1. Aku Yang Sekarang
"Tolong selamatkan aku. Kumohon, please!" pinta seorang gadis yang Fabio tidak kenal. Ia masih menatap lekat-lekat pada gadis yang berdiri dengan gelisah tak jauh darinya. Mereka berdua sedang berada di lorong kamar hotel. Lebih tepatnya di depan kamar tempat Fabio menginap malam ini. Bahkan, pintu kamar juga sudah Fabio buka ketika gadis ini hadir dengan tiba-tiba. Membuat mata lelakinya menyipit. Namun, belum juga Fabio menjawab atau menyetujui apa yang gadis itu minta, secepat kilat gadis tak dikenal masuk begitu saja ke dalam kamar miliknya. Mengedikkan bahunya, mungkin karena efek hilangnya sebagian kewarasan Fabio akibat alkohol yang pria itu konsumsi beberapa saat lalu, membuatnya tak peduli dan mengikuti gadis tersebut masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintu dan memutar tubuh memandang gadis yang kini berdiri tak jauh darinya.
Senyum di bibir Fabio tercetak jelas. Dalam pandangan mata rabunnya, gadis yang kini saling tatap dengannya sedang menggigit bibir dalam karena sebuah kecemasan, adalah Nirma. Betapa pria itu tidak senang mendapati gadis pujaan hati berada dekat dalam jangkauannya.
"Nirma!"
Teriakan disertai dengan ia yang terbangun secara tiba-tiba dari tidurnya. Napas yang memburu. Mata ia buka paksa. Mengelilingi seluruh penjuru kamarnya. Mengusap wajah frustasi karena mimpi itu datang kembali. Ini sudah lima tahun berlalu. Entah kenapa Fabio masih juga bermimpi hal yang sangat ia sesali sampai sekarang. Selama lima tahun ini Fabio juga sudah melupakan semua yang pernah terjadi. Toh, dia pun tak pernah lagi bertemu dengan gadis itu. Namun, nyatanya semua begitu berat. Kejadian yang tak pernah dia harapkan lima tahun silam harus kembali singgah dalam benaknya. Sangat Fabio ingat ketika acara resepsi pernikahan kakaknya yaitu Fabian Limantara dengan Aruna Virginia. Akibat patah hati sebab gadis pujaan hati yang bernama Nirmala, lebih memilih pria lain daripada dirinya. Fabio akui ia salah menempatkan perasaan cinta pada seorang gadis yang merupakan adik dari kakak iparnya. Iya, Nirmala adalah adik kandung dari Aruna Virginia. Dan Aruna sendiri merupakan istri dari kakak lelakinya, Fabian Limantara. Waktu itu, karena sebuah kesalahan ia harus menjadikan sosok wanita tak di kenal terkurung dalam kamar hotel bersamanya. Mereka menghabiskan malam panas bersama tanpa saling mengenali satu dengan yang lainnya. Yang makin membuat penyesalan di dalam hati Fabio, karena ketika pagi menjelang, gadis yang entah Fabio pun tak tahu siapa namanya, menghilang begitu saja. Meski dia dalam pengaruh alkohol, nyatanya Fabio mengingat dengan baik apa yang telah ia perbuat. Hal yang tidak seharusnya dia lakukan. Sebuah kesalahan fatal yang andai saja keluarganya tahu, maka ia akan langsung dicoret dari nama keluarga Limantara.
Menghela napas berat sembari memijit pelipis yang berdenyut nyeri, Fabio turun dari atas ranjang lalu melangkah menuju kamar mandi mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Mencoba meredam semua yang memenuhi pikirannya.
Menghabiskan waktu tiga puluh menit lamanya. Ia keluar kamar mandi dan segera bersiap untuk pergi bekerja. Waktu telah hampir pukul sembilan pagi. Ini sudah telat untuknya pergi bekerja. Beginilah tidak enaknya tinggal terpisah dari orang tua. Apapun harus ia kerjakan sendiri. Namun, Fabio sudah terbiasa akan hal ini sejak dulu ia masih tinggal di luar negeri.
Keluar dari kamar hanya sepi dan kehampaan yang menyambutnya. Jika dulu saat ia tinggal di rumah keluarga Limantara, maka acapkali pagi datang maka ada papa dan mamanya yang akan menyambut pagi harinya, lalu mereka akan sarapan bersama.
Fabio duduk di atas kursi mini bar. Apartemen yang ia tinggali ini tidak seberapa luas. Hanya ada dua kamar di mana kamar yang satu Fabio gunakan sebagai tempat tidur dan kamar yang lainnya disulap menjadi ruang kerja. Ruang tamu kecil yang juga berfungsi sebagai ruang keluarga juga tempat bersantai jika ingin menonton televisi. Serta dapur minimalis dilengkapi dengan meja mini bar sebagai ruang makan.
Sejak dua tahu lalu lebih tepatnya ketika Group Limantara membuka anak perusahaan baru di luar kota, Fabio lah yang dipercaya oleh Johan untuk mengelolanya. Menjabat sebagai Branch Manager yang bertugas menghandel semua hal mengenai perkembangan perusahaan. Mekipun masih dalam pemantauan perusahaan inti, akan tetapi harapan Fabio yang ingin memiliki kekuasaan sendiri selama ini terwujud sudah. Johan memberinya kepercayaan yang besar pada anak perusahaan yang kini berada di bawah kekuasaan Fabio Limantara. Hanya saja karena lokasinya berada di luar kota, mau tidak mau Fabio harus keluar dari rumah keluarga Limantara untuk pindah tempat tinggal agar lebih dekat dengan kantor di mana ia bekerja. Dan karena kota di mana keberadaan Fabio sekarang bukanlah kota besar. Hanya pinggiran kota yang keberadaan apartemen saja tak semewah seperti layaknya hunian di pusat kota yang besar dan megah. Baiklah, Fabio rasa ia tak memiliki masalah berarti. Ini sudah dua tahun ia menjalani kehidupan dan rutinitas barunya.
Mengambil roti tawar yang langsung ia oles dengan Nutella. Ia hanya sarapan serang diri saja. Beranjak berdiri dan mengambil gelas serta kopi instan. Ia menyeduhnya dengan air dalam dispenser. Segera menyelesaikan sesi sarapannya yaitu menggigit dan mengunyah hingga habis rotinya serta menenggak kopi sampai habis tak bersisa.
Gegas ia menuju pintu keluar. Tidak mau semakin terlambat sampai di kantor nantinya.
***
Di kantor, setelah ia duduk di kursi kebesarannya. Fabio mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana kerjanya. Biasanya, jika ia sedang suntuk seperti ini yang ia lakukan adalah berselancar di dunia maya. Melihat-lihat apa saja yang bisa mengalihkan perhatiannya.
Namun, siapa sangka jika yang singgah di beranda akun i********: miliknya justru postingan kakak iparnya--Aruna Virginia.
Dalam sebuah foto, Aruna memperlihatkan foto seorang bayi lelaki yang sangat tampan. Caption yang tertulis di bawah foto tersebut membuat senyum masam tercetak jelas di bibirnya. Bayi itu adalah anak kedua Nirmala yang baru saja dilahirkan.
Fabio tersenyum miris. "Kau bahkan sudah memiliki dua orang anak, Nirma. Kenapa aku masih saja mengenaskan begini," gumam Fabio pada dirinya sendiri. Susah move-on karena beberapa sebab, hingga Fabio masih juga betah melajang di usianya yang sudah kepala tiga.
Takut semakin terlarut akan rasa sesak di dalam daada, Fabio buru-buru mematikan ponsel dan meletakkan di atas meja. Ia mengusap wajah lelah. Menjatuhkan punggung pada sandaran kursi kerja.
Sekian tahun berada di tempat ini tak lantas membuatnya mudah mencari sosok wanita tambatan hati. Jika ingin mencari wanita cantik dan seksi, di sini juga banyak sekali. Namun, Fabio tak tertarik sedikit pun. Seperti halnya kali ini di mana sekretarisnya yang tengah berdiri di depan pintu ruangan, tak kalah cantik dan seksi. Juga merupakan wanita single. Hanya saja hati Fabio tak pernah tersentuh sedikit pun.
Ruang kerja di ketuk dari luar. Fabio dapat melihat siapa saja yang berkeliaran di luar ruangannya karena ruang kerjanya di desain dengan dinding dan pintu kaca.
"Masuk!"
Pintu terbuka. Wanita itu tersenyum lalu menyapa, "Selamat siang, Pak."
"Iya. Ada apa?"
"Bapak tidak lupa, kan, jika satu jam dari sekarang ada janji temu makan siang dengan klien dari Jepang?"
Mampus. Fabio lupa. Ia menepuk dahinya. Meringis seraya berkata, "Maaf aku lupa. Tapi kau jangan khawatir. Aku akan segera berangkat sekarang."
Fabio beranjak berdiri. Menyambar kunci mobil lalu keluar dari ruangan meninggalkan sekretarisnya yang hanya tersenyum sembari menggelengkan kepala. Wanita itu hapal betul dengan perangai sang atasan. Tampan tapi pelupa.
Fabio, tak mau membuang waktunya apalagi jika sampai terlambat. Menjalankan mobil di atas rata-rata. Ia harus segera sampai di tempat sebelum kliennya menunggu terlalu lama. Hingga di sebuah perempatan jalan ketika mobilnya berhenti menunggu lampu traffict light berubah warna, matanya menyipit melihat seorang gadis sedang berjalan menyeberang jalan pada sebuah zebra cross.
"Scarla!"
Mata Fabio masih mengikuti arah perginya gadis itu. Hingga suara klakson mobil di belakangnya yang saling bersahutan membuat Fabio tergagap dan terpaksa menjalankan mobilnya kembali. Meninggalkan bayangan Scarla dengan penuh tanya di dalam benak.
####
Note :
Hallo ... please follow ya dengan tap tanda love-nya.
Follow akun author hukumnya juga wajib.