Devan ingin mengantarkan Selena ke rumah sakit, tapi Selena menolaknya. Dia lebih baik pulang ke apartemennya dan beristirahat, Devan mengerti dan malah menemani Selena di apartemennya walau Selena telah mengusirnya, bahkan berkali-kali mengusirnya.
"Baru kali ini aku ketemu orang ga tau malu," ujar Selena dengan kesal.
"Terima kasih atas pujiannya. Kamu istirahat saja kalau aku mau pulang nanti aku akan pulang sendiri," kata Devan dengan santai.
"Terserah padamu. Aku lelah menghadapimu dari pagi kamu terus, bosan aku."
Selena berlalu ke kamarnya meninggalkan Devan sendirian berada di apartemennya. Dia mengunci pintu kamarnya, tidak akan dia biarkan Devan seenaknya masuk ke dalam. Bisa-bisa Devan melakukan hal yang tidak diinginkan Selena, tapi diinginkan Devan.
Selena minum obat lambung dan obat sakit kepala, dunianya merasa berputar. Tak lama Selena terlelap dalam tidurnya.
Devan melihat Selena masuk ke dalam kamar, wanita itu memang berbeda.
"Hanya kamu wanita yang bosan saat melihatku dan mengusirkan," ujar Devan tersenyum sendiri.
Tak lama Andi datang ke apartemen Selena dengan membawa barang-barang untuk mengganti segala perabotan di dalam apartemen Selena.
"Semuanya harus pelan-pelan kalau sampai Selena bangun karena berisik, bonus tahunanmu ku potong 50%," ancam Devan.
Andi hanya bisa melongo mendengar ucapan sang bos, betapa kejamnya bos Devan pada dirinya.
"Betapa teganya kamu bos ku... inikah balasanmu setelah apa yang ku lakukan padamu selama ini," ujar Andi di dalam hatinya.
Andi hanya bisa pasarah, dia mengintruksi seluruh pengantar barang untuk meletakan semua semuanya dengan sangat hati-hati, pelan-pelan, dan dengan sangat perlahan agar lebih nikmat.
Devan mengawasi Andi dan pengantar barang dengan tajam dengan berkacang pinggang sudah seperti seorang mandor yang mengawasi anak buahnya. Yang di awasi bukannya lebih baik kerjanya tapi malah gugup, salah satu pengantar barang meletakkan sofa dengan tidak tepat dan membuat berisik Devan memelototi mereka dengan gahar.
"Mati aku bonusku melayang." Andi makin merasakan sakitnya kehilangan 50% bonus tahunannya.
Setelah semua selesai Devan memicingkan matanya memperhatikan setiap letak furniture. Semuanya sudah selesai sesuai dengan apa yang dia inginkan. Devan juga mengisi seluruh isi lemari pendingin dengan berbagai macam sayur, tak ketinggalan memesankan makanan untuk Selena agar saat bangun tidak perlu bersusah payah untuk memasak juga obat-obatan dan vitamin untuk daya tahan tubuh Selena.
"Semua udah sempurna dan ini satu set perhiasan, dia akan cantik sekali memakai semua ini," ujar Devan melihat satu set perhiasan sepasang anting dan kalung berlian.
"Aku harap Selena menyukainya," ujar Devan dengan percaya diri.
Devan pergi meninggalkan apartemen Selena dengan perasaan puas atas semua yang telah dia lakukan untuk wanita itu.
Hari menjelang malam Selena terbangun dari tidurnya, badannya sudah mulai membaik dan rasa mualnya sudah menghilang. Selena keluar dari kamarnya dan melihat semuanya berbeda.
Tak ada lagi sofa butut kesayangannya dan dapurnya juga berubah, lemari pendingin satu pintunya berubah menjadi dua pintu. Semua perabotan masaknya juga berubah semuanya, dia bingung dengan apa yang terjadi. Selena keluar apartemen mungkin saja dia salah masuk unit apartemen.
"Semua ga salah ini masih unit apartemen ku." Selena pun masuk lagi. Dia melihat di atas meja sofa ada set perhiasan yang mewah baginya, dia mengambilnya dan yakin ini berlian walau dia tak pernah memakai berlian.
Ada secarik kertas di samping kotak perhiasan.
Hai Selena...
Jangan kaget yaa saat kamu bangun, ini semua hadiah yang ku berikan padamu karena sudah bersedia menjadi sekretarisku dan perhiasan ini sebagai penebus kesalahanku yang membuat kamu sakit. Kamu wajib menerimanya tidak boleh menolaknya jika kamu menolaknya Andi yang akan menanggung semua akibatnya.
Sampai jumpa di perusahaan besok pagi.
Ceo Johanson Group yang tampan dan baik
Devano Johanson.
Selena meremas kertas tersebut dengan kesal. Apa hak Devan dia mengganti semua perabotan apartemennya. Dia mencari kertas berwarna kuning yang ada nomor ponsel Devan.
Devan bersantai di kamarnya sambil melihat ponsel, dia yakin sebentar lagi Selena akan menghubunginya dan mengucapkan terima kasih atas perhatiannya pada wanita itu.
Keyakinan Devan pun terbukti Selena menghubunginya, dia memang sudah tahu nomor ponsel Selena.
"Hallo Selena... bagaimana suka ga dengan semua furniture yang baru," sapa Devan dengan ramah.
"Suka... suka gundulmu! Aku tidak suka semuanya!Aku kembalikan semua barang-barang pemberianmu dan kembali kan semua barang-barangku," ujar Selena dengan marah.
Devan kaget reaksi Selena tidak seperti yang dia bayangkan.
"Kamu ga suka dengan furniture itu, oke besok aku suruh Andi ganti dengan yang lain. Si Andi ini memang tidak pintar memilih furniture."
"Apa perkataanku kurang jelas! Aku tidak menerima pemberianmu, kamu ambil kembali semua barang-barang itu dan kembalikan milikku."
"Kalau kamu tidak suka, kamu buang aja itu semua dan semua barang-barangmu sudah aku buang. Barang butut kok di suka, seleramu memang aneh."
"Devaaaaan!!" Selena berteriak semakin kencang.
"Selenaaaa!!" balas Devan berteriak pada Selena.
"Dan apa maksudmu dengan pak Andi kenapa kamu membawa-bawa dia dalam urusan ini."
"Karena dia yang bertanggung jawab dengan furnituremu kalau kamu tidak suka, dia yang akan kena masalah."
"Perhiasan ini aku tidak membutuhkannya."
Devan memutuskan hubungan komunikasinya dengan Selena, perasaan yang tadi senang berubah menjadi marah dan kesal.
Selena sangat kesal Devan mematikan komunikasi mereka saat dia masih ingin berbicara dengan Devan.
1 jam kemudian.
Ting..tong...
Suara bel apartemen Selena berbunyi, dia bingung sejak kapan pintunya ada bel. Selena berpikir kembali dia yakin ini semua kerjaan Devan. Selena membuka pintu apartemen di sana ada Andi di depannya dengan wajah memelas.
"Ada apa yaa Pak Andi?" tanya Selena.
"Bu... bu Selena tolong bantu aku, tolong aku bu," ujar Andi.
Selena menjadi tidak tega, dia mempersilahkan Andi untuk masuk ke dalam apartemennya.
"Ada perlu bantuan apa pak Andi?" tanya Selena.
"Bu, tolonglah terima semua furniture ini, saya bisa kehilangan perkerjaan saya jika bu Selena tidak menerimanya. Tuan Devan akan memecat saya jika bu Selena menolak semuanya," ujar Andi dengan memelas.
"Maaf pak Andi itu bukan urusan saya."
"Tolong bu... saya butuh perkerjaan, adik saya masih sekolah dan ibu saya sakit-sakitan butuh biaya."
"Maafkan aku ibu yang sudah berbohong," ujar Andi dalam hati.
Andi berpikir dia juga tidak sepenuhnya bohong karena ibunya memang sering sakit tapi tidak seperti yang dia ucapkan, adiknya sudah menikah dan tidak yang sekolah. Dia melakukan itu agar Selena mau menerima semua barang pemberian Devan, dia bingung harus alasan apa lagi.
Selena menarik napasnya, dia memutuskan untuk menerima pemberian Devan.
"Baiklah aku akan terima tapi itu semua karena pak Andi," ujar Selena dengan tak tega dengan Andi.
"Terima kasih bu Selena."
"Tapi aku tidak menerima ini, kembalikan ke tuan Devan."
"Tapi bu...
"Tidak ada tapi-tapian atau aku akan berubah pikiran." Selena menyerahkan kotak perhiasan pada Andi.
"Baik bu. Kalau gitu saya permisi pulang dulu," pamit Andi pada Selena.
Sebenarnya Selena juga merasa senang dengan semua pemberian Devan tapi dia malu. Dia tidak ingin Devan menganggapnya wanita yang bisa di beli. Dia melihat lagi seluruh furniture di dalam apartemennya dan berpikir kapan lagi dia bisa duduk di sofa seempuk ini bahkan sofa ini lebih empuk dari pada kasurnya.
Andi melapor pada Devan tentang Selena yang akhirnya mau menerima barang pemberian Devan tapi tidak dengan perhiasannya. Devan jadi tahu kalau Selena sebenarnya baik dan memikirkan nasib orang lain. Hanya di luar saja terlihat keras dan galak tapi pada dasarnya Selena seorang wanita yang sangat baik.
"Mungkin kurang besar kali ya berlian ini atau dia ga suka dengan modelnya. Hmm... besok aku akan memesankan yang lebih bagus dan besar lagi," ujar Devan dengan semangat.
Selena melihat tanggal datang bulannya, dia sudah terlambat satu minggu tapi dia tidak memikirkan hal yang aneh. Mungkin karena dia stress dengan semua masalahnya jadilah tamu bulannya datang terlambat.