Bab. 1
POV Author
Terkadang hal yang tidak pernah kita duga selalu menjadi kejutan bagi siapa pun. Jesica yang tengah bersiap siap untuk berangkat bekerja. Dikejutkan sebuah kiriman yang tidak ada namanya. Ia bertanya kepada tetangganya yang sedang duduk di kursi depan rumahnya.
“Pagi bibi, apa bibi tahu ini milik siapa?” tanya Jesica bingung.
“itu sudah ada sejak subuh tadi. Saat saya hendak ke pasar saya melihatnya di depan pintu. Mungkin itu dikirimkan untukmu sebagai kejutan.” Jelas bibi lena membuat Jesica mengangguk-angguk mengerti.
“terima kasih bibi, Jesica berangkat dulu. Ini bahkan hampir terlambat.” Ucap Jesica melempar paket tersebut ke dalam lalu mengunci pintu.
Bibi yang melihat Jesica menggelengkan kepalanya. Ya seperti biasa Jesica selalu terburu-buru. Padahal ia sudah membuat alarm namun ia tetap saja sulit untuk terbangun.
*****
POV JESICA
“Akh... Mengapa aku harus memikirkan soal tadi pagi.” Ucap ku yang menatap monitor komputer di kantornya. Ia terus teringat dan penasaran apa isi dari paket tersebut. Melihat yang sedari tadi tidak fokus teman baiknya pun bertanya.
“hei Jess, kenapa kau dari tadi mengoceh sendiri. Apa kau ada masalah?" Tanya Dallen penasaran melihat tingkah ku yang sedari tadi bagai cacing kepanasan.
"Tidak ada. Aku hanya ingin pulang cepat." Ucapku yang tidak jujur.
"Sial. Apa kau gila, kau bahkan baru sampai 2 jam lalu. Jika kau ingin pulang kenapa tidak kau nikahi saja pemilik perusahaan ini. Kau bahkan bisa datang sesuka hati mu." Ucap Dallen kesal.
"Kau gila, bagaimana mungkin aku menikahi pak tua. Cih, emangnya aku ini tak laku.!" Ucap ku kesal.
"Tidak apa, sugar Daddy loh.." timpal Dallen dengan wajah cengengesan.
Mendengar itu aku langsung mengeluarkan jurus 1000 pukulan kepada sahabatnya itu. Hal itu membuat Dallen makin tertawa. Aku memang tidak memukulnya sungguhan. Aku dan Dallen sudah bersahabat sejak kami SMP. Kami bahkan mengambil sekolah dan kampus yang sama.
Bukan hanya itu jurusan kami pun sama. Bukan hanya Dallen saja aku masih memiliki satu sahabat lagi. Nama nya Alex. Alex itu sangat tampan, wajahnya cool, mata sipit, dan bibir yang seksi. Tingginya 185 cm, tubuh berotot dan sixpack. Jangan lupa Kornea mata nya berwarna coklat cerah. Sial idaman wanita banget kan. Walau begitu aku tidak akan jatuh cinta dengan Alex.
Karna aku sudah memiliki pacar yang tidak kalah Tampan dari Alex. Namanya Daniel. Tingginya dan ototnya tidak kalah dari Alex. Bedanya cuma warna mata Daniel warna biru muda. Aku dan Daniel sudah lama menjalin hubungan. Kira-kira sekitar 5 tahun lamanya. Daniel sangat lembut dan perhatian padaku.
Daniel bukan tipe pria yang haha hihi dengan siapapun. Dia orang paling dingin kepada semua orang kecuali aku. Sedikit bangga, bagaimana tidak bangga. Siapapun ingin punya pacar yang hanya melihat diri kita saja tidak orang lain.
Bahkan aku tidak pernah menyangka hubungan kami akan bertahan lama. Ya bagaimana tidak, Daniel banyak di incar wanita cantik dan seksi. Sedangkan aku apalah dayaku. Muka gak cantik-cantik amat, body kurus, dari manapun tidak terlihat wow.
'akh... Jika mengingat bentuk ku sendiri rasanya aku ingin menghilang. Tenggelam ke dasar laut, bahkan hiu pun enggan memakan ku. Bagaimana tidak hiu akan berpikir tulang akan membuat ku mual. Hiu sialaaaaannnnn.!'
Huh lupakan soal hiu. Aku tidak akan menghajar mu sekarang. Tunggu saja. Tapi aku sangat beruntung bisa di cintai oleh Daniel. Kalian tahu berapa lama aku baru jatuh cinta dengan Daniel? 2 tahun? Bayangkan betapa lamanya waktu Daniel butuh untuk membuat ku jatuh cinta. Itu pun bukan langsung ku beritahu. Aku memberi tahu aku mencintainya setahun yang lalu.
Yah aku sangat sulit untuk jatuh cinta. Entah mengapa. Aku bisa menjalin hubungan tanpa perasaan selama apapun. Alasannya singkat sih. Cuma karena tidak ingin terluka aja.
*****
POV Author
Jessica masih saja sibuk dengan lamunannya. Entah apa yang ia pikirkan di kepalanya. Sedangkan Dallen makin terheran-heran melihat sahabatnya itu. Ya walaupun Dallen tidak terlalu terkejut. Karena ia sudah biasa melihat sahabatnya yang seperti itu. Suara sekertaris direktur utama membuat lamunan Jessica langsung buyar.
"Apa kau tidak tau direktur utama ada di depanmu dan kau malah melamun. Ini jam kerja bukan jam bermain.!" Ucap sekertaris Li dingin. Namanya Li Ning. Terlihat jelas di bet nama di dadanya. Mendengar itu Jessica langsung menunduk dan meminta maaf.
