Untuk makan malam hari ini kebetulan Bu Kades sudah mengirimkannya untuk kami, dengan alasan kami baru sampai dan belum mengetahui di mana letak warung penjual sayuran.
Setelah salat maghrib, kami bersama-sama makan di ruang tamu.Ruang tamunya luas, jika disekat bisa jadi 2 ruangan ini.
"Eh, gue penasaran deh sama desa sebelah. kayak apa ya, bentuknya. Berasa kek di Chernobyl, ya guys kalo kita masuk ke sana. Bedanya Chernobyl kena radiasi nuklir, desa sebelah radiasi makhluk astral. Hehehe," gurau Lukman .
"Nggak usah macem-macem deh pakai penasaran sama itu desa !!" kata Yola sinis.
"Kenapa? Kamu takut, ya," timpal Lukman.
"Ih enggak! Cuma ngapain sih kurang kerjaan banget. Kita urus aja KKN kita yang bener, Nggak usah ngurusin hal nggak penting! Lagian mana ada sih setan! Kalau ada, sini ketemu aku!" kata Yola, sombong.
"Yola! Gak baik ngomong gitu!!" sergahku setengah berteriak.
Braak!
Terdengar seperti suara pintu yang ditutup kencang dari arah belakang. Kami saling pandang. dengan wajah kami yang berubah pucat karena suara itu.
"Mampus lu. Ngamuk tuh setannya. Jangan takabur gitu makanya!" Acong menggurui Yola.
Dan anehnya Yola biasa aja. dia seolah-olah benar-benar tidak takut.
Wah, keren.
"Eh, gue beneran nggak takut! Mau bukti?" tantang Yola.
"Ya udah buktiin," suruh Acong.
Yola berjalan ke belakang sendirian. memeriksa asal suara tadi.
"Wah,keren tuh bocah.."gumam feri.
"Kalo ada apa- apa ..aku gak ikutan ya.."kataku lalu ngacir ke kamar.
Wicak hanya menatapku diam. Kulihat di belakang, sosok tadi yang di kamar mandi sedang berdiri dengan tenang sambil menatap kami. Karena posisi ruang tamu sampai dapur tidak diberi batas apa pun. Jadi dengan mudah kami dapat melihat kegiatan di dapur, begitu pula sebaliknya.
"Nis, tungguin," teriak Ferli ikut menyusulku. Indah dan Nindi juga ikut masuk ke kamarku.
Sedangkan yang lain masih duduk di teras, melihat Yola.
"Heh, Nis! Ada apa sih? Kamu liat sesuatu, kan?" tanya Ferli begitu kami ada di kamar.
"Iya, bentar lagi kesurupan pasti tu anak. Macem-macem aja pakai ngomong kayak gitu sih?heran!" gerutuku kesal.
"Terus kalo dia kesurupan gimana, Nis? Sapa yang nolongin dong?" tanya Ferli terlihat khawatir sekali.
"Ada Wicak inih. Dia bisa kok."
"Masa? Dia bisa?" tanya Indah tidak percaya.
"Liat aja nanti."
Tak berapa lama.
"Argh"
Terdengar bunyi geraman dengan suara yang berat diluar.
"Nah, kan?"kataku sambil menatap mereka.
Indah membuka pintu sedikit lalu mengintip.
"Wah. kacau. Yola ngamuk!!"kata Indah.
Terdengar bunyi berisik di luar.
Braaak!!
Indah menutup pintu dengan segera lalu menguncinya rapat-rapat.
Dia melotot sambil memegangi dadanya dengan nafas tersengal.
'Duuuk...!!duuuukk!!duuukkk!!'
Pintu kamar kami digedor-gedor.
bahkan seperti berusaha di dobrak.
Lalu Indah, Ferli & Nindi menahan pintu dengan tubuh mereka.
"Nis. Gimana dong ini!"teriak Ferli panik.
"Ga tau. Jangan tanya aku dong," kataku lalu ikut menahan pintu seperti mereka.
Perlahan pintu kami sudah aman.
Terdengar teriakan dari arah luar.sepertinya keadaan gawat.
"Gimana ? kita keluar gak nih?" tanya indah menatap kami.
" Terserah kalian deh."aku pasrah kali ini.tidak tega juga mendengar yang lain kesulitan diluar.
Akhirnya kami putuskan keluar kamar,mencoba membantu yang lain.
Diluar suasana kacau. Kursi berjatuhan di sana sini. Dan ternyata yang kesurupan bukan hanya Yola, tapi Agus juga.
"Nis, bantuin Yola ya,"pinta Wicak yang sedang kewalahan memegangi Agus yang ngamuk dan melukai Lukman hingga kepalanya berdarah. Entah apa yang dia perbuat tadi.
"Ndah, kamu ke rumah pak Ponidi coba? Minta bantuan. Aku takut yang kesurupan makin banyak," pintaku lalu meraih Yola yang berteriak histeris dipojokan .
Indah mengangguk dan mengajak Ferli. mereka pergi setengah berlari.
Aku memegangi Yola dibantu Acong dan Nadia.
Kubacakan beberapa doa kepadanya. saat tangan Yola lepas dari pegangan Acong, Yola hampir mencekik leherku, namun dia seperti kepanasan saat menyentuh kalung pemberian indra.
Aku, Nadia dan Acong terus memegangi yola sambil membacakan beberapa ayat suci alquran.
Tak lama pak Ponidi datang bersama beberapa warga dan ada seorang ustadz juga.
Kemudian Yola dibacakan beberapa doa lalu ustaz seperti menarik sesuatu dalam diri yola. dalam sekejap Yola melemas kemudian pingsan. Lalu gantian Agus yang dibacakan doa oleh ustaz dan Agus juga tak lama sadar sambil memegangi kepalanya.
Lukman yang terluka langsung kami obati, beruntung lukanya tidak dalam. Hanya robek sedikit saja.
"Lain kali jangan diulangi lagi ya, mba," kata ustaz menasehati Yola.
seolah tau apa yang Yola lakukan tadi.
Yola hanya menunduk menyesali perbuatannya.
Setelah semua tenang , warga kembali ke rumah masing-masing .
Kami pun akhirnya istirahat juga karena lelah akibat kejadian barusan.
Indra gimana kabarnya, ya?