Part 17

1442 Words
Saat mereka makan bersama di restoran lalu datang seorang wanita dengan marah ke arah Selena dan Devan. "Ooh, jadi seperti ini kelakuanmu dan wanita penghianat!" ujar wanita itu dengan marah pada Selena. Selena sangat kaget melihat wanita itu dan wanita itu adalah Merry ibu Oliver. "Sepertinya kamu dapat mangsa yang lebih kaya. Aku lihat kamu keluar dari toko perhiasan dan kamu menghianati anakku Oliver," ujar Merry dengan pandangan rendah melihat Selena. "Tolong jaga perkataan anda, bu Merry! Saya bersama atasan saya," jawab Selena. "Ooh, jadi mangsamu yang baru ternyata bos kamu. Pinter juga kamu memilih korban yang baru." Merry melihat Devan dari ujung kaki ke ujung rambut. Dia sangat kesal Selena mendapatkan pria yang lebih baik dari pada putranya. Dia tak bisa membiarkan ini terjadi dia harus membuat Selena menjadi malu. "Hai, kamu bos Selena. Kamu jangan mau dengan perempuan ini. Dia hanya perempuan jalang yang menjajakkan tubuhnya pada semua laki - laki dan dia akan menguras habis hartamu." "Apa maksud anda?" ujar Devan. "Dia adalah mantan kekasih anakku Oliver dan dia menguras habis uang anakku. Perempuan murahan ini meninggalkan anakku setelab mendapatkan pria yang lebih kaya dan itu kamu. Dengarkan nasihatku yang orang tua ini, tinggalkan Selena dia tidak pantas untuk kamu," kata Merry berpura - pura menjadi korban. Devan yang sudah mengetahui siapa Merry hanya bisa menggelengkan kepalanya. Wanita ini memang tidak tahu malu, sudah menjual Selena, mengambil uangnya untuk menutupi hutang-hutangnya sendiri sekarang malah menghina Selena. Sungguh wanita tua yang tidak tahu malu dan berterima kasih. "Terima kasih atas nasihat anda, tapi maaf saya sama sekali tidak keberatan jika Selena menguras habis semua harta yang saya miliki. Harta saya tidak akan pernah habis jika digunakan Selena untuk berfoya - foya," kata Devan dengan santai. "Kamu pasti sudah di pelet oleh jalang ini. Aku kasihan padamu," kata Merry dengan kesal Devan tidak terpengaruh oleh kata - katanya. "Mau di pelet Selena pun saya tak merasa keberatan, saya rela dipelet wanita secantik dan sebaik dia. Lebih baik anda pergi dari sini, kehadiran anda hanya mengganggu ketenangan makan siang saya." "Saya juga punya uang dan hak untuk makan di sini bukan cuma kamu." "Ooh, itu uang dari hasil menjual Selena yaa... sungguh anda dan anak anda yang bernama Oliver itu hanya manusia sampah yang tidak tahu malu." Perkataan Devan membuat kaget Merry begitu juga dengan Selena. Merry bingung, kenapa pria ini mengetahui perbuatannya yang menjual Selena? Siapa pria ini sebenarnya? "Maaf tuan Devan, apa ada masalah," ujar manager restoran mendekati meja Devan. "Tolong wanita ini kamu usir atau aku yang akan pergi dari restoran ini dan tak akan pernah kembali lagi!" "Baik tuan." Pihak keamanan mall dan manager restoran menyeret Merry keluar. Merry dengan segala sumpah serapahnya menghina Selena. Selena sangat shock mendengar perkataan Devan. Apakah Oliver mengetahui semua perbuatan ibunya? Apakah Oliver juga terlibat? Devan melirik Selena, dia yakin Selena belum tahu kalau Oliver lah dalang di balik semua masalah penjualan keperawan Selena. Jika dia tahu tak mungkin reaksi Selena akan seperti sekarang. Devan jadi tidak tega pada Selena. "Permisi tuan saya ke toilet dulu," ujar Selena yang langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Devan. Selena masuk ke toilet khusus wanita dan kebetulan disana sepi. Selena menangis, memegang dadanya yang terasa sangat nyeri. Dia kembali memuntahkan segala isi dalam lambungnya. Selena tidak pernah menyangkan Oliver melakukan hal ini padanya. Devan berada di luar kamar mandi wanita, dia tadi mengikuti Selena menuju kamar mandi. "Tuan ada yang bisa saya bantu lagi," ujar manager restoran. "Tidak ada. Jangan biarkan ada orang lain masuk ke dalam kamar mandi." "Baik tuan." Devan mendengar isak tangis Selena, dia sebenarnya tidak ingin mengatakan tentang kelakuan Oliver dan Merry. Tapi semua sudah terlambat, dia juga tak ingin Merry menghina Selena dan merendahkan Selena. Dia akan memberikan pelajaran pada perusahaan Oliver. Tidak ada yang boleh menghina dan merendahkan wanitanya dan Selena adalah wanitanya. Devan menghubungi Andi... "Andi buat Pt. Adil Makmur bangkrut! Dan bagi siapapun perusahaan lain yang mencoba untuk membantu Pt. Adil Makmur akan berhadapan dengan perusahaan Johanson Group." Devan memberi perintah pada Andi. "Baik tuan." Andi sudah memperkirakan kalau Devan akan membuat Pt. Adil Makmur akan bangkrut. Dia yakin Devan menyukai Selena, bahkan mungkin saja mencintai Selena. Devan tidak akan mungkin melakukan semua ini