Chapter 17

1175 Words
Fathir yang pendiam, fathir yang aneh dan fathir yang misterius berganti dengan fathir possessive saat nina di sampingnya. Kemanapun nina pergi dia harus ikut. Sekarang pukul delapan malam tapi di mansion ini seakan seperti jam delapan pagi. Tentunya para vampire tidak menyukai matahari bukan? jadi mereka membalik siang menjadi waktu istirahatnya dan malam waktu mereka beraktifitas. Nina merasa seseorang sedang melingkarkan tangannya di pingganya dari belakang tapi gadis itu membiarkannya dan sibuk menyisir rambut. Fathir menghirup wangi shampoo di rambut nina kemudian menopang kepalanya di ceruk leher gadisnya. Nina mendesah kesal karna gerakannya untuk menyisir rambut jadi terhambat berkat tingkah fathir yang semakin erat memeluknya. “Fathir” rengek nina. “Hmmm..” “Kau membuatku tidak bisa bernafas” seketika fathir langsung melepaskan tangannya dari nina. “Maaf aku tak bermaksud menyakitimu” Nina berbalik lalu menggeleng, dengan senyum jahilnya dia memukulkan sisir di dahi fathir pelan. “Jangan berbuat m***m” ujar gadis itu. “Lalu aku harus melakukan apa?” “Apa saja tapi jangan menggangguku” “Tapi aku ingin bersama milikku” fathir mengusap bibir pink nina dengan jarinya. “Kita tak bisa melakukannya untuk beberapa hari ke depan. Aku masih dalam periode” bisik nina sedikit berjinjit menyamai tinggi fathir. Fathir mendesah kecewa lalu keluar dari kamar itu meninggalkan nina yang sedang tertawa puas telah mengerjai fathir. Malam ini tepat malam tahun baru meninggalkan tahun kemarin dengan beberapa kenangan kelam yang tak harus di ungkit kembali ke permukaan. Fathir menggandeng tangan nina mereka duduk di kursi taman yang kala itu banyak orang sedang bermain kembang api dan berlarian ke sana kemari. Nina menyandarkan kepalanya di bahu fathir sembari mendongak melihat letusan kembang api di udara. Taman yang sangat luas itu perlahan mulai di penuhi banyak orang, fathir mengajak nina menjauh dari tempat itu menghidari desakan. Di saat fathir dan nina berjalan dengan santai tiba-tiba fathir merintih memegangi bahu kirinya. Sontak nina langsung kebingungan tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba fathir kesakitan. “Fathir, kau kenapa?” “Mereka di sini” fathir segera menarik nina menjauh sembari menahan rasa sakit di bahu kiri dia yang terkena cairan biru buatan para pemburu vampire. Lelaki itu berlari dengan cepat membuat nina kesusahan mensejajari langkah fathir, fathir yang merasa nina menghentikan laju larinya langsung ia angkat bagai karung beras dan berlari begitu kencang. Namun sepertinya para trapper tidak berhenti mengejar membuat fathir kalang kabut menghindar, dimanapun fathir berhenti di situ ia akan bertemu pemburu, menyebalkan! Tak bisakah para pemburu itu membiarkan dirinya bersama nina menikmati malam tahun baru dengan tenang. Setelah sekian lama berlari fathir menurunkan nina terlihat jika gadis itu ketakutan karna fathir yang membawanya dengan gaya yang tidak nyaman. Nina menyesuaikan deru nafasnya “Ada apa sebenarnya kenapa kau membawaku lari?” “Trapper mengincarku” sahut fathir “Dan mereka sudah semakin dekat kita harus segera pergi dari tempat ini” Nina menahan tangan yang di tarik fathir, fathir berbalik “Fathir aku bukan vampire mereka pasti tidak akan menangkapku jadi pergilah maka aku akan mengecoh mereka agar kau dapat mencari tempat persembunyian” fathir terlihat cemas sekaligus khawatir jika sampai nina juga ikut tertangkap. Fathir menangkup wajah nina dengan raut wajah serius “Tidak nina! Mereka sudah pernah melihatmu dan kau sekarang menjadi salah satu incaran mereka meski kau bukanlah vampire” “Kita harus~ aah” “Fathir!” teriak nina saat melihat fathir luluh ke tanah. “Akhirnya aku menemukan kalian disini. wah sepasang vampire yang sangat cocok tapi sayang sekali kisah cinta kalian berakhir di sini” wanita itu meniup pistol yang baru saja membidik punggung fathir. “Bereskan mereka sebelum mereka membuat generasi baru” perintah wanita itu dan beberapa orang suruhannya datang mengikat fathir dan membawa kedua orang itu dengan paksa. Fathir sendiri sudah tak mampu berbuat apa-apa ia sudah terkena tembakan yang wanita itu tujukan padanya, entah apa isi tembakan itu hingga fathir tak mampu menggerakkan badannya lagi. Fathir hanya pasrah ketika tubuhnya di geret dan melihat nina meronta-ronta ingin di lepaskan. Bola mata fathir berubah warna menjadi merah, kepalanya menunduk sedangkan kedua tangannya telentang terikat rantai di dua sisi tiang yang berbeda. Sedangkan nina hanya duduk di sebuah kursi dengan ikatan memenuhi tubuhnya saling berhadapan dengan fathir, air matanya terjun bebas wajahnya yang semula cerah berubah seperti sebuah sungai dengan aliran yang tak berhenti. “Sepertinya gadis itu bukan vampire boss” kata lelaki di samping wanita yang kini juga sedang memperhatikan nina sembari menyilangkan kedua tangan. “Ku rasa juga begitu tapi biarlah biar gadis itu tau akibat berteman dengan seorang vampire” jawab wanita itu dengan malas dan pergi dari ruangan di mana tempat penyekapan fathir dan nina. --- Nina memandang fathir dengan nanar lelaki itu pasti ke sakitan. Gadis itu melihat sekitarnya yang tak di jaga ia berinisiatif melepaskan ikatan yang melilit badannya dengan usaha yang mampu ia lakukan. Setelah beberapa menit berlalu nina mulai mengendorkan tali dan dalam beberapa menit berikutnya nina berhasil melepaskan ikatan tali itu. Dia menghampiri fathir mengguncang pelan lengan lelaki itu. “nina” Gadis itu menyuruh fathir diam sedangkan matanya mulai mencari keberadaan alat yang bisa melepaskan rantai di lengan fathir. “Apa yang kau lakukan?” “Diamlah aku akan melepaskanmu” “Ini tak semudah yang kau pikirkan” “Sudah diamlah aku akan mencoba melepaskanmu” Nina mengambil sebuah kayu tapi ia pikir kayu tak dapat melepaskan rantai yang kuat itu, nina meletakkan kayunya dan mencari benda lain dan akhirnya ia mendapat sebuah kapak kecil yang di simpan di sekitar dinding sebagai pajangan. Gadis itu mengarahkan kapak itu ke rantai dan memukulkan berkali kali tapi sungguh tak ada perubahan malah sepertinya rantai itu semakin kuat. Fathir menghela nafas panjang “Jika ini rantai biasa aku sudah lepas dari tadi” batin fathir. Nina membuang kapak tadi lalu tangannya menyentuh rantai seketika ia langsung melepaskan ketika merasa sengatan listrik di sana. “Pergilah nina tinggalkan aku di sini” “Apapun yang terjadi aku tidak akan meninggalkanmu” nina memeluk fathir, lelaki itu hanya diam namun melihat leher nina sedekat ini membuat insting vampire nya keluar. Ia menjilati leher nina. Gadis itu melepaskan pelukannya menatap fathir dengan sayu. “Minumlah darahku jika kau bisa kembali segar lagi” nina menyibak rambutnya ke samping. Fathir teringat hari itu. Dia tak ingin mengulanginya lagi atau nina akan kehilangan kesadaran di depannya untuk kedua kalinya, dia tak suka nina kesakitan. Lelaki itu membuang muka ke samping menghindari kontak mata dengan nina “Jangan memberiku darahmu aku tidak mau kau kesakitan seperti tempo hari” ujar fathir. “Kau ambil darahku atau aku akan melukai diriku sendiri” entah dari mana nina mendapatkan pisau kecil yang kini sudah ada di tangannya akan mengiris lengan dia sendiri. Mata fathir membulat “Jangan lakukan itu!” “Jika darahku bisa membuatmu kembali sehat maka ambilah atau aku akan menyakiti diriku” “Tidak nina kau jangan melukai dirimu” fathir menggelengkan kepalanya menahan agar nina tak melakukan kebodohan. Rantai yang mengikatnya semakin kencang ketika nina mulai menekan pisau itu ke kulitnya “Nina jangan!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD