"Silakan duduk," kata Miss Veil lagi. "Selanjutnya saya akan memperkenalkan para pengajar Anda. Seperti yang sudah diinformasikan sebelumnya, dari Senin sampai Kamis kalian akan berkuliah di jurusan masing-masing. Pada hari Jumat dan Sabtu ada kelas komprehensif yang terdiri dari delapan mata kuliah. Delapan mata kuliah tersebut adalah Psikologi, Bahasa dan Sastra, Alkemi, Filsafat dan Musik, Teknologi, Ekonomi, Seni Olah Tubuh, dan Seni Pertunjukan."
Miss Veil menatap kesepuluh mahasiswa baru itu, sebelum kembali melanjutkan. "Saya sendiri akan mengajar kelas Psikologi. Profesor Enigma, yang sudah Anda semua temui di seleksi tahap dua, mengajar Bahasa dan Sastra."
Profesor Enigma berdiri, sambil mengedarkan senyum tipisnya ke arah para mahasiswa baru. Matanya kembali terlihat berkilat-kilat. Sesudah itu dia duduk kembali.
"Lalu ada Profesor yang akan mengajar di kelas Alkemi, yaitu Profesor Catalyst."
Profesor Catalyst pun berdiri. Tanpa senyum dia menatap para mahasiswa baru dengan tajam, lalu duduk kembali. Walaupun penampilan Profesor Catalyst tidak terlalu mencolok mata karena pendek dan kurus, kesan mengintimidasinya terasa sekali bagi para Olympians muda di ruangan itu. Bagi yang memperhatikan dengan saksama, barulah dapat tahu satu jarinya yang sebelah kanan hilang satu.
Sesudah itu Miss Veil berturut-turut memperkenalkan Profesor Midas yang akan mengajar di kelas Ekonomi. Profesor Midas bertubuh gemuk dan pendek, berjenggot panjang, dengan mata yang besar.
Profesor Robust kemudian giliran diperkenalkan. Dia mengajar di kelas Seni Olah Tubuh. Profesor Robust adalah yang paling tampan dan paling muda di antara tujuh profesor yang ada. Bertubuh sangat atletis, tinggi, dan terlihat genit. Dia mengedipkan mata pada para mahasiswi, terutama pada Hera dan Aphrodite.
Melihat reaksi Profesor Robust, Hera dan Aphrodite membalas senyum. Sementara melihat reaksi Profesor Robust, Athena bergidik dan Persephone memutar bola matanya, sedangkan Demeter hanya diam saja.
Profesor Aria yang akan mengajar di kelas Seni Pertunjukan selanjutnya diperkenalkan oleh Miss Veil. Profesor Aria berpostur tinggi, gemuk, dengan mata kecil dan hidung bengkok. Sama sekali tidak sedap dipandang. Selain itu, seperti Profesor Catalyst, dia memancarkan aura yang seram, membuat para mahasiswa tidak berani lama-lama menatapnya.
Dua profesor terakhir yang diperkenalkan adalah Profesor Comrade dan Profesor Symphony. Profesor Comrade mengajar pada mata kuliah Teknologi, sedangkan Profesor Symphony pengajar di mata kuliah Filsafat dan Musik. Profesor Comrade dan Symphony keduanya bertubuh tinggi kurus. Bedanya Profesor Comrade berkacamata dan sipit tanpa jenggot dan kumis, sedangkan Profesor Symphony tidak berkacamata dan berjenggot panjang disertai kumis.
Miss Veil tersenyum lagi setelah memperkenalkan semua pengajar di kelas komprehensif. Kemudian dia mengumumkan satu hal lagi. "Minggu depan, inisiasi di The Olympus akan dimulai. Akan ada perburuan harta karun yang harus kalian pecahkan. Kalian akan dibagi dalam 3 kelompok. Silakan pilih sendiri anggota masing-masing. Satu kelompok ada yang terdiri dari 4 orang, sementara dua kelompok lainnya beranggotakan 3 orang. Pemenang dari perburuan harta karun itu akan memenangkan hak khusus untuk memakai The Paradise selama seminggu penuh. Sebelum itu, tidak ada yang boleh menggunakan The Paradise. Sesudah seminggu penuh itu selesai, maka semua boleh menggunakan The Paradise pada waktu bebas kalian."
Para mahasiswa saling melihat satu sama lainnya, saling mengukur dan menimbang-nimbang mengenai yang akan mereka ajak untuk satu kelompok.
"Silakan sekarang kembali ke The Ambrosia. Minggu depan pukul 10 malam kita bertemu di Zero Point. Silakan menjelajahi The Olympus untuk semakin mengenal setiap lokasi," tutur Miss Veil lagi.
|The Ambrosia|
Sesudah dari The Brain yang ada di tingkat 15, para mahasiswa gelombang kedua turun ke tingkat 10. Mereka makan siang bersama. Saat mereka sampai di sana, sudah tersedia berbagai macam hidangan yang menggugah selera. Hidangan dari semua benua tersedia di sana. Persis seperti berada di hotel bintang lima.
Mulai dari BBQ steak, grilled shrimp taco, roasted turkey with cranberry sauce, grilled chicken breast with honey and asparagus, fried calamari, dan corn chowder tersedia melimpah sebagai makanan yang mewakili benua Amerika. Untuk benua Eropa, makanan yang disajikan berupa Spanish paela, stuffed aubergines with lamb, wiener schnitzel, gnocchi with cheese sauce, spaghetti bolognese, dan minestrone soup with bacon. Makanan West African chicken and peanut stew, spicy peri peri prawns, East African braised chicken, Moroccan lamb tagine, Senegalese fish balls with spicy sauce, dan red lentil soup tersedia melimpah sebagai perwakilan makanan dari Afrika. Dari Australia, disajikan makanan baramundi with pesto, lamb chop and bush tomato curry, chicken parmigiana, grilled kangaroo, dan pumpkin soup. Untuk Asia tersedia makanan laal maas, chicken tagine and couscous, yaki soba noodles, buldak (hot and spicy chicken), Indonesian nasi goreng, tom yum prawn, dan Cantonese chicken soup. Untuk hidangan penutup tersedia berbagai puding, es krim, dan buah-buahan segar.
Kesepuluh Olympians muda seperti diberi pesta penyambutan. Mereka menikmati makan siang sambil bercakap-cakap ringan satu sama lain. Saling berkenalan dan mencoba mengakrabkan diri. Ares (Aryana), Athena (Esther), dan Hera (Hera) satu jurusan di Jurusan Teknik Industri. Zeus (Amadeus), Poseidon (Dewa), dan Hades (Hironimo) di Jurusan Teknologi Informatika. Demeter (Lotus) di Jurusan Teknologi Pangan. Sementara Hermes (Amir), Persephone (Meyli), dan Aphrodite (Belle) di Jurusan Manajemen.
Dari The Ambrosia, mereka semua turun ke lantai 1 (Zero Point) untuk melanjutkan pembicaraan mengenai pembagian kelompok untuk perburuan harta karun besok. Karena memang hanya ada 4 jurusan yang mereka pilih, jadi penentuan kelompok dilakukan berdasarkan jurusan. Ares dkk sebagai tim satu, Zeus dkk tim dua, dan Hermes dkk tim tiga. Tinggal Demeter saja yang harus menentukan untuk masuk tim satu, dua, atau tiga.
"Demeter yang manis, masuk saja ke tim satu. Kamu pasti tidak akan kecewa," bujuk Ares sambil merangkul Demeter.
Demeter beringsut mundur. "Jangan pegang-pegang."
Ares mengangkat tangannya sambil tertawa. "Siap, Nona! Apa pun katamu."
Poseidon mendekati Demeter. "Kalau bergabung ke tim kami saja, bagaimana? Kami laki-laki semua, kalau kamu bergabung pasti tim jadi lebih sempurna."
Demeter tersenyum kecil, tidak menjawab sama sekali.
Hermes juga mempromosikan timnya. "Justru kalau ikut tim yang laki-laki semua isinya, kamu tidak punya teman perempuan. Lebih baik masuk ke tim kami."
Athena akhirnya mengangkat tangannya. "Sudah, biarkan Demeter memilih. Jadi kamu mau bergabung tim mana?"
Demeter melihat ke kumpulan tiga tim yang ada. Sesudah berpikir beberapa saat, akhirnya dia bergabung dengan tim tiga.
Hermes langsung menepuk bahu Demeter. "Pilihan yang bagus, Kawan!"
Hera hanya mencebik melihat Demeter tidak memilih tim mereka. Hera berbisik pada Athena, "Pasti dia terintimidasi oleh kecantikan kita dan tidak berani bergabung karena pasti kalah pamor."
Athena hanya menggeleng. "Sudahlah, mungkin dia lebih dulu kenal dengan yang di tim tiga."
Hera mengangkat bahu, lalu mengobrol dengan Ares yang langsung menanggapi dengan bersemangat. Sesudah itu mereka semua menjelajah The Olympus. Dari Zero Point, mereka menjelajah naik. Lantai dua sampai sembilan ternyata juga berisi kamar-kamar seperti di lantai 13 (The Earth). Lantai 10 ditempati ruang makan (The Ambrosia) yang sudah mereka kunjungi, juga ruang rekreasi (The Paradise) tepat di sebelah The Ambrosia. Lantai 11 dan 12 juga berisi kamar-kamar. Lantai 13 (The Earth) adalah kamar dari The Olympians. Lantai 14 juga terdiri dari kamar-kamar. Lantai 15 adalah ruang pertemuan (The Brain). Lantai 16-18 juga berisi kamar-kamar. Lantai 19 adalah ruang istirahat dosen, yang disebut sebagai The Temple. Terakhir di tingkat paling atas, lantai 20 adalah Zenith, ruang pertemuan formal. Beda antara The Brain dan Zenith adalah luas ruangan pertemuannya. Karena di The Brain terdapat 10 ruang pertemuan di sana, masing-masing ruangan pertemuan lebih kecil dibandingkan ruang pertemuan di Zenith.
Jumlah total kamar di The Olympus, termasuk ruang istirahat para dosen di The Temple, adalah sejumlah 400 kamar, persis seperti yang diinformasikan oleh Miss Veil kepada para Olympians muda. Perinciannya adalah 27 kamar di semua lantai lain, selain di The Earth dan The Temple. The Earth dan The Temple masing-masing memiliki hanya 11 kamar. Jadi di The Earth terdapat satu kamar kosong.
Dari Zenith, mereka turun ke tingkat 13. Kembali ke kamar mereka di The Earth.
|The Earth. Menjelang tengah malam.|
Hampir semua sudah tertidur, kecuali Meyli (Persephone). Dia memang mengidap insomnia kronis. Bunyi jam yang berdetak membuatnya semakin tersiksa. Jadi dia bangun dari ranjangnya, lalu pergi ke The Ambrosia untuk mengambil segelas s**u.
Waktu dia ingin kembali ke kamarnya di lantai 13, tiba-tiba elevator mati. Lampu di elevator juga mati mendadak. Dia menjerit tertahan. Gelas s**u di tangannya terjatuh ke lantai. Bunyi pecahan gelas terdengar sangat nyaring di tengah sunyinya malam. Lenyap sudah keinginannya minum s**u. Rasa takut menyelimutinya dengan sangat pekat.
Baru saja dia mau menekan tombol untuk meminta pertolongan pada operator, tiba-tiba elevator bergerak. Meluncur turun dengan cepat, lalu pintu elevator terbuka. Persephone dengan ragu-ragu melangkah beberapa langkah dengan hati-hati. Bunyi jeritan yang sayup-sayup di kejauhan membuatnya terkesiap. Tanpa sadar dia kembali melangkah mundur, lalu menekan tombol 13 terus-menerus sambil mengeluarkan keringat dingin.
Pintu elevator tertutup, lalu melaju ke lantai 13. Begitu tanda lantai 13 menyala, pintu elevator terbuka. Persephone segera berlari ke kamarnya. Dia nyaris berteriak waktu salah satu pintu kamar lain terbuka.
Amadeus (Zeus) ternyata yang keluar. "Persephone, ada apa?"
Persephone dengan terengah-engah segera menarik tangan Zeus ke kamarnya, lalu menutup pintunya. "Aku tadi ke The Ambrosia untuk mengambil segelas s**u. Lalu sesudah akan kembali ke sini, lampu elevator tiba-tiba mati. Elevator mati, aku sangat ketakutan. Beberapa saat kemudian, aku belum sempat menekan tombol 13, elevator meluncur turun. Sesudah itu tiba-tiba pintu elevator terbuka, lalu...." Mata Persephone terbelalak sambil terus menggenggam tangan Zeus. "Ada yang berteriak...," lanjutnya lagi dengan lirih.
Zeus terdiam sambil menatap Persephone. "Kamu yakin?"
Persephone menatap Zeus dengan tatapan tajam. "Apa maksudmu aku yakin? Tentu saja aku yakin!"
Zeus mengetuk-ngetukkan jari ke dagunya. "Apa kamu punya fobia tertentu?"
Persephone tertegun. "Bagaimana kamu tahu?"
Zeus tersenyum kecil. "Hanya menduga-duga saja. Klaustrofobia?"
Persephone terperangah, lalu mengangguk.
Zeus menjentikkan jarinya. "Masuk akal sekarang. Sepertinya karena klaustrofobia yang kamu idap, membuat kamu terlalu takut karena terjebak di elevator. Bisa jadi karena itu juga, kamu jadi berhalusinasi mendengar jeritan itu."
Persephone termangu sambil menatap Zeus. Beberapa saat, dia kemudian tersadar kalau dari tadi dia menggenggam tangan Zeus terus. Dengan wajah merona merah, dilepaskannya genggaman tangannya pada Zeus. "Bisa jadi," katanya pelan. "Maaf, aku terlalu panik tadi."
Zeus tersenyum manis. "Tidak apa-apa. Aku yakin kamu tadi takut sekali. Untung saja akhirnya kamu bisa kembali lagi ke sini. Lain kali kalau tidak bisa tidur, ketuk saja pintu kamarku. Kita bisa mengobrol sampai pagi."
Persephone mengangguk-angguk, rona merahnya semakin terlihat jelas. "Terima kasih," katanya lirih.
Zeus mengelus rambut Persephone, lalu beberapa saat kemudian seolah tersadar yang dilakukannya, segera ditariknya tangannya sambil keluar dari kamar Persephone tanpa berkata-kata.
|Zero Point. Satu minggu kemudian. Pukul 21.30|
Sepuluh orang mahasiswa baru itu sudah berkumpul di sana. Sambil menunggu Miss Veil, mereka bercakap-cakap ringan. Di kelompok dua, Zeus, Poseidon, dan Hades berdiskusi serius mengenai pembagian tugas yang mungkin mereka harus hadapi. Sementara di kelompok satu, Ares malah sibuk merayu Hera.
"Aku benar-benar beruntung bisa sejurusan dengan bidadari-bidadari cantik. Apalagi dengan Ratu The Olympus, keuntungan luar biasa," ujarnya sambil memiringkan dagu dan menatap Hera dengan intens.
Hera hanya tertawa. "Tukang rayu! Apa tidak bisa keluarkan jurus baru yang lebih original? Kalimatmu itu sudah ketinggalan zaman."
Ares mencondongkan badannya ke depan, lalu bergumam pelan. "Mungkin kalau nanti malam kamu ikut ke kamarku, aku bisa menunjukkan jurus-jurus baru yang bisa kita nikmati berdua. Bagaimana? Setuju?"
Hera mengulum senyumnya. "Kita lihat saja nanti. Bukannya kamu dan Aphrodite ada hubungan khusus?" kata Hera sambil mengusap debu bayangan di bahu Ares. Dia sengaja berlama-lama mengelus-elus bahu Ares.
Saat itu Aphrodite berbalik dan melihat yang terjadi. Dengan cepat dia melangkah untuk mendekati Ares dan Hera. Baru dua langkah, tangannya ditarik seseorang. Dengan kening berkerut, dilihatnya yang menarik tangannya. Hermes.
"Ada apa, sih?" tanya Aphrodite dengan nada tinggi.
Hermes menarik tangan Aphrodite dengan kuat, membuat tubuh Aphrodite terdorong ke depan. Hermes dengan cepat merangkul pinggang Aphrodite. "Kalau mau membalas Ares, ikuti permainanku," bisik Hermes perlahan di telinga Aphrodite.
Aphrodite menatap Hermes beberapa saat, lalu mengangguk. Hermes dengan masih merangkul pinggang Aphrodite mendekati Ares dan Hera yang masih dalam posisi berdekatan.
Ares melihat Aphrodite dan Hermes mendekat langsung tersenyum lebar. "Ah, bidadari The Olympus kembali mendekat. Betapa aku sangat beruntung hari ini."
"Tidak seberuntung itu, Kawan!" potong Hermes cepat. "Bidadari cantik yang satu ini setuju jadi pasangan kencanku. Kau iri?"
Ares mengangkat bahu. "Oh, ya?" sahutnya dengan nada tak peduli. "Selamat kalau begitu. Baru pertama kali berkencan, ya? Pantas saja kau seperti merasa perlu memamerkannya begitu," lanjut Ares lagi sambil menyunggingkan senyum manisnya pada Aphrodite.
"Kau!" Hermes berkacak pinggang sambil memelototi Ares.
Aphrodite tersenyum masam melihat Ares yang tetap tenang, tidak terpancing dengan aksinya bersama Hermes.
Ares lalu perlahan maju, membentur bahu Hermes dengan sengaja, lalu berbisik di telinga Aphrodite dengan perlahan tapi sangat jelas. "Aku tunggu kamu nanti malam di kamarku, Cantik. Aku pastikan kita akan bersenang-senang nanti malam." Tindakan dan kata-katanya disengaja untuk memanas-manasi Hermes.
Aphrodite menatap Ares beberapa detik, lalu mengangguk. Hermes mengepalkan tangannya, lalu dengan cepat menarik tangan Aphrodite menjauh.
Ares tertawa sambil berseru. "Hati-hati dengan bidadari cantikku! Jangan sampai dia tergores!" ejeknya lagi.
Hera, yang memperhatikan tingkah Ares dari tadi, mencolek bahu Ares. "Jadi undangan buatku tidak berlaku lagi?"
Ares tersenyum lebar sambil mengelus-elus dagunya. "Besok malam, bagaimana? Kondisi darurat memerlukan tindakan darurat juga."
Hera menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku bukan cadangan, Tuan. Kalau memang undangan untuk nanti malam sudah tidak berlaku, berarti hangus."
Ares tertawa. "Aduh, kamu membuatku dalam posisi sulit, Sayang. Boleh saja nanti malam. Bisa diatur waktunya."
Hera menatap Ares berlama-lama sambil menggeleng-geleng. "Entahlah, seleraku hilang. Aku terlalu posesif untuk berbagi dengan yang lain."
Baru saja Ares mau menjawab, Miss Veil sudah muncul.
"Ayo berkumpul di dekat saya. Perburuan harta karun ini dimulai dari Zero Point dan diakhiri di Zero Point juga. Petunjuk pertama akan saya berikan sebentar lagi. Kalian pecahkan dan ikuti petunjuk-petunjuk yang ada. Kelompok yang paling cepat mendapatkan harta karun, seperti yang sudah saya umumkan, akan mendapatkan hak untuk menggunakan The Paradise selama seminggu. Silakan dimulai!" kata Miss Veil memulai permainan perburuan harta karun malam ini sambil menyerahkan amplop pada masing-masing kelompok.
"Oh, ya, sebelum saya lupa. Setiap kelompok harus memakai elevator yang berbeda. Selamat berburu!" lanjut Miss Veil lagi.
Setiap kelompok langsung berkerumun, lalu membuka amplop berisi kertas yang dibagikan pada mereka.
Petunjuk pertama: Ketika para dewa berkumpul dalam terang di bias gelap, di titik fokus terdapat cahaya murni yang bersinar.
Masing-masing kelompok berembuk, lalu mereka mulai berlari ke elevator yang berbeda.