jika tidak mencintai Selena walau bosnya itu belum menyadari perasaannya untuk Selena. Devan masih menunggu Selena di depan pintu kamar mandi, dia ingin memberikan Selena waktu untuk menumpahkan segala rasa sakit hatinya dengan menangis. Walau menangis tidak akan menyelesaikan masalah, tapi dengan menangis bisa membuat perasaan menjadi lebih tenang. Secara perlahan Devan membuka pintu kamar mandi, dia tadi sudah meminta kunci cadangan pada pihak restoran. "Selena," panggil Devan dan masuk ke dalam kamar mandi. "Dev—Devan." Selena kaget melihat Devan masuk ke dalam kamar mandi. Devan memeluk tubuh kecil Selena, mendekat wanitanya dengan kedua tangannya. "Menangislah... jangan kamu tahan lagi menangislah," ujar Devan lembut. Mendengar perkataan Devan yang lembut membuat Selena menangks semakin kencang. Entah mengapa pelukan Devan sangat hangat, dia menangis di dalam dekapan Devan. "Setelah ini kamu jangan menangis lagi. Hadapi semua masalahmu, kamu wanita yang kuat dan mandiri." Devan menyentuh wajah Selena dan menghapus air mata yang jatuh di pipi wanita itu. Devan mengantarkan Selena kembali ke apartemennya. "Maaf aku tidak bisa mengantarkanmu masuk ke dalam unit apartemenmu. Aku harus mengurus perkerjaanku sebentar dan kamu juga harus istirahat. Besok kita akan ke Bali," ujar Devan. "Kamu besok ke Bali?" "Bukan hanya aku tapi juga dengan kamu," "Dengan aku?" "Iya dengan kamu karena kamu sekretarisku. Besok aku akan menjemputmu." Selena menganggukan kepalanya, dia melihat Devan pergi dengan mobil mewahnya. Ada perasaan bahagia di dalam hatinya dengan perhatian Devan padanya tapi ada yang lupa. Selena masih membawa kalung Devan. "Hmm, besok saja aku kasih, kan besok juga aku akan ketemu Devan," ujar Selena pada dirinya sendiri. Selena mengganti pakaiannya, dia merasa lelah, letih, dan lesu. Setelah seharian mengalami berbagai perasaan yang campur aduk ada marah, kesal, sedih dan juga bahagia. Ting...tong... Suara bel pintu apartemen Selena berbunyi, dia bergegas membukakan pintu dan ada Andi di sana dengan seseorang yang membawa berbagai macam tas belanjaan. Selena melihat itu dengan heran, dia ingat itu tas belanjaan yang tadi dia dan Devan belanja. "Bawa masuk." Andi memberikan perintah pada pria yang membawa barang-barang tersebut. "Selena ini semua milik kamu dan juga kalung berlian mata emerald juga," ujar Andi. "Milik aku? Bukan itu milik wanitanya tuan Devan," tolak Selena. "Ayoo lah Selena... katanya kamu sudah menganggap aku sebagai temanmu dan aku mohon bantu aku. Jika kamu tak mau menerima semua barang-barang ini bagaimana nasib keluargaku," ujar Andi dengan memelas. "Tapi, bukan seperti ini juga Andi." "Tolonglah terima ini dari pemberian ibuku yang membutuhkan biaya pengobatan dan biaya sekolah adikku bukan dari pemberian tuan Devan. Tolonglah bantu ibuku Selena, aku akan jadi anak durhaka jika aku di pecat, tuan Devan." "Maafkan anakmu yang durhaka ini ibu. Maafkan aku menggunakan kamu lagi sebagai alasanku kalau mau menyalahkan salahkan saja tuan Devan. Dia laki-laki yang sangat menyebalkan. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan umur yang panjang untukmu ibu," ujar Andi berdoa di dalam hatinya. Selena menjadi bimbang, dia tak ingin menerimanya tapi kasihan ibu dan adik Andi. "Tolong aku Selena ... ini demi ibu dan adikku," ujar Andi dengan mata berkaca-kaca. Melihat wajah Andi yang memelas membuat dia tidak tega, dia mengerti bagaimana rasanya tanpa orang tua. "Baiklah, aku akan menerima ini tapi bukan karena tuan Devan tapi karena ibu dan adikmu?" kata Selena dengan pasrah. "Terima kasih Selena. Ibu akan selalu berumur panjang itu semua karena kamu," ujar Andi dengan bahagia. Andi pergi dari apartemen Selena dengan sangat senang, dia memberitahu kan Devan juga dengan alasan yang di buat. "Bagus sekali Andi... aku akan memberikanmu bonus 20% bulan ini dan bonus tahunanmu tidak jadi ku potong 50%," kata Devan. "Terima kasih tuan Devan. Anda memang seorang bos yang bijaksana dan sangat bermurah hati." "Besok - besok gunakan alasan yang lain lagi agar Selena mau menerima pemberianku lagi. Jika selalu tentang ibu dan adik palsumu nanti akan membuat Selena curiga dan tak percaya." "Baik tuan saya akan mencari alasan yang lain lagi." "Besok kamu tidak usah ikut ke Bali, aku yang akan pergi dengan Selena," kata Devan. "Baik tuan. Semuanya akan saya siapkan." Devan tersenyum membayangkan besok dia akan pergi ke Bali bersama Selena. Segala pikiran m***m sudah ada di pikirannya, dia ingin bersama Selena lagi. Juniornya sudah merindukan lembah - lembah kenikmatan Selena. *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD