Chapter 6 - Recent of University Student

1627 Words
Author Pov Matahari sudah memancarkan cahaya terangnya. Kehangatan pun mulai menyebar menyelimuti bumi. Seorang lelaki tampan baru saja turun dari mobil miliknya yang terparkir di sudut kampus elite. Ini merupakan hari pertama ia menginjakkan kaki di kampus tersebut. Kacamata hitam yang bertengger di hidung lantas ia lepas sekaligus menggantungkannya di kerah kaus yang melekat di tubuh atletisnya. "Eh, eh, siapa tuh?" "Ya ampun ... ganteng banget. Gue kok baru lihat dia ya?" "Kayaknya, dia mahasiswa baru deh," "Gila! Cakepnya gak kuku...." Bisik-bisik terpana mulai menyeruak di sepanjang jalan yang lelaki itu lewati. Semua mata tertuju ke arahnya. Bahkan, hampir semua spesies wanita memokuskan pandangan hanya untuk melihat lelaki tampan nan memikat hati yang kini sedang celingukan di tengah lorong kampus tersebut. "Fi, itu cowok ganteng banget tuh!" seru Missya setengah menjerit. Kebetulan, saat dia sedang berada di sekitar lorong bersama Fioren. Tak jauh dari mereka, wanita lainnya pun masih tak henti berbisik-bisik. Fioren menengok, "Mana?" "Itu! Lo gak lihat? Itu, Fi ... yang pakai kaus merah di sana," tunjuk Missya turut heboh. Fioren pun menyipitkan mata guna mempertajam penglihatannya. Dan ketika dia sudah bisa melihat dengan jelas, pandangan lelaki itu pun sontak tertuju ke arahnya. "Mampus! Dia mau ke sini," pekik Missya mendadak panik. Buru-buru, Missya pun melihat cermin yang selalu di bekalnya. Tak lama kemudian, lelaki itu berhenti tepat di hadapan Fioren dan Missya. Membuat para wanita lainnya menatap iri karena lelaki yang mereka inginkan malah menghampiri dua perempuan itu. "Sori, gue boleh nanya gak?" tanyanya dengan suara yang Missya dengar begitu serak-serak seksi membelai telinganya. Sebelum Fioren mengangguk, Missya berinisiatif untuk maju selangkah membelakangi Fioren. Dari sana, ia pun memulai aksi tebar pesonanya. "Boleh dong, masa cuma mau nanya aja gue larang...." sahut Missya terkikik anggun. Akan tetapi, hal itu justru terasa aneh di telinga Fioren. Mendapati perempuan sejenis Missya, lelaki itu lantas menggaruk kepala belakang untuk sesaat, "Kalo boleh tau, ruangan Rektor di sebelah mana ya?"  "Ruangan Rektor?" Missya membeo, sementara si lelaki mengangguk, "Lo mahasiswa baru?" imbuh Missya bertanya. Alih-alih menjawab pertanyaan yang lelaki ajukan, dia malah seakan ingin melama-lamakan diri guna berbincang dengan si lelaki di hadapannya. Mewakili jawaban atas pertanyaan yang dilontarkan Missya, lelaki itu lantas hanya mengangguk sebagai isyarat iya. "Ya ampun, dia mahasiswa baru, Fi...." bisik Missya menengok sejenak pada Fioren. "Oh iya, tadi lo tanya soal tempat ruangan Rektor ya? Mau gue antar biar sekalian gue tunjukin jalannya?" tawar Missya menggunakan kesempatan dengan sangat baik. Lelaki itu tampak berpikir sesaat. Sampai akhirnya, ia pun kembali mengangguk yang berhasil membuat Missya memekik girang hingga kemudian ia pun langsung menggandeng lengan lelaki itu tak tahu malu. Melihat hal yang dilakukan oleh sahabatnya, Fioren pun hanya mampu menepuk jidat tanpa berniat untuk mengikuti langkah Missya dan si mahasiswa baru itu melenggang.                                                                                                   ---- "Wah, kayaknya ... lo bakal dapat saingan baru, Sob!" celetuk Fedrik menaruh lengan di pundak Delta. Saat ini, mereka berdua sedang duduk santai bersama di aula kampus. "Maksud lo?" lirik Delta menautkan alis. Fedrik berdecak, "Lo lihat aja tuh cewek-cewek, mereka mendadak cuekin lo gara-gara kehadiran anak baru itu!" jelasnya sembari menunjuk ke arah para wanita yang kecentilan saat mahasiswa baru itu melintas. Seusai Delta melihat dengan mata kepalanya sendiri, bukannya merasa khawatir, dia justru malah tertawa kecil, "Bodo amat, Fed. Lo pikir gue peduli," tukasnya teramat tak acuh. Kontan, Fedrik pun menoleh menatap sahabatnya heran, "Lah, kok reaksi lo begitu amat sih, Del. Lo gak takut kalo sampe anak baru itu jadi saingan lo?" "Takut?" ulang Delta, lalu dia mendengus, "Lo pikir? Itu masalah buat gue? Sama sekali enggak, Fed. Gue bahkan gak peduli sekalipun cewek-cewek kecentilan itu pada jauhin gue," seloroh Delta mengangkat bahu. Mendengar pernyataan itu, Fedrik tercengang. Tapi apa boleh buat, dia hanya bisa menggaruk lehernya asal dibanding bertanya lagi tentang hal serupa. Meski Fedrik tahu bahwa selama ini Delta itu adalah satu-satunya most wanted yang digilai oleh kaum ladies Universitas Sanjaya. Tapi setelah mendapatkan penuturan dari mulut Delta sendiri, Fedrik bisa apa? "Kalau pun mereka berpaling sama si anak baru itu, gue justru malah bersyukur," cetus Delta membuat Fedrik kembali menatapnya bingung. "Maksud lo? "Perlu lo tau, Fed. Gue udah mulai bosan jadi bahan incaran mereka melulu. Bahkan mulai saat ini, gue memutuskan untuk pensiun dari status most wonted yang selalu menjadi julukan gue sejak gue bergelut di bidang keplayboyan dan sejenisnya," urai Delta lantas tertawa. Tentu saja membuat Fedrik sigap mengajukan pertanyaan, "Apa yang bikin lo mau pensiun begitu, huh?" Sejenak, Delta tampak menerawang seakan sedang membayangkan sesuatu yang mendadak melintas ke dalam kepalanya. "Gue hanya mau fokus ke satu cewek aja, Fed...." gumam Delta sangat serius. "Fokus sama satu cewek?" beo Fedrik setengah memekik. Lalu di detik berikutnya, dia pun tertawa terbahak-bahak. Delta memelotot horor kala melihat sohibnya tertawa sampai seheboh itu. Tidak mengerti di bagian mana yang Fedrik anggap lucu. Sehingga sohibnya itu mampu terbahak sebegitu kencangnya. "Ngeri, ternyata selama ini gue punya teman yang agak sinting kayak lo ini, Fed...." decak Delta sambil geleng-geleng. Kemudian, ia pun memutuskan untuk beranjak sebelum Fedri kembali menunjukkan kesintingannya yang lebih dalam. "Eh, lo mau ke mana?" seru Fedrik ketika menyadari Delta melengos pergi. "Ada urusan. Lo puas-puasin aja dulu ketawanya," sahut Delta sambil berlalu. Mendengus, Fedrik pun hanya geleng-geleng tak habis pikir saat mengingat tentang apa yang sudah ia dengar dari mulut sohibnya tadi.                                                                                                        ---- Lovely Pov Aku baru sampai di parkiran kampus. Setelah dua hari Scoopy kesayanganku menjalani perawatan di bengkel, akhirnya dia sembuh juga. Helm sudah kulepas, sejenak aku merapikan rambut yang sedikit berantakan akibat terbungkus helm selama di perjalanan. Setelah itu, aku berjalan meninggalkan parkiran bersiap untuk menimba ilmu. Baru saja kakiku menjejaki halaman kampus yang tampak lenggang, tiba-tiba si cowok m***m muncul mengadang langkahku. "Halo, sexy lip? Have a nice day...." sapanya sambil tersenyum sok manis. Spontan, aku pun memutar bola mata jengah, "Mau apa sih lo?" semprotku teramat ketus. "Mau ketemu elo lah," sahutnya cengengesan. "Tapi gue gak mau lihat muka lo!" semburku kelewat sewot. "Lihat aja d**a gue kalo lo malas lihat muka gue ini," katanya asal sambil membusungkan d**a. Aku membuang muka. Tidak sudi untuk sekadar meladeni ucapan ngawurnya. "Oh ya, gimana luka di betis lo? Masih sakit?" tanyanya sok peduli. Ya, kecelakaan kecil yang menimpaku 2 hari kebelakang memang langsung menyebar ke sepenjuru kampus. Siapa lagi kalo bukan Fioren si biang keladinya? Dengan kelebayannya yang udah kelewat batas, dia mengumbar-umbar berita tentang kecelakaan kecil yang kualami. Alhasil, sampailah juga berita tersebut ke telinga si cowok m***m di hadapanku ini. "Bukan urusan lo," jawabku mendelik sebal. "Oke, oke. Kalo lo gak mau jawab, gak masalah. By the way, entar siang lo kerja?" Ck. Sontak, aku mendecak mendengar pertanyaan si cowok m***m, "Kayak wartawan aja lo tanya-tanya gue mulu!" sentakku kesal, lalu memilih untuk pergi melewatinya. Baru satu langkah berjalan, tanganku sudah ditarik mundur sama si m***m ini. Dan, NO! PUNGGUNGKU KINI MERAPAT TEPAT DI TUBUH DEPANNYA. "Apa-apaan sih lo?" berontakku saat dia seakan gak mengizinkan aku untuk merenggangkan jarak yang terlalu merapat ini. Kampret! Beruntung halaman kampus ini sepi. Kalau lagi ramai dilewati, bisa jadi tontonan viral aku sama anak-anak yang lain. "Lepasin gak?" rontaku sambil mencoba melepaskan tangan dari kuncian tangan raksasanya. "Gak mau ah. Kapan lagi gue bisa peluk lo dari belakang kayak gini," ujarnya menolak, "Rambut lo harum banget, Lov. Gak berubah...." lanjutnya sambil mengendus rambutku. Sedikit menggelinjang karena geli, aku lantas berteriak sembari terus meronta, "Bad boy m***m ... jangan endus-endus rambut gue!" "Kenapa sih?" decaknya sambil akhirnya melepaskan tanganku juga. Punggungku kini sudah menjauh dari tubuh depannya. Dan sekarang aku telah berbalik menghadap ke arahnya. Kulihat, si cowok m***m itu menatapku kesal. Belum sempat aku memperingatkannya untuk tidak mengganggu lagi, tiba-tiba saja Fioren dan Missya datang menghampiri. "Lovey? Delta? Lagi ngapain berduaan di sini?" lontar Missya menatapku dan si m***m bergantian. "Ck. Kalian ganggu banget deh," celetuk Delta yang entah kenapa mendadak mengusap-usap bibirnya seolah sudah berci--ASTAGA! Sebelum Missya dan Fioren menuduh yang tidak-tidak, aku pun menatap mereka bergantian. "Ini gak seperti yang kalian pikirin. Gue sama dia gak ngapa-ngapain kok. Gue cuman--" "Lov, bibir gue bengkak nih. Lo sih gak mau udahan kalo ciuman sama gue," sambar si m***m yang sukses bikin mata kedua sahabatku membulat lebar. Bukan hanya mereka, bahkan aku sendiri sudah terperangah tak percaya mendengar kalimat yang si m***m itu lontarkan. "Ya ampun ... jadi, kalian?" tatap Missya tak menyangka sambil menutup mulut menggunakan sebelah tangan. "Ini halaman kampus, dan kalian ciuman di sini? Gimana kalo ada dosen yang lewat? Bisa diskors berjamaah lo berdua!" timpal Fioren geleng-geleng. "Tapi, gue--" "Gue tau lo baru kali ini ciuman, Lov. Tapi, jangan di tempat terbuka juga kali. Ini kampus, Say ... bukan diskotek yang tempat orang-orang bisa ciuman di mana aja," ujar Missya mendecak berulang kali. Sontak, aku pun mengusap muka kasar ketika melihat reaksi dua sahabatku yang langsung percaya begitu saja pada perkataan si cowok m***m itu. "Ya udah lah, buat kali ini kita maklumin lo. Tapi lain kali jangan diulangin ya!" tukas Fioren menepuk bahuku. "Fix, lo berdua sama gilanya kayak si bad boy m***m ini!" sentakku menyerah, lalu tatapanku beralih pada si m***m sialan, "Dan elo! Gue sumpahin lo gak dapet-dapet cewek sampai lo kakek-kakek nanti!" umpatku menyumpahi si cowok m***m itu disertai dengan tatapan sorot membunuh. Sejurus kemudian, aku pun berbalik badan dan sempat mengentakkan kedua kaki sebelum akhirnya mulai berjalan meninggalkan tiga orang sedeng bin gesrek itu.                                                                                                             --- Author Pov Lovely masih sebal pada kedua sahabatnya. Dia pun memilih untuk menyendiri di taman kampus. Sambil menunggu jam kelasnya dimulai, dia membuka materi guna dipelajarinya. Namun di tengah fokusnya ia membaca. Tiba-tiba seseorang menempati tempat kosong di sebelah Lovely. "Hai, Lov? Gue gak nyangka kalau kita bakal ketemu lagi," Spontan, Lovely pun mengalihkan pandangan ke sebelahnya. Dan saat Lovely mendapati senyuman khas dari sosok yang menyapanya barusan, pupil mata Lovely pun melebar tanpa diduga. "Alfa?" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD