Part 22

1189 Words
Riana tertegun dengan mulut terbuka lebar, dia tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Devan Johanson mengkhawatirkan Selena? Riana menggelengkan kepalanya seharusnya yang khawatir itu Andi bukan Devan. Apa jangan-jangan Selena sedang hamil anak Devan Johanson? Seperti cerita yang sering dia baca di n****+-n****+ tentang hubungan sekretaris dan ceo. "Tutup mulutmu jangan melongo seperti itu nanti masuk lalat dan apa yang kamu pikirkan 'itu' benar. Tuan Devan dan Selena memiliki hubungan," ujar Andi pada Riana. Riana melihat ke sampingnya ada Andi yang tersenyum padanya. Senyuman Andi membuat Riana makin terpesona padanya. "Yaa Tuhan, pria ini benar-benar menggoda iman," ujar Riana dengan pelan. "Kamu bilang apa? Pelan sekali suaramu," ujar Andi. "Eeh, ga apa-apa pak Andi." "Ooh yaa sudah." "Pak Andi, jadi Selena dan tuan Devan sepasang kekasih?" "Bisa dibilang begitu." "Jawaban anda kok aneh pak Andi. Jika bukan sepasang kekasih kenapa Selena bisa hamil." "Ceritanya panjang, udah kayak n****+-n****+ karya Miss L." "Pak Andi juga suka baca n****+?" "Suka, apa lagi karya Miss L." "Wah, sama dong pak Andi. Miss L itu penulis favorit aku dari n****+ yang Erika, Only you, Affair, My little girl Alina, ceo and ex girlfriend sudah aku baca semua. Kalau yang jadi favorit, pak Andi yang mana?" "Aku suka yang n****+ Erika." Riana tersenyum sendiri, dia makin penasaran dengan Andi, dia ingin sekali menanyakan apakah Andi memiliki kekasih. "Pak Andi, saya mau menanyakan sesuatu boleh ga?" tanya Riana dengan malu - malu. "Kamu mau nanya apa? Kok jadi malu - malu begitu," ujar Andi menyerengitkan dahinya. "Anu ...itu anu ... apa pak Andi punya kekasih?" Andi sangat kaget mendengar pertanyaan Riana, baru kali ini ada perempuan yang menanyakan status jomblo akut yang dia sandang selama 5 tahun menjadi sekretaris Devan. "Kalau kamu apa punya kekasih?" Andi balik bertanya pada Riana. Riana merasa sangat gugup, seharusnya Andi menjawab pertanyaannya bukan malah bertanya lagi padanya. Kalau dia tentu saja memiliki kekasih, tapi itu dulu, sudah tiga bulan dia menyandang status jomblo most wanted. "Iiiih, pak Andi gitu deh, kok malah balik tanya sih. Ayoo dong pak Andi jawab pertanyaan aku," ucap Riana dengan manja. "Aku tidak memikirkan tentang hubungan asmara, aku saja sibuk mendampingi tuan Devan. Kasihan kekasihku kalau sering ku tinggal-tinggal, menjadi kekasihku itu harus selalu siap dengan segala resikonya. Tidak semua wanita bisa memahami aku." "Aku bisa pak Andi. Bagaimana kalau pak Andi jadi kekasih aku, aku itu jomblo most wanted loh pak Andi. Banyak yang mendekati aku tapi aku selalu menolaknya hanya ke pak Andi aku menawarkan diri." "Maaf kamu bukan tipe ku," ujar Andi dengan gaya sok menolak walau dia juga merasa bangga. Ternyata dirinya memang mempesona. "Bagaimana caraku agar jadi tipe pak Andi?" tanya Riana dengan semangat. Andi benar - benar tidak habis pikir, wanita yang ada dihadapannya sejenis dengan Devan yang terang-terangan mengungkapkan perasaannya saat mendekati orang lain. "Maaf Riana ... aku tidak suka wanita agresif," ujar Andi berusaha menolak Riana, dia tidak nyaman dengan wanita yang agresif seperti Riana. Dia suka wanita yang sok jual mahal walau aslinya butuh seperti Selena. "Iiis, sok jual mahal amat si pak Andi, jadi bujang lapuk baru tau rasa." Riana sangat kesal dengan Andi. Andi tidak memperdulikan perkataan Riana, menurut Andi lebih baik dia jadi bujang lapuk dari pada harus terjebak dengan wanita agresif seperti Riana. Bisa habis keperjakaannya yang sudah dia jaga seumur hidup untuk memuaskan Riana. Devan keluar dari ruang rawat Selena, melihat Andi dan Riana dengan heran. Andi wajahnya terlihat takut dan Riana seperti hendak memangsa Andi hidup - hidup tapi Devan tidak memperdulikannya. Selena yang menjadi prioritasnya saat ini. "Kamu teman Selena kan?" tanya Devan. "Eeh, tuan sudah keluar?" Ujar Andi yang kaget dengan kehadiran Devan di antara dia dan Riana. "Aku ga nanya kamu, tapi dia." Tunjuk Devan pada Riana. "Iya tuan, saya teman Selena," jawab Riana dengan sopan. Andi melihat cara bicara Riana yang berubah menjadi serius hanya terdiam. Riana tampak berbeda jika dia serius. "Ada apa dengan Selena? Kenapa dia hanya diam saja seperti orang shock?" tanya Devan lagi. "Tuan, sebaiknya bertanya pada dokter Lewi yang tadi menangani, Selena." "Ok." Riana mengantarkan Devan ke ruangan dokter Lewi. Devan heran kenapa dia dibawa ke dokter Spog. Apa hubungannya dokter kandungan dengan keadaan Selena sekarang. Devan berada di depan dokter Lewi. "Apakah anda, suami bu Selena?" tanya dokter Lewi. "Bukan dok, tapi ada apa dengan Selena?" "Ooh saya pikir anda suaminya. Mohon maaf pak, saya tidak bisa memberitahukan keadaan pasien kecuali keluarga." "Saya kekasihnya tentu saja saya berhak tau tentang keadaan Selena." "Hmm, jika memang anda kekasihnya tentu anda tau kan keadaan bu Selena yang sedang mengandung." Devan membelalakan matanya, dia bagaikan tersambar petir saat mendengar Selena hamil. "Maksudnya Selena hamil, dok?" "Iya, bu Selena sudah hamil 6 minggu dan itu dalam masa rawan - rawannya. Jangan membuat pasien mengalami banyak beban pikiran dan stress, tidak baik untuk kesehatan ibu dan anak dalam kandungannya." "Ooh, terima kasih dok atas informasinya. Saya akan menemui Selena lagi." Andi melihat Devan dengan aneh, wajah Devan tiba-tiba pucat. Pasti ada sesuatu yang membuat Devan menjadi seperti sekarang. Devan mendekati Selena yang masih terdiam dengan pandangan kosong. "Lena, kamu sedang mengandung anakku yaa... aku sangat bahagia, Selena," ujar Devan dengan lembut dengan perlahan tangannya membelai wajah Selena. Selena melihat Devan dengan tidak percaya dan merasa heran. Dia berpikir Devan tidak memperdulikan kehamilannya bahkan mungkin saja Devan tidak menginginkan bayi dalam kandungannya, tapi ternyata pikirannya salah. Devan sangat memperdulikan kehamilannya bahkan Devan sangat lembut padanya. "A—aku." "Ssssttt, banyak pikiran. Kamu tenang aja, kalau kamu banyak pikiran bisa berdampak tidak baik untuk berkembangan anak kita." "Dev, apa kamu menerima anak ini? Kamu tidak merasa keberatan." "Tentu saja aku menerimanya, anak dalam kandunganmu ini adalah anakku dan darah dagingku. Disini ada keturunan keluarga Johanson," ujar Devan menyentuh perut Selena. "Terima kasih Devan ... Terima kasih," ujar Selena melihat Devan dengan sendu, dia menangis didalam dekapan Devan. Devan memeluk Selena, dia menyentuh pundak wanita yang dia cintai, mendukungnya Selena dengan kehamilannya. Devan memegang wajah Selena menghapus air mata yang jatuh pipi Selena lalu mengecup dahinya. "Terima kasih sudah mengandung anakku." ********* Marlina mendapat kabar dari Rudi asistennya kalau Devan sudah kembali ke Jakarta dari Singapura juga tentang Selena hamil anak Devan. Dia sangat kaget sekaligus bahagia, akhirnya dia akan memiliki cicit. "Panggil Devan, suruh pulang ke rumah dan bawa Selena juga." Marlina memberikan perintah pada Rudi. "Baik nyonya." Marlina sangat bahagia setelah satu bulan dia tidak bertemu Devan sekarang cucu nya kembali dari Singapura. Marlina melihat foto Selena sewaktu kecil bersama Theo dan Alika istirnya. "Yaa Tuhan, apakah ini takdir Mu untuk menyatukan mereka. Theo anakmu memang sangat cantik, baik kamu atau pun Amira selalu bisa menjadi bagian keluarga Johanson dan aku berharap agar Devan tidak mengetahui kalau Amira adalah Selena." Marlina tidak ingin Devan menyakiti Selena kalau suatu saat cucunya mengetahui siapa Selena sebenarnya, dia sudah membaca semua dokumen tentang Selena dan bagaimana perlakuan keluarga Handoko pada Selena.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD