HUBUNGAN TANPA CINTA

1410 Words
Niken memeluk Ibunya begitu dia memasuki rumahnya. Ingin rasanya dia bercerita kepada ibunya tentang kehidupan rumah tangganya bersama Fahri. Tapi dia terlalu takut jika akan membuat hati ibunya juga terluka. "Kamu bahagia kan bersama Fahri ?" Niken mengangguk. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk menghindari kebohongan yang lebih jauh pada ibunya. Dirumah ibunya Niken lebih suka memasak dan bercengkerama dengan ibu. "Fahri mau jemput jam berapa nanti Ken ?" Tanya ibu. "Kurang tau buk. Mas Fahri tadi gak bilang jam berapanya, cuma bilang kalau nanti mau jemput gitu aja." "Hai.... " Sapa Niko saat turun dari mobilnya tepat di depan rumah Niken "Niko ? Kamu ngapain disini ?" "Abang ada rapat dadakan. Gak bisa ditinggal. Jadi aku yang jemput kamu." "Tapi ...... " Drrtttttt ....... Drrrttttt ponsel Niken bergetar, ada panggilan masuk dari Fahri. "Halo mas ..." "Niko sudah datang ?" "Sudah mas." "Kamu pulang sama Niko. Saya ada meeting dadakan. Ingat jangan kemana-mana ! Langsung pulang kerumah! Biar saya yang beli makan malam nanti." Perintah Fahri. "Baik mas " Tut.... Tut .... Tut .... Telpon mati. "Benar kan ?" Tanya Niko. Niken mengangguk. "Yuk masuk." "Aku pamit sama ibu dulu ya. Ibuk Niken pamit pulang dulu." "Iya kamu hati-hati ya." "Buk kami pamit dulu." Ucap Niko. "Iya nak Niko, hati-hati dijalan, titip Niken ya." Niken memasuki mobil disusul oleh Niko. Niko mulai berjalan pelan perlahan keluar dari luar pekarangan rumah Niken. "Makan dulu yuk. Udah makan belum?" "Maaf Niko, tapi mas Fahri ....... " "Gak boleh keluar ya ?" Niken mengangguk. "Gila bang Fahri, sama gue adeknya sendiri juga tetep ga boleh keluar ? Emang dasar ya dia!" Tanya Niko pada dirinya sendiri. "Maaf ya Niko." "Oke gak pa-pa Ken, kita langsung pulang aja ya." Kata Niko. Perjalanan dari rumah ibu Niken sampai ke rumah Niken tidak terlalu jauh, hanya 30 menit saja. Tidak banyak yang mereka bahas disepanjang perjalanan, Niken lebih banyak diam dan Niko mendengar musik sambil sesekali bernyanyi mengikuti aliran musik. "Aku buatin minum dulu ya." Kata Niken begitu mereka sampai rumah. "Oke." Jawab Niko sambil duduk di ruang tamu. "Setiap hari kamu ngapain dirumah ?" Tanya Niko setelah Niken selesai membuatkannya minum. "Ya nonton tv, bersih-bersih rumah. Mau ngapain lagi emang Nik ? Pintu gerbang saja bahkan dikunci oleh mas Fahri dari luar. Kamu tau sendiri kan ?" Jawab Niken sambil tersenyum getir. "Bosen ya pasti ?" Niken mengangguk. "Sabar ya. Gue yakin suatu saat nanti bang Fahri akan berubah." "Tapi aku gatau Niko, saat Fahri berubah nanti apakah aku masih bisa bertahan sama dia apa tidak." "Hey, jangan bicara seperti itu. Bang Fahri pada dasarnya orang baik. Hanya karena masa lalunya saja dia jadi orang seperti ini. Aku tau mungkin dia begini karena dia takut jika dia akan dibohongi dan dihianati lagi." "Maksud kamu ?" "Jadi bang Fahri belum menceritakan masa lalunya ke kamu ?" "Masa lalu apa Nik ?" "Masa lalu dia bersama mantan pacarnya dulu yang membuat dia bersikap seperti ini." Niken menggeleng. Niko menarik nafas panjang. Mungkin sudah saatnya dia menceritakan semuanya pada Niken, gadis ayu seumuran dia yang sudah cukup menderita karena perlakuan kakak kandungnya Fahri. Jika menunggu Fahri bercerita itu tidak akan mungkin, jadi jalan satu-satunya adalah Niko yang akan menceritakan semuanya kepada Niken kenapa sampai Fahri menjadi orang sedingin ini. "Nanti aku akan ceritakan semuanya padamu. Jika waktunya sudah tepat. Yang penting aku minta padamu bersabarlah. Jangan pernah berfikir untuk meninggalkan bang Fahri ya?" Niken mengangguk. "Ken ? Pipi kamu kenapa ?" Tanya Niko saat dia melihat luka lebam di sudut bibir Niken. Niken memalingkan wajahnya, menghindari dari tatapan Niko, tidak mungkin jika Niken menceritakan kejadian sebenarnya bahwa Fahri melakukan kekerasan padanya saat mereka bercinta. "Enggak pa-pa. Mungkin kamu salah lihat. Oiya aku ambili kamu snack ya." "Tunggu ! Apakah ini ulah bang Fahri juga ?" Tanya Niko sambil menarik tangan Niken yang beranjak dari tempat duduknya. Niken diam tidak menjawab. Dia tidak melihat kearah Niko. "Niko ? Ngopo koe isih neng kene ?" Kata Fahri yang tiba-tiba datang. Matanya melihat tangan Niko yang masih memegang tangan Niken. "Istirahat kak. Sekalian nemenin Niken, kasihan kan dia sendirian dirumah." Jawab Niko. "Ehem." Fahri berdehem. Niken spontan langsung melepas tangan Niko dari tangannya. "Niken sudah biasa dirumah sendirian. Tidak perlu kamu temani dia." "Biasanya kan siang bang. Ini kan udah mau maghrib, makanya aku nemenin dia dulu sampai abang pulang." "Saya sudah pulang, sekarang kamu pulanglah." "Ini gak disuruh makan malam sekalian gitu bang ?" "Tidak ! Pulang sana!" "Oke. Aku pulang kalau gitu. Ken gue balik dulu." Niken mengangguk. ***** Fahri terpaksa tidak bisa menjemput Niken lagi yang saat ini berada di tempat orang tuanya dengan tepat waktu dikarenakan ada klien penting yang datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. "Biar gue aja yang jemput bang." Tawar Niko yang tau bahwa Fahri ada undangan mendadak. Fahri tidak menjawabnya. Dia melirik Niko sambil berfikir. "Daripada dia pulang sendiri, trus digangguin cowok lain ? Atau mampir-mampir gimana ?" Pertanyaan memancing kecemburuan Fahri segera dilemparkan Niko karena dia tau pasti Fahri akan langsung meresponnya. "Oke. Jemput Niken." Berhasil ! Batin Niko. "Ini kunci gerbangnya. Ingat bawalah dia langsung pulang. Jangan ajak kemana-mana." "Beres! Gue pergi dulu!" Niko sengaja memancing pertanyaan yang mengundang kekhawatiran Fahri, dia memang sudah menunggu kesempatan ini untuk bisa berbicara berdua pada Niken. Dia ingin menceritakan tentang kisah masa lalu Fahri dengan Shinta. Sepeninggal Niko, Fahripun berlalu, dia segera pergi meninggalkan kantor dan menuju hotel tempat dia meeting. "Fahri ?" Sapa seorang wanita yang sudah tidak asing lagi bagi Fahri. "Shinta ?" Fahri terkejut melihat kehadiran Shinta. "Aku balik dulu ya, besok kita havefun lagi ya say." Kata seorang pria yang bersama Shinta. Shinta mengangguk dan melambaikan tangan pada pria itu. "Kamu ngapain disini ?" Tanya Shinta. "Saya barusan ada meeting. Kamu sendiri ?" "Biasalah, cari duit sama cari kepuasan." Jawab Shinta singkat. "Oh iya. Saya mau pulang dulu. Istri saya sudah menunggu dirumah." Jawab Fahri. "Istri ? Maksudmu ?" "Iya, saya sudah punya istri. Apa kamu tidak tau ? Bahkan berita pernikahan kami masuk koran lho." Kata Fahri sombong. "Sombong sekali. Paling juga istrimu tidak terpuaskan olehmu." Ejek Shinta. "Saya bahkan bisa membuat dia hampir pingsan karena terlalu lama bercinta dengannya." Kata Fahri sambil tersenyum sinis. "Coba buktikan padaku kalau kamu bisa." "Sayangnya saya tidak tertarik lagi pada cewek bekas pakai sepertimu. Karena istri saya masih perawan dan jauh lebih menggoda." Kata Fahri sambil meninggalkan Shinta. "Sialan kamu Fahri ! Lihat saja nanti sampai sejauh apa hubungan kalian. Aku lebih mengenalmu Fahri." **** Fahri keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk untuk menutupi juniornya. Dia sibuk mencari-cari keberadaan Niken yang tak dia temukan di ruang keluarga. Dia mencari di dapur juga tidak ada. Dia langsung berlari ke lantai dua dan lansung memasuki kamarnya. "Ahh !" Teriak Niken yang kaget karena Fahri tiba-tiba masuk kamarnya. "Bisakah kamu mengetuk pintu dulu mas ?" Tanya Niken sambil membetulkan handuknya yang tadi jatuh karena kaget melihat Fahri masuk kamar. Fahri menutup kamar dan menguncinya. Dia berjalan kearah Niken. Sekelebat bayangan Shinta tadi kembali hadir dalam fikirannya. Dia merasa tersinggung karena sindiran dari Shinta saat di hotel tadi. "Mau ngapain kamu mas ?" Tanya Niken yang terus berjalan mundur karena takut dengan pandangan Fahri yang sudah dipenuhi dengan nafsu. "Saya ingin kamu melayaniku malam ini." Kata Fahri sambil mencium paksa Niken. Fahri membuang paksa handuk Niken. Dia juga melepas handuk yang melilit tubuh bagian bawahnya. Kini tidak ada sehelai benangpun yang melapisi mereka. Bibir Fahri terus melumat bibir Niken dengan paksa hingga membuat Niken kehabisan nafas. Niken memukul-mukul d**a Fahri untuk sekedar melepas ciumannya agar dia bisa bernafas. Fahri melepaskannya, namun hanya satu detik setelahnya dia kembali melumat bibir Niken, tangannya juga ikut meraba p******a Niken hingga membuat Niken melenguh. Bukan tak ingin memberontak. Tapi kali ini Niken memang tak akan memberontak lagi, semakin dia memberontak dia akan semakin sakit, Fahri akan terus menampar dan memukulinya. Dan itu hanya akan menambah luka fisiknya. Fahri membawa Niken ketempat tidur. Dia melanjutkan permainan panas itu kembali. Kali ini bibirnya bermain di buah d**a milik Niken, sementara tangan satunya bermain di pangkal paha Niken. Niken menggigit bibirnya, dia tidak ingin kalah dengan Fahri, dia tidak ingin menunjukkan bahwa dia menikmati permainan Fahri. Kali ini dua jari masuk kedalam lubang kenikmatan milik Niken. Niken menarik spreinya, dia berusaha sekuat hati untuk mengeluarkan desahan nikmat dari bibirnya, Fahri kembali mencium bibir Niken. Sesaat dia menghentikan gerakannya, membuat Niken membuka matanya yang sedari tadi tertutup. "Kumohon ....... " Pinta Niken yang membuat Fahri semakin kuat mempermaikan kedua jarinya dibawah sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD