Masa

1032 Words
Saka melakukan check up kesehatan rutin di rumah sakit milik keluarganya, kali ini semua dilakukan sendiri tanpa Arsen. Arsaka tahu, jika saat ini Arsen sedang merajuk kepada dirinya. "Dimana adik kesayangan kamu, Saka?" tanya Lintang, dokter muda yang membantu paman Arsaka untuk melakukan check up kesehatan Arsaka, "Di rumah, aku ingin belajar mandiri," dusta Arsaka, "Tsk, sayang sekali, aku tidak bisa melihat wajah tampan Arsen," canda Lintang, membuat Arsaka tersenyum. "Kamu harus terbiasa sekarang, mungkin saja, akan ada seseorang yang menggantikan Arsen untuk menjagaku, nanti," "Wah! Kedengarannya kamu telah memiliki seorang kekasih," "Apa hal itu terdengar aneh?" tanya Arsaka, "Tidak, hanya saja aku sedikit terkejut," aku Lintang,"pasti dia seorang gadis yang istimewa," imbuh Lintang yang kini tersenyum menghadap ke arah Arsaka, walaupun hati Lintang tak begitu adanya. Siapa yang tidak terpesona oleh Arsaka, paras yang rupawan, senyum yang memikat, dan kebaikan hatinya membuat para gadis takhluk dan bertekuk lutut akan hal itu. "Ya, dia istimewa," aku Arsaka, "Hasil tes kesehatan kamu akan keluar beberapa jam lagi, aku berharap hasil tes kesehatan kamu baik. Jangan terlalu keras bekerja. Akhir-akhir ini aku selalu melihat kamu di rumah sakit, membuat aku bosan saja," keluh Lintang yang membuat Arsaka tertawa renyah, "Apa wajahku sangat membosankan?" tanya Arsaka yang menunjuk wajahnya sendiri, dan membuat Lintang salah tingkah, "Tsk, seharusnya aku tidak mengatakan hal itu, aku menyesal," jawab Lintang yang segera bergegas meninggalkan Arsaka di ruangannya. Arsaka menghela nafas panjang, "bagaimana bisa aku tidak bekerja keras? Mendapatkan Luna sangat mahal harganya," kata Arsaka yang bermonolog pada dirinya sendiri. Arsaka membuang pandangannya pada panorama di luar jendela kamar rawat inap yang menjadi saksi bisu rasa sepi yang menggelayut manja di hati Arsaka,"apakah memilikinya, menimbulkan rasa egois?" tanyanya lagi. ** Luna meletakkan beberapa buah di dalam tas yang akan dia bawa ke rumah sakit, dia berencana untuk menemani Arsaka di rumah sakit. Luna tidak ingin mengecewakan keluarga Abimana yang terlampau baik kepada dirinya. Ketika Luna bergegas keluar dari area dapur, Luna tanpa sengaja berpapasan dengan Arsen, "Kamu mau ke mana?" tanya Arsen dingin, "Rumah sakit," "Kamu mau menggoda Kak Saka?" "Apa hanya itu yang ada di dalam pikiran kamu?" tanya Luna, "Tsk, kamu kekasihku, Luna. Tapi kamu malah berniat menemani Kakakku," jawab Arsen ketus,"bukankah, itu terlalu tidak pantas? Kalian hanya berdua saja di dalam ruangan itu?" "Arsen, aku sudah katakan sebelumnya, hubungan kita tidak bisa dilanjutkan, kamu tahu itu. Aku sudah dijodohkan dengan kakak kamu!" "Lalu, kenapa kamu tidak mengatakan yang sebenarnya? Perjodohan ini bisa dirubah. Kamu hanya tidak mau menerima kenyataan saja, Luna. Kamu egois!" "Arsen, jika masalahnya sesederhana itu. Aku akan-," "Sebenarnya apa tujuan kamu?" tanya Arsen, membuat Luna menatap Arsen terluka, Luna mencoba tersenyum dan mengabaikan Arsen. Luna tidak ingin memperpanjang masalahnya dengan Arsen, terlebih lagi, kehidupannya telah dia putuskan. Sulit bagi Luna untuk menolah ke belakang, mengingat kebaikan keluarga Arsaka dan Arsen. Luna memilih untuk pergi dan meninggalkan Arsen, sayangnya, tangan Arsen bergerak lebih cepat dan emnahan langkah Luna, membuat Luna menghentikan langkah kakinya. Arsen menghimpit tubuh Luna ke tembok, membuat Luna dapat merasakan hembusan nafas Arsen, Luna merasa bibirnya kelu, tidak bisa melawan Arsen yang kini melumat bibir Luna dengan paksa. Luna ingin memberontak, namun tenaga Luna tidak sebandung dengan Arsen. Hingga akhirya, Arsen membiarkan Luna menghirup oksigen dengan leluasa. "Kamu membuat aku gila, Luna," bisik Arsen yang membuat tubuh Luna meremang. Jika saja, pria yang Luna cintai adalah Arsaka, mungkin Luna memiliki tenaga untuk mendorong tubuh Arsen agar menjauh dari tubuh Luna. Sayangnya, cupid menembakkan panah di hati Luna untuk Arsen, Luna mencintai Arsen pria dingin yang mampu menerangi malam Luna. Perkataan Arsen membuat Luna menangis, Arsen memeluk tubuh Luna dengan erat,"berhenti melakukan hal yang kamu tidak inginkan Luna, aku akan mengatakan semuanya kepada ayahku. Kita akan bersama lagi. Kak Saka pasti akan mengerti dan mengalah kepadaku," bujuk Arsen yang membuat Luna luluh dan menganggukkan kepala. ** Saka kembali ke rumah, suasana malam itu tampak berbeda. Tidak ada segelas s**u hangat yang biasanya dibawakan Arsen untuk Saka. Benar, adik kesayangan Saka sedang merajuk karena keputusan ayah mereka yang membuat Arsaka bersama dengan wanita yang mengusik hati mereka berdua. Saka menatap, Bram yang saat ini berada di dalam kamarnya dan meletakkan segelas s**u hangat di meja, "Apa itu dari Arsen?" tanya Saka penuh harap, "Bukan," "Oh," "Apa anda tidak akan meminumnya? Jika saya mengatakan, segelas s**u hangat ini dari Nona Luna?" tanya Bram berdusta. Bram tidak ingin memperburuk kondisi Arsaka, Arsaka harus mendapatkan penanganan di Amerika, dibutuhkan kesehatan mental dan fiksik untuk menghadapi operasi jantung yang akan dijalaninya. "Aku akan meminumnya, terima kasih," ungkap Arsaka sembari tersenyum menatap segelas s**u hangat yang kini menjadi penyemangat hidupnya. Sayangnya, Arsaka tidak tahu, Arsen sedang bersama dengan Luna di dalam kamar Arsen. Arsen ingin memiliki Luna seutuhnya, karena Luna hanya milik Arsen. Peluh yang membaur di tubuh Arsen dan Luna, membuat Arsen melengkapi pergumulan panas yang membuat Luna jatuh di dalam pelukan Arsen. Mereka berdua melakukan hal itu, bukan tanpa cinta. ** Arsen merasakan gerakan kecil yang membuat tidurnya terganggu, seulas senyum terbit ketika dia melihat wajah yang dia cintai. Luna tampak menundukkan wajahnya. Berharap Arsen tidak mengingat apa yang mereka lakukan semalam. Sayangnya, hal itu hanya sebuah isapan jempol belaka, karena Arsen mengingat setiap detail apa yang mereka lakukan semalam. "Sampai kapan kamu akan menundukkan wajah kamu?" tanya Arsen, Luna tak bergeming, dia terlalu malu untuk menjawab pertanyaan Arsen. "Apa kamu tidak bisa pura-pura tidur dan melepaskan pelukan kamu?" tanya Luna kesal, "Tidak. Jika aku melepaskan kamu, kamu akan pergi," jawab Arsen tepat sasaran, "Kamu ingin semua orang di dalam rumah ini tahu apa yang kita lakukan?" tanya Luna panik, "Kamu terlalu berlebihan Luna, jika mereka mengetahui hal ini, bukankah itu kesempatan untuk kita berdua mengatakan apa yang telah terjadi? Aku tidak akan melepaskan kamu dengan mudah, bahkan Kak Saka tidak akan berani merebut kamu, jika kita telah melakukannya, aku berharap, kamu mengandung anakku," jawab Arsen yang membuat Luna mengadahkan wajahnya dan menatap netra Arsen, "Kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?" tanya Luna gugup, "Ya, memangnya ada yang salah dengan apa yang aku katakan? Aku mencintai kamu Luna, sungguh." ungkap Arsen dengan sungguh-sungguh membuat Luna terenyuh dan memeluk Arsen erat, "Aku mencintai kamu, Arsen." pernyataan Luna membuat Arsen luruh, hati Arsen menghangat, cintanya kini telah kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD