Niken duduk di pangkuan Fahri, dia tidak henti-hentinya menciumi bibir Fahri. Dia sungguh ingin bermanja-manja pada Fahri suaminya. Dia melupakan segala rasa malu dalam pada dirinya sendiri. Yang dia inginkan adalah ciuman, pelukan, dan segala yang ada di diri Fahri.
"Ken udah ...." Kata Fahri yang sedari tadi menuruti kemauan istrinya.
"Gak mau. Aku ingin yang lebih mas." Kata Niken sambil meraba d**a bidang Fahri.
"Mas, kumohon jangan pernah meragukan anak ini lagi. Aku bersumpah ini anakmu. Aku tidak pernah tidur dengan lelaki lain selain dirimu."
"Iya."
Toktoktok .....
Ada yang mengetuk pintu rumah Fahri. Sejenak dia menatap wajah Niken. Niken menggeleng tanda tidak tau dan tidak sedang berjanjian dengan siapapun. Selanjutnya Fahri menurunkan Niken dari pangkuannya.
"Benarkan dulu kancing bajumu. Biar saya yang keluar membuka pintu."
Niken mengangguk.
"Bagaimana bisa kamu menyembunyikan kehamilan istrimu pada kami Fahri ?" Tanya ibu Niken begitu pintu dibuka oleh Fahri.
Ternyata yang datang adalah kedua orang tua Fahri dan Niko. Fahri memandang Niko sinis, sepertinya Fahri tau apa yang difikiran Niko. Niko membalas tatapan mata Fahri tak kalah sinisnya.
"Tidak ada yang menyembunyikannya bu. Kita cuma menunggu waktu yang tepat untuk memberitahukan kehamilan ini sama ayah dan ibu." Jawab Fahri.
"Ibu ..... Ayah ...." Niken yang baru keluar dari kamar terkejut melihat kehadiran mertua dan adik iparnya Niko.
"Sayang, selamat ya atas kehamilan kamu." Kata ibu yang langsung memeluk Niken.
"Makasih ibu."
"Kenapa kamu tidak memberitahu kami sayang ? Kami sangat menantikan kabar gembira ini dari kamu padahal sayang." Kata ibu mertuanya.
"Maaf bu, Niken ....... " Niken melirik Fahri karena dia takut salah bicara.
"Niken bereskan barang-barang kalian, mulai malam ini kalian akan kembali kerumah kami sampai Niken melahirkan." Perintah ayah Fahri yang langsung membuat mata Niken dan Fahri membulat. Tapi tidak dengan Niko, dia malah tersenyum penuh kemenangan.
"Tidak perlu berlebihan seperti ini bu."
"Berlebihan bagaimana maksud kamu ? Ini tu cucu pertama yang kami tunggu-tunggu. Kami tidak mau terjadi sesuatu pada kehamilan Niken." Kata ibu Fahri.
"Ya tapi kan tidak perlu harus pindah kerumah ayah dan ibu kan ?"
"Perlu! Niko sudah menceritakan semuanya pada kami, kamu terlalu sibuk bekerja, bahkan untuk membelikan makan siang saja kamu harus meminta tolong Niko dan kadang lewat ojek online kan ?" Tanya ayah Fahri.
Fahri melirik Niko, Niko tersenyum penuh dengan kemenangan.
"Sudah ! Tidak ada penolakan lagi. Ayo kalian bereskan barang-barang kalian dan mulai malam ini kalian tinggal bersama kami."
Fahri membantu Niken membereskan barang-barang mereka. Tapi tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Fahri. Niken melirik ke arah Fahri, di wajahnya tidak bisa dibohongi kalau Fahri menyimpan kemarahan yang luar biasa.
"Mas aku .... " Fahri menepis tangan Niken.
Sepanjang perjalanan Niken berusaha untuk menjelaskan sesuatu pada Fahri. Namun Fahri sedikitpun tidak perduli pada Niken. Dia bahkan melarang Niken untuk mengeluarkan suara sekecil apapun di dalam mobil.
"Mas aku mau bicara." Kata Niken begitu mereka akan beristirahat.
Fahri tetap diam tidak memdengar ucapan Niken. Dia bersiap untuk tidur.
"Aku sungguh tidak tau ini akan terjadi. Jangan salahkan aku."
"Saya ini rencana kamu sama Niko kan ?"
"Enggak mas, sumpah aku gak pernah punya rencana apapun sama Niko."
"Saya tau kamu pasti sudah meminta Niko untuk mengatakan semuanya pada ayah dan ibu." Kata Fahri sambil mencengkeram pipi Niken.
"Sakit mas, lepasin tolong!"
"Rencanamu berhasil. Selamat! Kini saya semakin yakin bahwa anak ini bukan anak saya."
"Mas Fahri, tidak mas. Jangan bicara seperti itu. Ini ..... "
"Ini pasti keinginan kamu kan biar bisa semakin dekat dengan Niko? Sekarang lakukan apa yang membuatmu bahagia sama Niko. Dan mulai detik ini saya tidak akan perduli lagi sama kamu!"
"Mas..... Mas Fahri ...... "
"Jangan sentuh saya atau saya akan buat kamu kehilangan anakmu !" Ancam Fahri yang membuat Niken langsung melepaskan kedua tangannya dari lengan Fahri.
*****
Fahri benar-benar membuktikan omongannya. Dia pergi disaat Niken masih tertidur dan berangkat disaat Niken sudah terlelap. Hubungan mereka bahkan menjadi semakin dingin. Perhatian di dapat Niken dari keluarga Fahri, mertua Niken memberikan perhatian berlebih pada Niken. Apapun disiapkan oleh mertuanya. Sarapan pagi, makan siang, makan malam, vitamin, buah-buahan semua dia dapat. Yang tidak hanya perhatian dari Fahri suaminya.
"Setiap hari Fahri selalu sibuk seperti ini Niken ?" Tanya ayah.
"Tidak ayah, kadang mas Fahri juga pulang cepat kok." Bela Niken.
"Tapi selama dia satu bulan disini ayah tidak pernah melihat dia seperti itu."
"Bang Fahri tidak pernah punya waktu bu buat Niken. Kasihan dia setiap harinya dirumah sendirian. Bang Fahri juga tidak pernah mengijinkan Niken keluar rumah tanpa dia. Kasihan Niken bu dia begitu tersiksa dirumah itu." Kata Niko.
"Benar Niken seperti itu ?" Tanya ibu.
"Tidak bu, mas Fahri tidak seperti itu. Mas Fahri begitu karena dia tidak mau Niken kenapa-napa, mas Fahri sangat mencintai Niken kok bu." Kata Niken membela Fahri. Dia juga melihat Niko dan menggelengkan kepalanya memohon agar Niko tidak menceritakan hal yang sebenarnya terjadi.
*****
Fahri memijit-mijit kepalanya. Dia merasa lelah dan pusing. Seharian ini dia tidak sempat makan siang. Pekerjaan yang banyak telah menyita waktunya. Fahri melihat ponselnya, ada panggilan tak terjawab dari Niken.
"Mas aku merindukanmu." Pesan singkat dari Niken.
Fahri tersenyum getir membacanya. Entah kenapa Fahri kembali membenci Niken. Bahkan dia tidak ingin lagi bersama Niken.
"Mas, bisakah kamu pulang cepat malam ini ? Aku ingin kamu mengelus-elus perutku." Pesan dari Niken lagi yang membuat Fahri melempar ponselnya.
"Dia bukan anak saya !" Geram Fahri sambil menggertak meja kerjanya.
Drrrrrttttt ....... Dddrrrrrttt ponsel Fahri yang terjatuh di lantai berbunyi. Awalnya Fahri tidak ingin mengangkatnya karena dia yakin itu dari Niken. Tapi saat tanpa sengaja menoleh Fahri membaca tulisan "SINTA" di layar ponselnya.
"Halo .... " Angkat Fahri.
"Sombong ya sekarang gak pernah hubungi aku lagi." Kata sinta diseberang sana.
"Saya sibuk. Dan lagi saya sudah beristri untuk apa kamu menghubungiku lagi ?"
"Istrimu lagi hamil ya ?"
"Darimana kamu tau ?"
"Aku ketemu Niko tadi di indomart, dia bilang beliin kakak iparnya martabak telor. Katanya lagi ngidam. Baik banget ya Niko, perhatian banget sama kakak iparnya. Kamu kemana aja ? Kok ga perhatian banget sama istrinya ? Atau jangan-jangan kamu masih belum move on ya dari aku?"
Fahri mematikan telepon dari Shinta. Dia langsung mengambil kunci mobilnya dan melajukan mobilnya dengan kencang. Emosinya sunggu membara. Begitu dia sampai rumah Niken sudah tertidur pulas, tanpa aba-aba dia langsung menarik Niken dengan paksa dan menampar pipi Niken.
"Mas, kenapa kamu nampar aku ?" Tanya Niken sambil menangis.
"Ayo ikut !" Tarik Fahri.
"Kemana mas ?" Tanya Niken penuh kebingungan.
"Ketempat yang pantas untuk perempuan murahan seperti kamu!" Kata Fahri sambil memasukkan Niken ke dalam mobil.