Casey Bexter

1349 Words
Arsih malu bukan kepalang. Sudah dua kali aib nya ketahuan oleh orang yang sama. Ya. Orang yang baru saja di tabraknya adalah orang yang sama tadi siang, di balik kaca mobil ketika dia menumpang berkaca dan memakai lipstick agar ketika meeting tak terlalu terlihat berantakan sekali untuk seorang Asisten Manager. " No problem! Saya juga terburu-buru Nona.” Ucap sang pria dengan suara yang dingin, beda dengan suara bersahabat yang tadi siang di dengar Arsih. Pria itu menoleh dan menatap wanita yang tertabrak tanpa sengaja. “ Loh, Nona lipstick yang tadi siang!” Teriak sang pria itu dengan wajah seolah tak percaya dia bertemu dengan orang asing yang sama dalam sehari sampai dua kali. Suaranya berubah menjadi lebih bersahabat. Mengetahui bahwa orang di hadapan nya masih mengingat dirinya, Arsih tertunduk malu dengan wajah memanas. Tamat riwayatmu Arsih! " Terima kasih pengertiannya. Sampai ketemu…” Ucap Arsih seraya berlari dari hadapan pria bertubuh tinggi dengan wajah tampan hidung mancung dan pakaian yang rapi. Sesampainya di dalam mobil, Arsih memukul Kepalanya berulang-ulang. " Dasar bego! Dunia seluas ini, kenapa harus malu dua kali dengan orang yang sama. Arsih! Kapan sih kamu jadi wanita anggun kayak orang-orang? Aaaughhhhhh...Dasar ceroboh!” Teriak Arsih seraya masih memukul kepalanya dan mengacak rambutnya yang memang sudah tidak rapi itu. " Hugh! Jangan sampai ketemu lagi ama tu orang Arsih. Inget! Hindari tu orang sebisa mungkin. Kalo sampe tiga kali ketemu. Bisa-bisa tu orang nagih kulkas lagi. Saking sering nya ketemu. Ahh garing candaan, tau!” Gerutu Arsih seraya menginjak pedal gas dan melajukan mobil sedan miliknya. Mobil yang di kenakan Arsih adalah mobil dinas yang di berikan mulai dari Level Asisten Manager yang di gunakan selama menjadi karyawan di perusahaan tersebut. Tiga puluh menit kemudian, Arsih akhir nya sampai ke kamar kost tempatnya tinggal. Kost yang menjadi tempat tinggalnya sejak semasa kuliah. Tanpa sempat mencuci muka, Arsih langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur berukuran single. Sejenak kemudian terdengar suara dengkuran yang membawanya ke alam mimpi. ^___^ Arsih terbangun keesokan harinya, setelah mendengar suara dering ponsel miliknya. Dengan mata masih terpejam dia mengangkat “ Hmm…” Jangankan membuka mata, membuka mulutpun enggan. Tidur baginya adalah hal terindah selain menikmati kebersamaan dengan sang kekasih yang merupakan seorang pilot. “ Good morning honey, still on bed?” Sapa lembut pria di seberang. “ Sayang. Aku butuh tenaga untuk sekedar membuka mata…” Jawab Arsih malas dengan suara serak. “ Aku transfer dari sini, ya sayang? Muuachh…” Suara Casey Bexter pria berkebangsaan Inggris yang nekat mencari pekerjaan dan kursus bahasa, agar dapat bekerja di Indonesia hanya untuk seorang Arsih. “ Ogah! Ngapain. Darl, kamu kok masih di kokpit? Bukannya hari libur kamu sekarang?” Tanya Arsih sembari membuka mata lebar, setelah menyadari bahwa sang kekasih masih berada di flight deck. Dia menelan ludahnya. “ I’m so sorry, honey. Aku tidak bisa libur. Karena rekanku sedang sakit. Maaf malam ini harus tanpaku ya, miss you…” Balas suara dari seberang dengan nada sedih. Arsihpun menghela nafas panjang. Ada rasa kesal di hatinya, mengingat sang kekasih tidak hadir di acara malam perayaan ulang tahun dirinya. “ It’s Ok! Semangat yah. Stay focus, keep healthy and safe flight. Miss you too…” Arsih menyembunyikan kekecewaan di hatinya. Yah! Ini adalah tahun pertama jadian mereka, dan Arsih merayakan ulang tahun tanpa pacar bulenya. “ Okey Honey, aku harus bersiap Take Off. Kamu juga bersiap ke kantor ya, sempatkan sarapan. Jangan nakal…” Casey mengakhiri panggilan ponselnya. Sedangkan Arsih langsung bergegas untuk bangkit sembari berjalan menuju dapur mini untuk memanaskan air di ceret yang dia beli dari hasil berburu diskon di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Biasa, anak kost kalau ada aroma diskon, biar jarak puluhan meter juga bakal kecium. Seraya menunggu air mendidih, Arsih masuk ke dalam kamar mandi dengan segera dan langsung mengguyur badannya. Tak membutuhkan waktu lama, dia sudah keluar dari dalam kamar Mandi. Jangan harap bakalan melihat Arsih seperti gadis-gadis di luaran sana, yang kalau mandi membutuhkan waktu khusus. Gak banget! Apalagi sampai menyempatkan diri untuk luluran, mandi s**u atau apalah itu namanya yang namanya merawat kulit demi menjaga kecantikan. Mungkin karena keadaan atau faktor ekonomi, tapi hal itu memang jauh dari kebiasaan Arsih. Untungnya adalah, kulitnya itu memang putih bersih, mungkin efek ibunya rajin makan Tahu ketika hamil. Entah itu mitos atau fakta, nyatanya Arsih memang berkulit putih mulus alami. Keluar dari kamar mandi, dengan posisi rambut di cepol karet bekas, dia duduk di depan meja rias dengan berbalut kimono. Trus di meja rias ngapain? Ya makan sereal dong! Sambil pakai cream wajah seadanya. Secuek itu memang Arsih. Untungnya dia itu cakep alami. Andai dia memiliki waktu luang, selain bekerja dia memilih untuk rebahan, terkecuali sang kekasih mengajaknya untuk menikmati kebersamaan. Setelah selesai menikmati sarapan paginya, Arsih segera mengganti baju dan bergegas menuju mobil dinas nya yang kini terparkir di halaman kost tempatnya tinggal. Dia melajukan mobilnya dengan keceptan tinggi menuju menara Twin Tower milik Sutani Group. Dia melangkahkan kaki menuju gedung dengan penuh semangat, maklum. Dia hendak menyelesaikan tugasnya dengan cepat, tugas yang di berikan pimpinannya untuk meeting monthly yang akan di lakukan rutin bulanan dan di hadiri para petinggi perusahaan. Karena esok adalah ulang tahunnya, sehingga dia mengadakan pertemuan dengan sahabat-sahabatnya, terlebih sang kekasih juga tak bisa hadir. Untung saja sahabatnya mau meluangkan waktu untuknya di tengah kesibukan masing-masing. Waktu terus bergulir begitu cepat, hingga hari mulai gelap dan Arsih masih bekerja seperti robot, dia bangkit hanya ketika akan makan, toilet atau sholat. Semua di lakukan tentu demi memenuhi janji bertemu dengan sahabatnya. Meski sedikit sedih, karena sang kekasih tak dapat menemaninya, Arsih masih tetap bersemangat, menyembunyikan kesedihan sejauh mungkin dan bergegas menemui sahabatnya, karena hampir semua orang di kantor telah pulang. Jam telah menunjukkan pukul 19.15 WIB. Arsih segera berkemas dan menuju tempat yang telah dia janjikan bersama shabat masa Kuliahnya. Karena sang Kekasih tak hadir maka Arsih tak mengganti baju dan tampil apa adanya dengan lipstick sekedarnya yang baru dia poles sebelum keluar Kantor. Arsih mengendarai mobil menuju Cafe dimana teman-temannya telah menanti. Karena jarak yang tak terlalu jauh dari kantor tempatnya bekerja, akhirnya Arsih pun tiba menyapa sahabatnya yang sudah sedari tadi menunggunya. “ Mentang-mentang mo traktirin kita, datang terus telat gitu dech wanita karier satu ini…” Celetuk Nindhi menyindir Arsih dan di sambut tawa riang mereka. Hubungan persahabatan Nindhi, Qeyla, July dan Putri masih sama seperti kala mereka masih kuliah. Tanpa basa-basi dan selalu tulus dalam berteman. Mereka juga tanpa malu berteriak dan tertawa seolah tempat itu sudah mereka reservasi secara keseluruhan. Mereka yang bersikap apa adanya, tanp menghiraukan orang di sekitar menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Arsih sembari meminta bantuan dari pihak cafe untuk memasang musik selamat ulang tahun. Banyak mata memandang ke arah mereka sambil tersenyum dan geleng - geleng kepala, tapi mereka tak pernah menghiraukan tatapan orang lain. Bagi mereka menikmati hidup dan menjadi diri sendiri adalah yang terbaik, dari pada berpura-pura lugu tapi menderita. Mereka selalu bebas mengekspresikan kebahagiaan atau kemarahan mereka seperti layaknya gadis yang beranjak dewasa. Malam terus beranjak, dan mereka memaksa Arsih untuk melanjutkan acara ke tempat karaoke keluarga. Karena yang meminta adalah sahabat dekatnya, Arsih tak memiliki jawaban lain selain Iya. Mereka menuju ke tempat karaoke keluarga demi menghibur diri dan sahabatnya, mengeluarkan seluruh ekspresi yang mereka miliki di ruang karaoke. Sesampainya di parkiran, para sahabatnya berlari turun menuju tempat karaoke. Mereka tampak langsung menuju meja resepsionis. Sementara Arsih masih berkutat dengan mencari parkiran kosong. Hingga akhirnya dapat. Arsih melangkah menuju sahabatnya berada, senyum mengembang dari wajahnya manakala para sahabatnya memberikan kunci ruangan VVIP kepadanya. Sontak dia menelan ludahnya pahit, membayangkan berapa total tagihan yang harus di bayar nantinya. Meski ingin marah, tapi dia tak ingin menodai acara ulang tahunnya, terlebih sang kekasih tak disini menemaninya. Mereka berjalan menelusuri lorong sembari terus terkekeh, tampak Nindhi sibuk memainkan ponselnya. Langkah mereka terhenti ketika sampai di sebuah ruangan yang sama dengan card mereka. Setelah berhenti sejenak, mereka akhirnya membuka pintu ruangan VVIP tersebut. Pintu terbuka… Sejenak kemudian terdengar suara merdu seorang pria tengah menyanyikan lagu selamat ulang tahun dengan merdu dengan suara khas bule nya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD