Saat itu, Rhe tahu, pipinya merona merah. Barra memperhatikan dan berusaha menahan senyumnya. Lucu sekali, pipinya seperti buah strawberry merah yang begitu ranum.. Barra mencubit kedua pipi Rhe, “Gemas sekali melihatmu!” “Mmm.. Aku, mmm.. Satu-satunya?” Rhe dengan gugup bertanya. Barra keheranan sendiri, “Apa aku terlihat memiliki banyak perempuan di sisiku? Rhe, kamu tahu kalau aku selalu berada di rumah sakit. Lalu di waktu kosongku saat pagi dan malam hari, hanya bersamamu bukan?” Rhe mencoba mengendalikan rasa senangnya. Ia hanya menunduk. “Lihat aku Rhea Adhisti..” Barra berkata lembut. Rhe memalingkan kepalanya ke arah Barra. “Cuma kamu Rhe..” Barra menggenggam tangan Rhe dengan erat. Rhe tak sanggup menutupi binar bahagia yang mungkin muncul di matanya. Ia diam mena