas masih tersenyum. Dia terlalu bersemangat sampai meluapkan hasrat tanpa henti. Alhasil Amira mengadu sakit. "Punya suami dokter pasti beruntung, pret! Beruntung apanya, kalau nyentuh selalu tak cukup sekali," keluh Amira sembari memakai baju. "Dokter juga manusia, kadang khilaf." "Kamu sih khilaf-nya tiap waktu," sahutnya kesal. Ilyas meno