Tiga

1315 Words
Kania terdiam menatap mata Nadin yang menyoroti dirinya. "Kamu tau kan kamu gak bisa bohong sama aku Kania." Tutur Nadin. Nadin adalah wanita yang menghabiskan masa kecil bersama Kania, ia tahu betul bagaimana sifat Kania. "Kamu gak mau cerita?" Ucap Nadin sambil melihat Kania yang tertunduk. "Eh ada masalah apa Kania? Kamu di apain sama Angga? Kamu di pukul?" Tanya Nadin bertubi-tubi. Nadin sangat khawatir melihat Kania yang tidak seperti biasanya.Nampak kania menarik nafasnya. Nadin pun segera menenangkan Kania. "Nad, mas Angga?" Ucap Kania terhenti. Kania merangkul Nadin dan menangis di pelukannya. "Ia Angga kenapa?." Tanya Nadin sambil mengelus rambut sahabatnya. Nadin hanya terdiam dengan sikap sahabat nya ini. Nadin mulai menebak nebak hal apa yang mungkin terjadi pada Kania. "Kania di pukuli." Pikir Nadin."eh tidak mungkin kalau di pukuli." Pikir Nadin. Sekarang pikirannya sudah di penuhi dengan dugaan-dugaan ekstrim dalam rumah tangga. Sampai pada akhirnya Nadin memutuskan untuk bertanya semua hal yang ia pikirkan. "Kamu di pukuli?" Tanya Nadin. Namum Kania samasekali tak merespon. "Angga mau keluar kota lagi." Tanya Nadin. Namun lagi-lagi tanpa respon. dan bahkan pertanyaan lainnya pun sama. "Aduh apaan ni anak." Gumam Nadin.Ia sedikit kesal karena pertanyaan yang ia ajukan tidak ada yang benar "Angga main perempuan?" Tanya Nadin sambil menghela nafas. Nadin merasakan pelukan Kania semakin erat. Nadia merasakan nafasnya kian memberat seiring dengan tangisan Kania. Jantungnya berdetak respon yang benar-benar diluar dugaan. Nadin samasekali tidak berfikir kalau Angga melakukan hal gila di belakang Kania. "Kamu yakin? kamu tau dari mana?" Tanya Nadin, Nadin memegang pundak Kania dengan dua tangannya. "Ada yang aneh sama mas Angga Nad." Ucap Kania di ikuti tangisan yang semakin menjadi. akkk... Tangisan Qilla memecah suasana dalam sekejap. Pandangan Kania dan Nadin saat ini tertuju pada Qilla. Nampak Kania menghapus air matanya. "Cup cup gadis kecil mama." Tutur Kania sambil merangkulnya dari pangkuan Nadin. Tangisan Qilla tidak berhenti berhenti. Nadin melihat jam tangan nya. sudah tiga puluh menit berlalu namun kika masih saja menangis. "Kania, Qilla udah setengah jam nangis. Tadi pagi udah kamu kasih makan belum?" Tanya Nadin, dengan tatapan yang begitu khawatir. "Udah Nad, udah aku kasih." Tutur Kania sambil mecoba memberikan s**u pada putrinya. Kania mulai khawatir melihat Qilla yang terus menerus menangis. Kania menyentuh kening putrinya, ia begitu terkejut ketika merasakan tubuh putrinya yang sangat panas. "Nad Kania demam, hp ku mana?Aku mau telpon mas Angga." Ucap Kania sambil melirik sana-sini mencari keberadaan ponselnya. Nampak jelas di wajahnya rasa khawatir yang begitu kuat. Nadin juga ikut panik ketika melihat Kania. "Aduh gimana sih kamu kebiasaan lupa nyimpen barang sendiri." Tutur Nadin kesal. Nadin mengorek orek tasnya mencari handphone miliknya. "Pakai punyaku saja cepet." Tutur Nadin sambil menyodorkan handphone di tangannya pada Kania. Kania membuka sandi di handphone Nadin ia tahu betul kata sandi yang digunakan sahabatnya. Kania mengotak ngatik handphone Nadin mencari nomor ponsel suami nya. Tuuttt Terdengar bunyi panggilan setelah Kania menekan tombol. "Aduhh mas Angga kemana sih gak di angkat. Ini kan jam maka siang." Tutur Kania sambil mondar-mandir menenangkan Qilla yang terus menerus menangis. [Panggilan Diakhiri ] Kania menghela nafasnya, pikirannya semakin kalut saja. "Gimana di angkat nggak?" Tanya Nadin sambil menatap Kania. "Nggak Nad." Jawab Kania. "Ya udah telpon lagi sana" bentak Nadin, sabil berjalan meninggalkan Kania. "Kamu mau kemana Nad?" Tanya Kania. "Aku ke toilet sebentar." Jawab Nadin. Sudah 3x Kania menelpon suaminya namun belum ada jawaban. "Syukurlah." Gumam Kania ketika Angga menjawab teleponnya. "Mass" Tutur Kania. "Hallo ini siapa ya?" Tanya seseorang di dalam telpon Kania merasakan jantungnya hampir saja lepas dari tempatnya. ketika mendengar suara seorang wanita yang menjawab teleponnya. Rasa khawatir dan macam macam rasa kecurigaan bercampur aduk di dalam pikiran Kania. Kania pun terdiam dan mendengarkan wanita yang terus bertanya-tanya di balik telpon. ["Ada apa sayang?" Terdengar suara pria yang begitu Kania kenal di balik telpon. Kania menutup mulutnya, matanya tak mampu membendung rasa sakit dihatinya. Perlahan air matanya tergelincir melewati pipinya. Semakin banyak air mata yang keluar dark mata indahnya. "Gak tau sayang dari tadi nelpon terus giliran di angkat gak ngomong."Ucap wanita di balik telpon. Kania segera menekan tombol merah di handphone Nadin. Dan berdiri menghampiri Nadin yang berjalan mendekat. Kania mengambil tas Nadin dan kunci rumah yang tergeletak di meja. "Ayo pergi!" Seru Kania. Diiringi air mata dan tangisan Qilla yang semakin menjadi jadi. "Kenapa Kania? Angga gak Jawab?." Tanya Nadin sedikit heran dengan sikap Kania. "Ayo antar aku ke rumah sakit." Bentak Kania sambil menangis. Nadia sebenarnya sedikit terkejut dengan sikap Kania yang membentaknya. Nadin baru kali ink melihat sikap Kania yang seperti itu. Nadin pun berjalan cepat mengikuti Kania. Nadin segera menyalakan mobilnya dan mengeluarkan nya dari halaman rumah Kania. "Ayolah Nad cepet!" Tutur Kania sambil menangis Kania masih berusaha menenangkan putrinya yang sedang menangis. "Ia sabar, jangan bikin aku gugup deh. Bahaya!" Tutur Nadin sambil menambah kecepatan mobilnya. Kania sedikit tenang setelah mendengar Iapun merasa bersalah dengan sikap buruknya pada Nadin. Kania mengobrak abrik tasnya. Dan ia baru saja sada ia menyimpan handphonenya di tas milik Qilla, tas yang berisikan peralatan bayi di dalamnya. Nadia semakin mempercepat laju mobil yang sedang ia kendarai. Ia juga begitu khawatir pada Qilla ya g terusan menangis. Tak berselang lama akhirnya mobil yang ia kendarai sampai dengan selamat di parkiran mobil rumah sakit. Brukk Kania membuka pintu mobil dan segera berlari masuk ke dalam rumah sakit. Begitupun dengan Nadin ia segera berlari menyusul Kania yang sudah pergi terlebih dahulu. Nadin melihat Kania sedang duduk di salah satu ruangan bersama dokter wanita di dalamnya. Nadin berjalan menghampiri Kania yang sedang menatap Qilla. Dokter wanita itu memeriksa Qilla dengan sangat hati hati. Nadin memegang bahu Kania dan ikut duduk di sampingnya. terlihat dokter wanita itu mengoleskan sesuatu pada tubuh Kania. Setelah beberapa saat akhirnya dokter itupun menghampiri Kania. "Dok gimana keadaan putri saya?" Tanya Kania. " Kami belum bisa memastikan, tapi untuk saat ini kondisinya sudah kembali normal." tutur dokter. "Kalau begitu dok kelanjutan pemeriksaan nya kapan." Tanya Kania sudah merasa sedikit lega mendengar pernyataan dokter. "Kami akan melakukan pemeriksaan sore hari. untuk sementara waktu bayi anda harus menjalani perawatan dulu." Ucap dokter. Kania mengerti dan iapun pergi bersama Nadin ke ruang tunggu yang berjarak tidak terlalu jauh dari ruangan Qilla berada. * Jarum pendek pada jam yang tertempel di dinding tepat di hadapannya sudah menunjuk pada angka 4. Kania merasakan handphonenya bergetar. Ia melihat nama panggilan yang masuk, nama bertuliskan Suamiku bergerak di layar handphonenya. Kania begitu kesal melihat panggilan suaminya. Kania mengabari kondisi Qilla sudah lebih dari 2 jam dan suaminya baru menelpon sekarang. Dan pertanyaan tentang siapa wanita yang memanggilnya dengan sebutan sayang benar benar membuat Kania begitu kacau. "Ia mas."Jawab Kania. "Gimana Qilla baik baik saja?" Tanya Angga dengan suara cemasnya. "Kondisi Qilla udah normal mas, tapi harus mengikuti pemeriksaan lebih lanjut."Ucap Kania. "ya udah syukurlah kalau memang sudah membaik." Sambut Angga. "Mas Langsung kesini kan?" Tanya Kania. "Eumm seperti mas gak bisa kayaknya paling agak malam soalnya mas ada meating sore ini. Mungkin pas pulang sekitar jam 8 malam. kamu lagi sama Nadin kan? Soalnya tadi pak Arga nentuin meatingnya pas makan siang" Ucap Angga. Kania mengeratkan gigi nya yang rapih. Kania benar-benar kesal. Kania mencoba mengkondisikan air matanya, ia sadar saat ini ia sedang berada di tempat umum. "Mmm ia . Baiklah." Tutur Kania. "Maaf ya sayang. Nanti mas langsung kesana kalo udah beres." Ujar Angga. " Hmmm." Jawab Kania "Aku mencintaimu." Ucap Angga sebelum mengakhiri telpon nya. Kania tak mampu lagi menahan air matanya. Kania menghapus nya sebisa mungkin. "Siapa wanita itu."Gumam Kania sambil berjalan menghampiri Nadin dengan isak tangis. "Nad aku pinjem dulu mobilmu. Jaga Qilla sebentar." Ucap Kania sambil menarik kunci di tangan Nadin "Kania kamu mau kemana??" Teriak Nadin. berlari menyusul Kania ke tempat parkir namun sayang Kania sudah masuk ke dalam mobilnya. Kania melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Air mata yang mengalir ia biarkan begitu saja. "Siapa wanita itu?" -Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD