Ia memperhatikan kalau bajunya sobek dan kotor oleh darah.. Rhe termenung. Tadi, ia tidak merasakan sakit sama sekali. Ini sepertinya terkena saat pergumulan dengan begal tadi. Tak lama, Barra kembali memasuki apartemennya lalu menyimpan salep yang ia bawa di meja. Rhe memperhatikan kalau Barra langsung mencuci tangannya. Setelahnya, kekasihnya itu mendekat lalu mengambil handuk yang ia pegang, “Rhe ini masih keluar darah.. Ah, aku sungguh marah!” Barra diam di sebelahnya menahan handuk agar menekan luka dan mencoba menghentikan pendarahan. Rhe menatapnya, “Ke-kenapa marah? Ja-jangan marah padaku,” Barra mengatupkan bibirnya, lalu mulai bicara, “Bukan marah padamu Rhe. Tapi, pembegal tadi membuatku marah. Rhe, dia melukaimu! Aku tidak mungkin tidak marah bukan?” Barra me