"Maaf, saya lalai. Ini terakhir kalinya." Ucap Jessica sambil menunduk ke arah direktur utama.
"Lupakan, apa yang membuat mu tidak fokus? Apa kau punya masalah. Jika iya kau bisa menceritakan itu kepadaku.!" Ucap direktur Max anggaleonza.
Sontak itu membuat semua orang tercengang. Bagaimana tidak seorang pemilik perusahaan, mengatakan hal seperti itu. Orang-orang akan Berfikir kalau sang direktur sedang mendekati Jessica. Padahal Jessica yang tidak ada apa-apanya di banding mereka yang lebih cantik, seksi dan body bagai gitar spanyol.
"Tidak ada pak. Terimakasih atas perhatiannya." Ucap Jessica santai.
Ya, Jessica memang tidak cantik dan seksi. Mungkin Jessica kalah di fisik namun ia tidak kalah di aura. Jessica memiliki aura yang membuat semua pria penasaran kepadanya. Bukan karena apa-apa, namun karena sikap cueknya, dan tidak centil. Jessica memiliki harga diri yang lebih tinggi dari yang ia duga. Ia tidak akan menyapa jika tidak di sapa. Ia tidak akan menelpon jika tidak di telpon. Seolah-olah jika ia melakukan itu harga diri turun drastis.
Walaupun banyak wanita yang kurang menyukai Jessica karena mereka berfikir Jessica berpura-pura cuek agar cowok tertarik padanya. Namun kenyataannya tidak seperti yang mereka pikirkan. Bahkan ada yang mencerca fisiknya yang bagaikan triplek yang sekali di hempaskan angin langsung terbang.
Jessica memang sakit hati mendengar hinaan orang-orang dikantornya. Mereka sering mengejek dan menertawakan fisiknya di belakang Jessica namun di depan Jessica mereka diam. Entah tidak berani atau apa.
Jessica memang cukup sadar akan hal itu. Beruntung Jessica memiliki sahabat seperti Dallen yang siap di depan untuk menutup mulut orang menjijikkan seperti itu.
Dallen sering bertengkar Dengan wanita di perusahaan tersebut. Dallen sepertinya tidak ingin Sahabatnya di hina hanya karena mereka kalah.
"Tidak perlu sungkan. Saya akan membantu kapan pun kamu butuhkan." Ucap Max dengan senyuman.
Melihat itu sekertaris Li kaget, ia bahkan bertanya-tanya apakah bosnya ini tertarik dengan Jessica. Kalau di pikir-pikir sekertaris Li juga sering melihat Jessica yang cuek dengan pria di kantor. Ia cenderung bersama Dallen.
Bahkan beberapa kali cowok-cowok di kantornya mengajak Jessica berkencan namun Jessica menolak. Ia juga pernah melihat Jessica diantar jemput oleh pria tampan namun wajahnya dingin. Tapi saat bertemu Jessica pria itu langsung tersenyum. Dari situ sekertaris Li tau kalau Jessica sudah memiliki pasangan.
"Baik pak." Ucap Jessica.
Setelah mendengar itu Max berlalu pergi meninggalkan semua orang termasuk Jessica. Jessica pun melanjutkan pekerjaannya. Ia tidak terlalu memikirkan soal itu. Baginya itu hal tidak penting yang harus ia buang jauh-jauh. Raut wajahnya saja datar tak berekspresi. Jika itu orang lain mungkin saja mereka akan jungkir balik kesenangan. Seolah-olah Itu adalah hal yang membahagiakan.
*****
Sebuah ruangan yang lumayan besar, dan ada sofa. Serta ada ruangan lain di dalamnya yaitu kamar dan kamar mandi. Ruangan tersebut tampak mewah, banyak sekali dokumen yang berjejer di setiap rak lemari. Yah itulah ruangan kerja Max alias direktur utama. Max tengah duduk di kursi kekuasaannya dengan laptop di meja, dan beberapa dokumen yang perlu di tandatangani.
"Sekertaris Li, apa kau tau Jessica sedang berkencan dengan siapa?" Tanya Max datar. Ia masih sibuk dengan dokumen yang ada di depannya.
"Tidak tau bos. Namun pria itu tampan. Sepertinya mereka saling mencintai." Ucap sekertaris Li sedikit bingung. Tumben saja bosnya bertanya tentang itu. Padahal ini pertama kalinya ia bertemu Jessica. Selama ini Max di luar negeri untuk mengurus perusahaan cabang di sana.
"Baguslah. Lanjutkan pekerjaan mu.!" Ucap Max lagi. Mendengar itu sekertaris Li undur diri dan kembali bekerja.
Max yang sibuk dengan dokumen yang di tangannya. Ia membaca dengan sangat teliti. Jika di lihat-lihat Max memiliki alis mata yang lebat, bulu mata yang panjang dan lentik. Rahang pipi yang tegas, dan bibir yang seksi. Di sudut matanya terdapat tahi lalat. Rambutnya two block. Matanya yang sipit, dengan mata berwarna grey. Warna yang Langkan dan juga sangat indah. Tinggi Max 190 cm.
Max yang tampan dan pemilik perusahaan menjadi incaran para wanita. Namun Max memiliki tunangan. Tunangannya bernama Lauren Anaya. Lauren adalah gadis cantik dan seksi, memiliki tubuh ideal, pipi chubby, dan bibir merah membuat dia menjadi idaman para wanita. Itu membuat Max dan Lauren menjadi pasangan Serasi.