Part 13

1015 Words
Pagi harinya Devan di jemput Andi untuk berangkat ke kantor, tidak seperti biasanya Devan minta di jemput padahal biasanya Devan pergi sendiri tidak seperti sekarang. Andi melihat raut wajah atasannya itu tersenyum terus-menerus bagaikan cuaca di pagi hari ini yang sangat cerah. "Andi kamu punya kekasih?" tanya Devan. "Saya tidak punya tuan." "Bagaimana aku punya kekasih kalau setiap hari harus selalu menemanimu. Aku harus siaga 24 jam tiap hari, kamu selalu memberikan perintah tanpa mengenal waktu. Kerja keras bagai kuda, kamu memang atasan yang sungguh kejam. Gara-gara kelakuanmu, aku jadi jombol aku. Sendiri menahan rasa sepi ini," ujar Andi dalam hatinya. "Sayang sekali dan memang nasibmu sungguh mengenaskan," ujar Devan melihat Andi prihatin. Andi sangat kesal mendengar perkataan Devan. Ingin sekali dia marah pada Devan dan berkata dalam hatinya, "Nasibku sungguh mengenaskan karena kelakuanmu tuan Devan." "Kamu harus mempunyai kekasih agar mengerti betapa indahnya duniamu. Aku kasih saran nih ke kamu, kalau wanita yang kamu sukai menolak kamu jadi kekasihnya, kamu harus tawarkan dirimu untuk menjadi kekasihnya. Aku jamin wanita yang kamu sukai tidak akan mungkin bisa menolak kamu," ujar Devan dengan bangga. Andi tertegun mendengar perkataan Devan, saran macam apa itu. Itu namanya ga tau malu sudah di tolak tapi masih saja memaksa harus menjadi kekasih. "Andi kamu pernah makan mie instant?" tanya Devan. "Pernah tuan. Malah saya sangat sering, kadang malam hari jika saya lapar sering makan mie instant. Memang tuan tidak pernah makan mie instant?" tanya Andi heran. "Pernah dong. Pertama kalinya aku makan mie instant itu enak sekali yaa," ujar Devan sambil tersenyum-senyum lagi mengingat dia di masakin mie instant oleh Selena. Tiba-tiba dia teringat dengan sofa Selena. "Andi suruh orang di mall milikku bagian furniture untuk membawakan sofa dan berbagai macam kebutuhan rumah tangga yang terbaru dan terbaik," perintah Devan. "Baik tuan." "Kamu antarkan semua barang-barang itu ke apartement Selena. Aku tak sanggup duduk di sofa nya yang tak empuk itu, badanku berasa linu," ujar Devan sambil tersenyum-senyum lagi mengingat kejadian malam itu bersama Selena. Andi kaget tuannya ternyata sudah berhasil mendekati Selena tapi dia yakin itu pasti dengan hasil paksaan. "Ooh iya, sekalian kirim bunga juga satu set perhiasan lengkap untuk Selena," titah Devan. "Baik tuan." "Sepertinya, tuan Devan mulai terkena virus cinta deh ini. Bisa-bisa aku yang makin menderita," keluh Devan dalam hatinya. Devan sudah sampai diperusahannya. Dia dengan secepat mungkin untuk sampai ke ruangannya. "Andi, kenapa lift ini lama sekali jalannya, besok ganti dengan yang tercepat. Lift ini sangat lambat," ujar Devan dengan kesal. "Baik tuan." Devan sudah berada di lantai 18 ruangannya, dia mencari Selena. Seharusnya Selena berada tepat di depan meja Andi, tiba-tiba wajahnya yang tadi bahagia berubah menjadi berbeda. "Andi cari tau dimana Selena, kenapa wanita itu tidak masuk kantor. Ini sudah tiga hari masa berlaku cutinya sudah habis," ujar Devan kesal. "Baik tuan," jawab Andi dengan pasrah. Andi benar-benar tak habis pikir dengan sikap Devan yang gampang sekali berubah-ubah. Tadi baru saja wajah Devan cerah secerah cuaca di pagi hari sekarang tiba-tiba berubah menjadi mendung. Lebih baik Devan seperti dulu saja yang suka marah dan dingin bukan seperti sekarang suasana hatinya gampang berubah-ubah. Andi akan pergi meninggalkan Devan tapi Devan mencegahnya. "Aku saja yang kesana, kamu tunggu disini." "Tapi tuan, anda 30 menit lagi ada rapat." "Tunda 1 jam lagi. Aku ada urusan yang lebih penting," kata Devan segera pergi meninggal Andi. "Sultan mah bebas pergi dan keluar sesuka hatinya, apalah daya ku yang hanya butiran debu di tiup langsung hilang," kata Andi dengan pasrah. Devan mengendari mobil dengan cepat dan begitu tiba di apartement Selena dia melangkah kan kakinya dengan cepat ke unit apartement Selena. Devan membunyikan bel tak lama Selena membuka pintunya yang hanya mengenakan baju tidur. "Kenapa kamu tidak masuk kantor?" ujar Devan dengan marah. "Aku tidak mau kembali lagi keperusahaanmu," jawab Selena dengan kesal. "Kamu! Benar-benar wanita pembangkang! Aku akan memberikanmu pelajaran. Kamu sudah berani-beraninya tidak menuruti keinginanku," bentak Devan lalu menangkat tubuh Selena dan masuk ke dalam kamar Selena. "Devan apa yang kamu lakukan, lepaskan aku," teriak Selena. Devan tidak memperdulikan teriakan Selena, dia sangat marah. Dia mencium bibir Selena dengan kasar tak ada lagi kelembutan dalam ciumannya, lalu dia menghempaskan tubuh Selena di atas ranjang, membuka paksa baju Selena. "Dev... Devan lepaskan aku... aku mohon jangan lakukan ini Devan," ujar Selena menangis dan memohon pada Devan. Devan tidak memperdulikan teriakan memohon Selena, dia meremas p****t Selena dengan kasar. "Aku mohon Dev... aku mohon ampuni aku, aku berjanji akan kembali ke kantor. Aku menurutimu Dev... aku mohon jangan lakukan ini padaku." Selena masih terus memohon dan menangis. Devan tiba-tiba tersadar saat mendengar suara memohon dan menangis Selena. Dia menjambak rambutnya dengan frustasi. Berbagai pertanyaan ada dalam benaknya, apakah dia harus berbuat kasar dan melecehkan Selena baru dia akan menuruti semua keinginnya? Apa harus dengan cara ini yang diinginkan Selena? "Apa aku harus berbuat ini padamu agar kamu mau menurutiku Selena? Aku sudah sangat sabar padamu. Aku menginginkan lebih dari apapun yang pernah aku inginkan di dunia ini! Hanya kamu wanita yang ingin aku tempatkan untuk selalu bersama ku. Hanya kamu yang ingin ku lihat setiap hari... Hanya kamu Selena," ujar Devan melihat Selena dengan frustasi. "Maafkan aku Devan... aku mohon maaf kan aku, aku berjanji akan menurutimu. Aku mohon maafkan." Selena masih memohon dan mengiba pada Devan. Devan memejamkan matanya, dia pergi keluar kamar Selena dan mencuci mukanya di dalam kamar mandi. Dia menyesal sudah kehilangan kendali dan berbuat kasar pada Selena dan hampir saja dia memperkosa wanita itu. Selena masih di dalam kamar, dia menangis sendirian di sana. Dia sangat ketakutan, dia tak menyangka Devan hampir saja memperkosanya. Kejadian malam itu saja masih membuat luka dan masih membekas dalam ingatannya . Masih belum bisa dia lupakan sekarang malah Devan membuat luka baru lagi. Devan keluar kamar mandi mendengar suara isak tangis Selena. Dia menjadi kasihan pada Selena, dia tahu betul Selena di jual keperawannya oleh Oliver dan ibunya. Dia yakin kejadian malam itu saat bersamanya masih membuat trauma dan luka pada hati juga pikiran Selena. Devan masuk ke dalam kamar Selena, dia duduk di samping ranjang Selena. Selena menyadari kehadiran Devan, tubuhnya bergetar dan air mata masih menetes di pipinya. "Maafkan aku... aku berjanji hal ini tidak akan pernah terjadi lagi," ujar Devan lalu memeluk Selena. Selena ingin menolak pelukan Devan tapi dia takut Devan akan marah. "Maafkan aku, Selena." Selena menangis dalam pelukan Devan. **************
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD