Saat malam tiba Fahri mengajak Niken berjalan-jalan di malioboro. Niken seperti anak kecil yang kegirangan saat dia bisa keluar rumah dan menikmati suasana malioboro.
"Mas, mas aku boleh minta jajan ?" Tanya Niken.
"Belilah, ambil sesuka hatimu apa yang kamu mau. Malam ini milikmu." Kata Fahri sambil tersenyum.
Niken tersenyum merona melihat senyum Fahri. Setelah hampir 6 bulan Niken tidak pernah melihat senyum itu dari Fahri. Senyum yang dulu sering Niken lihat sebelum mereka menikah, senyum yang membuat Niken merasa jatuh cinta dengan Fahri. Entah kenapa Niken begitu bahagia. Sesekali mereka juga poto di tukang fotorgrafer keliling yang lewat.
"Ayo pulang. Sudah jam 9 malam." Ajak Fahri pada Niken yang baru makan sate di pusat malioboro.
"Aku masih pengen disini mas." Kata Niken merajuk.
"Besok kita masih akan pergi lagi. Beristirahatlah dulu malam ini agar besok kamu tidak kecapean. " Kata Fahri.
"Besok kita jalan-jalan lagi mas ?" Tanya Niken dengan mata berbinar.
"Iya." Jawab Fahri singkat.
Niken melonjak kegirangan seperti anak kecil. Dia berdiri dan memeluk erat Fahri. Fahri dan Niken akhirnya memutuskan untuk kembali ke hotel. Malam ini Fahri merasa Niken tidak seperti biasanya. Dia begitu ceria dan bahagia. Sepanjang perjalanan tidak berhenti dia berbicara, ada saja yang dia bicarakan. Padahal Fahri diam saja tanpa mengucap sepatah katapun.
Cup ...... Fahri mengecup bibir Niken. Dan otomatis itu langsung membuat Niken terdiam. Niken tersenyum sambil menunjukkan wajah merona. Tidak ada lagi ketakutan dari dirinya pada Fahri. Niken berharap setelah ini Fahri tidak akan lagi menyakitinya, tidak akan kasar dan memukulinya lagi.
"Kamu cerewet sekali hari ini." Kata Fahri.
"Maaf mas, aku ...."
Fahri kembali mengecup bibir Niken. Ciuman yang lembut dia berikan pada Niken. Niken yang sedari tadi terdiam, kini ikut bereaksi. Dia membalas ciuman Fahri. Lidah mereka beradu di dalam, tangan Fahri mengangkat b****g Niken kedalam pangkuannya. Niken kini duduk di atas Fahri. Kedua tangan Fahri masuk kedalam baju Niken dan meremas kedua payudaran kenyal milik Niken membuat Niken melepaskan ciumannya pada Fahri.
"Mendesahlah. Jika perlu berteriaklah, lakukan yang ingin kamu lakukan. Tidak perlu malu padaku." Kata Fahri membuat Niken kembali mencium Fahri.
Mereka berdua beradu dalam ranjang dengan syahdu. Hujan rintik-rintik ikut menjadi saksi peraduan mereka. Siluet mereka targambar jelas pada sudut malam itu. Niken merasa menjadi wanita paling bahagia ketika Fahri melakukan percintaan ini dengan lembut. Tidak ada tamparan, tidak ada pukulan, dan tidak ada rasa sakit dari area bawah Niken karena Fahri memaksa masuk.
Di dalam peraduan mereka Niken berdoa agar ini awal dari kebahagiaan mereka. Agar hubungan Fahri dan Niken bisa menjadi lebih baik lagi dari hari ini. Mereka bercinta hingga pukul 1 dini hari. Fahri terkulai lemas di samping Niken.
"Mas, aku mencintaimu. Aku berharap benih yang kamu tanam malam ini menjadi buah cinta kita. Semoga kamu tidak kasar-kasar lagi sama aku ya mas." Kata Niken sambil mencium kening Fahri yang sudah tertidur lelap.
****
Hari ini berjalan seperti biasanya. Setelah kemarin Niken dan Fahri berlibur mereka kembali melakukan rutinitas seperti biasanya. Niken memasak dan Fahri bersiap untuk bekerja.
"Saya berangkat dulu. Ingat selalu pesan saya. Jangan pernah membuka pintu untuk siapapun selain saya." Kata Fahri dingin.
"Mas stok belanjaan habis, aku boleh ya belanja di pasar. Nanti aku gak bisa bikin makan siang kalau nunggu kamu pulang dulu." Kata Niken sambil bergelayut manja.
Fahri melihat tangan Niken yang melingkar di tangan kanannya. Dia menatap Niken dengan tatapan dingin membuat Niken bergidik ngeri dan melepaskan tangannya dari tangan Fahri.
"Saya akan pulang mas makan siang nanti. Saya bawakan makanan untuk makan siangmu. Jadi jangan coba-coba mencuri kesempatan untuk keluar rumah tanpa saya. Bukankah kemarin saya sudah mengajakmu berlibur ? Sudah tidak jenuh kan ?" Tanya Fahri dengan tatapan dinginnya sebelum dia pergi meninggalkan Niken.
"Aku pikir kamu sudah berubah mas." Kata Niken begitu Fahri pergi dari hadapannya.
*****
Niko terus menggedor-gedor pintu rumah Niken. Niken pura-pura tidak mendengarnya, tapi Niko tidak menyerah sama sekali. Dia terus berusaha memanggil nama Niken dan menggedor pintu rumah Niken.
"Ken bukain pintunya." Kata Niko.
"Aku gak berani Nik. Nanti mas Fahri bisa marah sama aku." Kata Niken dari dalam rumah.
"Aku jamin bang Fahri gak akan tahu aku kesini. Dia lagi rapat penting dan kemungkinan bisa sampai sore. Aku juga bawa makanan buat kamu. Ini tadi aku ambil dari abang gojek yang anter pesenan ini dari Fahri. Kamu pasti lapar kan ?" Kata Niko.
Niken membuang nafas dengan kasar. Dia melihat jam dinding menunjukkan pukul 12.15 kemungkinan besar suaminya pasti tidak pulang. Dia membuka ponselnya dan ada pesan dari Fahri bahwa dia tidak pulang dan sudah dipesakan makanan lewat ojek online. Niken akhirnya membuka pintu rumahnya meskipun dalam hatinya ragu.
"Kamu jangan lama-lama ya Niko." Kata Niken begitu membuka pintu rumahnya.
"Iya. Aku cuma sebentar kok. Ini makanan yang dipesankan bang Fahri buat kamu." Kata Niko sambil memberikan bungkusan kepada Niken.
"Jadi begitukah perlakuan bang Fahri padamu ?" Tanya Niko.
Niken terdiam tidak menjawab pertanyaan Niko. Dia menunduk sambil menahan air mata keluar dari sudut matanya.
"Kenapa kamu tidak pernah cerita ?" Tanya Niko lagi.
Niken menggeleng.
"Apa kamu sebegitu takutnya sama bang Fahri ?"
Niken mengangguk.
"Apa kamu tidak membalasnya ?"
Niken menggeleng.
"Di depanku saja dia berani sekasar itu, pasti dibelakangku dia lebih kasar lagi padamu." Kata Niko yang membuat Niken menangis.
"Tinggalin abang gue. Elu berhak bahagia. Bang Fahri tidak layak dijadikan seorang suami Niken. Gue akan bilang ini sama orang tua gue."
"Jangan Niko."
"Kenapa ?"
"Kalau mas Fahri tau dia pasti akan kembali memukuliku, aku takut."
"Gue akan belain elo. Lo harus percaya sama gue."
"Tapi dia masih suamiku. Dan jika terjadi sesuatu dia tetep akan menang Niko."
Niko terdiam. Dia berfikir sejenak. Benar apa yang dikatakan Niken. Dia melihat gadis ayu seumuran dia menangis tersedu. Hatinya tiba-tiba teriris melihat kakak iparnya diperlakukan secara tidak adil oleh kakak kandungnya sendiri.
"Niko lebih baik kamu pulang. Aku takut tiba-tiba mas Fahri pulang dan dia marah lagi sama aku."
"Oke gue pulang. Tapi sebentar gue semalam w******p lu kok gak bisa ya ?"
"Mas Fahri blokir nomer kamu. Tidak ada satupun kontak pria di ponselku. Semua dihapus sama mas Fahri. Hanya tersisa nomor mas Fahri dan ibuku."
"b******k!" Umpat Niko.
Niko mengambil secarik kertas dan sebuah bolpoin. Dia menulikan nomor ponselnya disitu.
"Gue takut terjadi sesuatu sama elo. Simpen nomer gue. Dan kapanpun elo butuh gue, elo bisa telpon gue."
"Terimakasih Niko." Jawab Niken sambil menerima kertas pemberian Niko.
"Gue pamit Ken. Elo hati-hati dirumah."
Niko pergi dari rumah Niken. Di dalam perjalanan dia selalu memikirkan Niken. Pada awalnya mereka berdua tidak saling mengenal. Perkenalan awal mereka adalah saat Fahri membawa Niken kerumahnya. Tidak ada sesuatu yang berbeda dari diri Niko pada Niken. Hingga dia mengetahui kejadian yang dialami Niken dalam pernikahannya membuat Niko memiliki perhatian berlebih pada Niken. Awalnya biasa saja tapi semakin kesini, Niko merasa bahwa dia harus menyelamatkan Niken dari kungkungan Fahri. Ada sesuatu yang tak bisa disebutkan dalam hati Niko ketika dia bersama Niken.